Hari Terakhir! Pemprov DKI Jakarta Bakal Beri Seperangkat Rak Hidroponik Gratis, Ini Syaratnya
Seperangkat rak hidroponik tersebut dikhususkan bagi mereka penggiat komunitas pemuda atau karang taruna RW.
Penulis: Erlina Fury Santika | Editor: Ilusi Insiroh
TRIBUNJAKARTA.COM - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ( Pemprov DKI Jakarta) beri seperangkat rak hidroponik secara cuma-cuma kepada warga DKI Jakarta.
Hal itu diketahui melalui unggahan Twitter Pemprov DKI Jakarta, Rabu (2/4/2019).
Seperangkat rak hidroponik tersebut dikhususkan bagi mereka penggiat komunitas pemuda atau karang taruna RW.
Syaratnya, setiap kelompok memiliki empat orang anggota yang tergabung dalam anggota karang taruna.
Peserta bisa mendaftarkan terlebih dahulu ide kegiatan hidroponiknya melalui situs Jakarta Muda atau klik di sini.
Pendaftaran sudah dimulai sejak 26 Maret 2019 dan berakhir pada hari ini, Rabu 3 April 2019.
Jadwal selanjutnya, setelah pendaftaran tim penilai akan menyurvei atau verifikasi lokasi pada 1-13 April 2019.
Setelah itu, akan dilakukan pembinaan pada 15-27 April 2019.
Program ini didukung oleh Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kominfotik Provinsi DKI Jakarta.
Program ini diharapkan bisa menjadi contoh kecil gerakan untuk mengubah Jakarta lebih hijau dan ramah lingkungan.
• Jangan Dekati Sederet Tanaman Ini Beracun, Bisa Sebabkan Kematian
• Waduk Buatan Tampung Pasokan Air untuk Budidaya Tanaman di Agrowisata Cilangkap
• Ban Bekas Jadi Pot Kembang Karena Kurangnya Lahan untuk Menampung Tanaman
Hidroponik di RPTRA Kalijodo
Di lahan sekitar hampir 5000 hektar, di RPTRA Kalijodo juga terdapat kebun hidroponik.
Kebun tersebut memiliki sejumlah jenis tanaman, di antaranya Pakcoy, Cabai, Bayam Batik, dan Kangkung.
Mario selaku Pengelola dari RPTRA Kalijodo menjelaskan biasanya tanaman tersebut dipanen sebulan sekali.

Ia mengatakan, saat ini yang mengelola dari pihak RPTRA, setelah sebelumnya diberikan ilmu dari Sudin Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP).
"Panen hidroponik terbilang 25-30 hari, dari Sudin KPKP yang memberikan ilmu ke kita kemudian kita yang lanjutkan yang mengelola," katanya di lokasi, Jumat (22/3/2019).
"Di antaranya cara menanamnya, cara panennya, saat ini dari Sudin KPKP paling hanya meninjau bagaimana perkembangannya dan lainnya," lanjut dia.

Saat panen, Mario menyebut hasilnya tidak diperjual belikan, karena hasilnya yang tidak banyak.
"Saat panen hanya pengelola dan pengurus saja palingnya, tidak dijualkan. Kalau pun ada warga yang mau kita perbolehkan saja, tapi memang sengaja kita tidak tawarkan karena hasilnya yang tidak banyak," jelas dia.
Ahmad Fanani, buat urban farming dan kembangkan hidroponik
Sebelum konsep 'Urban Farming' populer di telinga masyarakat, Ahmad Fanani telah membuat sebuah kebun yang cukup rimbun di atap rumahnya.
Berbagai tanaman berada di atas atap rumahnya baik tanaman hias maupun sayur mayur.
Menurut Ahmad, ia memulai berkebun di atas atap lantaran kegiatan itu merupakan hobinya yang dilakoni sejak dulu.
"Sebenarnya sebelum Urban Farming booming saya sudah membuka kebun di atas atap ini. Saya memang hobi menanam tumbuhan," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Kamis (24/1/2019) di kediamannya RT 09 RW 07, Kelurahan Cipete Utara, Jakarta Selatan.
Di atap kebunnya, ia menanam berbagai macam tumbuhan di antaranya bawang, sawi, cabai rawit, selada, pare hingga terong.
Hasilnya, terkadang diberikan kepada warga sekitar. Seringnya, dikonsumsi untuk mereka sendiri.
"Saya rawat tanaman yang ada kebun di atas atap saya. Yang sudah berbuah terkadang dikasih ke ibu-ibu pkk. Tapi buat kita juga. Ada kepuasan menuai hasil dari kebun sendiri ketimbang beli di pasar," tuturnya.
Ia menuturkan telah 2 tahun lamanya membangun kebun ini.
Selain itu, Ahmad memiliki tanaman hidroponik yang sebenarnya bisa terus dikembangkan.

"Hidroponik itu kan tumbuhan medianya air, dan diterapkan sudah dimana mana. Bagus untuk tumbuhan. Di perkotaan konsep ini sudah cukup pesat. Kalau di wilayah Jakarta Selatan masih minim ya," lanjutnya.
Namun, pengetahuannya mengenai tumbuhan dan perihal tanaman hidroponik masih perlu ditingkatkan lagi dengan berbagai pelatihan.
Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali sempat menyambangi kebun milik Ahmad Fanani.
Namun, Ahmad merasa segan untuk mengajukan kekurangan yang harus dikembangkan khususnya perihal tanaman hidroponik.
"Sebenarnya ingin mengajukan kekurangan-kekurangan yang ada ke Pak Wali tapi enggak enak. Misalnya diadakan pelatihan untuk semakin mengembangkan usaha ini," bebernya.
Ahmad kemudian melanjutkan urban farming ini sangat baik diterapkan di setiap permukiman yang ada.
Ia pun berniat terus menyebarluaskan pengetahuan yang ia miliki untuk mengajak warga sekitar turut membuatnya.
"Saya ada niatan untuk menularkannya ke warga sekitar, paling enggak ke PKK RW di wilayah saya," tandasnya. (TribunJakarta.com Erlina Fury Santika/Leo Permana/Satrio Sarwo Trengginas)