Pemilu 2019

Suka Duka Petugas PPK di Pemilu 2019, Kurang Tidur, Tak Pulang ke Rumah Hingga Jarang Mandi

Cerita Panitia Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Matraman, Jakarta Timur, Eko Yuwanto yang harus membawa perlengkapan baju untuk 3 hari selama Pemilu

Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Erik Sinaga
Istimewa
Eko Yuwono saat tidur di GOR Matraman 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Dua minggu sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Okta Kurniasari (30) atau Bonet sapaan akrabnya, diminta menjadi petugas tempat pemungutan suara (TPS) di kediamannya.

Bonet tinggal di RT 01/06 Komplek Bappenas, Kelurahan Kedaung, Sawangan, Kota Depok.

Tanpa pikir panjang, ia pun langsung menyetujui permintaan tersebut dan mengikuti berbagai kegiatan rapat persiapan Pemilu 2019 di lingkungan tempat tinggalnya.

"Jadi saya diminta jadi petugas TPS sama Pak RT namanya Pak Hakim, ya saya setuju saja karena memang sedang tidak ada kesibukan," ujar Bonet dijumpai TribunJakarta.com di kediamannya, Kamis (18/4/2019).

Lanjut Bonet, Selasa (16/4/2019) malam sebelum pelaksanaan Pemilu 2019 dirinya disibukan dengan berbagai persiapan pencoblosan.

Mulai dari pengambilan surat suara, bilik suara, kotak suara, hingga peralatan lainnya ia kerjakan bersama sejumlah petugas TPS lainnya.

Tak hanya itu, ia pun diminta untuk menjaga kotak dan suara tersebut hingga Rabu (17/4/2019) pagi ketika pencoblosan dimulai.

Tak tanggung-tanggung, ia pun memutuskan untuk menginap di TPS 32 tempatnya bertugas pada Pemilu 2019.

"Iya jadi kan diminta buat jagain surat suara, bilik suara, kotak suara, dan lain-lainnya. Jadi lebih baik saya nginap disana," ujarnya.

Totalitas bertugas menjadi petugas TPS, Bonet menuturkan dapat menikmati waktu istirahat untuk tidur kurang lebih hanya selama satu jam.

"Pukul 05.00 WIB saya tidur sebentar, pukul 06.00 WIB saya langsung bangun lagi untuk siap-siap ke TPS," imbuhnya.

Hari pencoblosan pun tiba, Bonet pun menjalani sumpah petugas KPPS pada Rabu (17/4/2019) pagi kemarin bersama sejumlah petugas TPS yang lain.

Ratusan warga yang terdaftar di TPS tempatnya bertugas, Bonet layani sepenuh hati.

Meski tak jarang, Bonet harus menahan kantuk berat akibat hanya beristirahat sekira satu jam.

"Alhamdulillah sih biarpun ngantuk berat tapi saya masih bisa tahan, lancar di TPS tempat saya bertugas mulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB," ucap Bonet.

Usai melayani warga yang mencoblos, Bonet pun masih mengerjakan tugas pencatatan surat suara dan pekerjaan lainnya.

Buntutnya, sekira pukul 00.00 WIB seluruh proses pemungutan suara, penghitungan suara, selesai dan langsung ia serahkan ke Kantor Kelurahan Kedaung sesuai intruksi.

"Pokoknya selesai itu pukul 00.00 WIB. Setelah semua selesai langsung diserahkan ke Kantor Kelurahan Kedaung sesuai instruksi," tutur Bonet.

Meski tenaga dan pikirannya terkuras habis, ia menuturkan tidak kapok dan bangga bisa ikut berkontribusi dalam perhelatan pesta demokrasi ini.

Honor yang dijanjikan padanya sebagai petugas TPS pun langsung dibayarkan, usai seluruh pekerjaannya selesai.

"Kalau ditanya kapok atau tidaknya saya pribadi sih tidak kapok. Karena saya bangga bisa berkontribusi untuk negara ini," pungkasnya.

Panggilan Jiwa
Berbagai suka dan duka telah dirasakan Rizki Masipan (39) selama setahun menjalani tugas negara sebagai anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Tahun ini, di Pemilu Serentak 2019, adalah kedua kalinya Rizki menjadi anggota PPK.

Sebelumnya, lulusan S1 Fakultas Hukum UI itu sudah lebih dulu mengemban tugas yang sama ketika Pilkada DKI Jakarta 2017.

Menurutnya, menjadi anggota PPK adalah panggilan jiwa, dan tidak semua orang mampu melakukannya.

Ia pun merasa bangga karena telah diberikan amanah untuk ambil bagian dalam penyelenggaraan Pemilu.

"Buat saya ini panggilan jiwa untuk bisa menyukseskan pesta demokrasi," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com di Balai Rakyat Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2019).

"Tidak bisa dikejar dari uang. Kalau tidak punya hati yang besar, susah untuk ikut di sini," tambahnya.

Bertugas di Pemilu 2019, kata Rizki, lebih berat ketimbang Pildaka DKI 2017.

Menurutnya, Pilkada DKI lebih simpel lantaran hanya satu provinsi. Sedangkan, Pemilu 2019 bertaraf nasional.

"Beban tanggung jawabnya lebih besar. Kita juga dituntut meminimalisir kesalahan. Ini jauh lebih rumit," ucap Rizki.

Di samping tanggung jawab pekerjaan, honor yang relatif kecil juga menjadi tantangan bagi seorang petugas PPK.

Anggota PPK mendapatkan honor Rp 1,65 juta per bulan, sementara Ketua PPK menerima 1,85 juta.

Rizki mengaku jika sang istri sempat mempertanyakan tentang keputusannya yang bersedia menjadi anggota PPK.

Apalagi, ia seringkali pulang larut malam dan begadang akibat menumpuknya pekerjaan.

"Karena saya jelaskan, akhirnya paham. Sama kan seperti TNI/Polri kalau lagi tugas di daerah, keluarga pasti ditinggal," tutur dia.

Di tengah kesibukannya menjadi anggota PPK, Rizki mengaku masih mengambil pekerjaan di bidang hukum.

Saat ini, ia dan enam rekan seprofesinya memiliki kantor di bilangan SCBD, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Tidak Pulang ke Rumah
Cerita Panitia Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Matraman, Jakarta Timur, Eko Yuwanto yang harus membawa perlengkapan baju untuk 3 hari selama Pemilu 2019.

Gudang logistik Pemilu 2019 untuk 7 kelurahan di Kecamatan Matraman, Jakarta Timur berada di GOR Kecamatan Matraman, Jalan Balai Rakyat, Jakarta Timur.

Eko, salah satu PPK Matraman mengaku sudah jarang pulang ketika logistik didistribusikan di tingkat kecamatan. Dirinya bahkan harus membawa perlengkapan pakaian untuk 3 hari di dalam tas gembloknya.

"Selama ini saya memang jarang pulang. Saya selalu bawa perlengkapan baju untuk 3 hari. Saya lebih sering mandi di GOR itu pun ketika pagi dan malam hari. Kalau persediaan baju sudah habis ya saya pulang sebentar, kemudian balik lagi ke GOR," jelasnya pada TribunJakarta.com, Kamis (18/4/2019).

Lebih lanjut, Eko menjelaskan puncak kelelahannya dimulai dari H-1 sampai H+1 Pemilu, yakni tanggal 16-18 April.

Namun baginya lelah tersebut tersebut menjadi menyenangkan ketika dirinya mengingat bahwa ikut andil dalam Pemilu tahun 2019.

"Dari H-14 Pemilu itu sudah lelah. Kurang tidur dan jarang pulang itu pasti. Tapi mulai dari tanggal 16-18 April ini, lelahnya paling terasa. Mulai dari pendistribusian ke PPS sampai menunggu pihak TPS mengembalikan logistik itu lelahnya luar biasa. Seperti contoh hari ini saja saya baru tidur di atas jam 10.00 WIB karena satu TPS baru menyerahkan logistik pukul 10.00 WIB," tambahnya.

Salah satu TPS di Kelurahan Pisangan Baru baru mengembalikan logistik Pemilu pada Kamis (18/4/2019) karena terdapat banyak coretan pada C1 Hologramnya dan harus mengajukan permintaan C1 Hologram yang baru ke KPUD Jakarta Timur.

Jarang Mandi
Pada Pemilu 2019, Syukur bertugas menjadi Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kramat Jati.

Suka duka pun ia rasakan selama bertugas menjadi PPK.

Syukur mengatakan dirinya senang menjadi petugas PPK karena kebersamaan dengan yang lain sangat terasa kekeluargaannya.

Sedangkan dukanya dirinya mengatakan jarang mandi semenjak stand by di GOR Balekambang, Jakarta Timur.

"Saya senang saja karena memang kan ini resiko pekerjaan. Di sini juga kebersamaannya sangat terasa. Paling sedihnya jarang mandi saja. Apalagi hari saya juga belum mandi. Dari Rabu (17/4/2019) malam jam 20.00 WIB saya sudah di lokasi lagi sampai sekarang (pukul 16.00 WIB) dan belum mandi ini," jelasnya sembari tertawa, Kamis (18/4/2019).

Sandiaga Uno Temani Prabowo Konferensi Pers, Tak Sampaikan Sambutan dan Lebih Banyak Diam

Pihak Istiqlal Terkejut dengar Kabar Soal Syukuran Kemenangan Prabowo-Sandi: Belum ada Kordinasi

Rekapitulasi Suara di Kecamatan Cengkareng Akan Dilaksanakan Mulai Malam Ini

PPK Matraman Mengaku Kapok Urus Logistik Pemilu, Tapi Ingin Ikut Lagi Dalam Pemilu Berikutnya

Lebih lanjut, Syukur menjelaskan jika dirinya tidak menyiapkan vitamin khusus untuk menjaga kesehatan.

Baginya yang terpenting sesibuknya pekerjaan di gudang logistik, tetap bisa mendapatkan waktu tidur meskipun 2-3 jam.

Rekapitulasi perhitungan suara sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden 2019 di Kecamatan Kramat Jati, Prabowo-Sandi ungguli pasangan Capres Cawapres Nomor Urut 01, Jokowi-Ma'ruf Amin.

Terdapat 7 Kelurahan yang berada di Kecamatan Kramat Jati, yakni Cawang, Cililitan, Kramat Jati, Tengah, Batu Ampar, Balekambang dan Dukuh.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved