Kisah 17 Jasad Terlantar di RSUP Sanglah Bali: Ada yang Tanpa Identitas dan Bayi Tak Diurus Ibunya

Puluhan mayat tersimpan di ruangan berdinding hijau di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Bali, Kamis (2/5) pagi.

Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
Ruang jenazah - Konsultan Forensik Klinik RSUP Sanglah dr Ida Bagus Putu Alit, sedang menunjukkan ruang jenazah di rumah sakit itu. 

Menurut Alit, jenazah yang terlantar terbagi dalam dua klasifikasi.

Pertama, jenazah tersebut akan dilihat terlebih dahulu apakah itu merupakan barang bukti kepolisian atau tidak.

“Untuk tindak lanjut jenazah terlantar jenis ini, kami akan mintakan surat pembebasannya terlebih dahulu bahwa jenazah itu tidak menjadi barang bukti lagi. Jadi ada surat dari kepolisian. Jadi kalau semua jenazah ini sudah dibebaskan oleh kepolisian, barulah kami bisa melakukan tindaklanjut atas jenazah tersebut,” ujar dr Alit.

Kemudian, masalah yang juga kerap dihadapi di IKF RSUP Sanglah ialah saat pihak keluarga jenazah tak mau menerima jenazah tersebut meskipun sudah dihubungi dan diketahui identitasnya.

Ini seperti yang terjadi saat ini di RSUP Sanglah. Saat ini ada dua jenazah warga asing yang telah dihubungi keluarganya di luar negeri.

Namun pihak keluarga tidak mau menengok bahkan tidak mau mengurusnya.

Apabila kondisi ini terjadi, pihak RSUP Sanglah mempunyai fungsi sosial, yakni melenyapkan jenazah dengan cara melakukan kremasi.

“Kalau pihak keluarga tidak mau mengurus jenazah, maka secara reguler kami di RS Sanglah mempunyai fungsi sosial. Bekerjasama dengan Dinas Sosial, kami akan melakukan kremasi. Kremasinya tergantung dana. Kalau memang dana mencukupi biasanya kami adakan kremasi dua kali dalam satu tahun. Kecuali jenazah yang masih terlantar tapi dipermasalahkan, itu kami biarkan,” jelas dr Alit.

Rp 300 Ribu per Jenazah

Saat ini IKF RSUP Sanglah memiliki 35 unit kamar jenazah. Namun, khusus untuk jenazah yang terlantar biasanya ditempatkan di dua kamar saja.

Alit mengatakan, semakin banyak jenazah terlantar, maka kebutuhan freezer (alat pendingin) semakin banyak dan ketersediaan kamar jenazah pun semakin berkurang.

Itu sebabnya, jenazah terlantar yang sudah jatuh tempo, dan keluarganya sudah dihubungi tapi tidak merespons, maka pihak RS bekerjasama dengan dinas sosial melakukan kremasi.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Biasanya, kata Alit, jenazah di RS Sanglah dikremasi di Krematorium Kertha Semadi, Mumbul, Jimbaran, Badung Selatan.

Dalam penanganan jenazah, kata Alit, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah potensi penularan penyakit.

Sebab, menurutnya, jenazah yang sudah mengalami proses pembusukan, biasanya bakal muncul sebagai sumber penularan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved