1 Tahun Tragedi Bom Bunuh Diri Surabaya, Begini Kondisi Anak-anak Pelaku Saat Ini

Setahun yang lalu tepatnya 13 Mei 2018, rangkaian tragedi bom bunuh diri mengguncang Kota Surabaya. Bagaimana kondisi anak-anak pelaku?

surya.co.id/ahmad zaimul haq
Warga dari lintas agama berdoa dengan menyalakan lilin pada peringatan setahun bom gereja di pelataran Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB), Kota Surabaya, Senin (13/5/2019) malam. 

"Mereka sudah membaur dengan teman-teman sebayanya. Tadinya kan mereka menyendiri, karena mereka lebih banyak berpikir tentang masuk surga dan lainnya seperti itu ya. Dan ada anak yang kecil itu juga selalu menangis, tapi sekarang sangat adaptif. Dan terutama itu membantu karena ada neneknya itu," bebernya.

Kanya menjelaskan, memang ada beberapa anak yang juga selalu membayangkan teman-teman temannya sudah di surga.

"Tapi kita melakukan terapi psikososial yang diupayakan untuk mengubah mindset, feeling mereka sekaligus mengubah perilaku mereka sehingga bisa sejalan ketiga aspek itu," terangnya.

Bom Bunuh Diri di Surabaya.
Bom Bunuh Diri di Surabaya. (Istimewa)

Dikatakannya, ketika mindset berubah maka feeling mereka harus berubah dan juga perilakunya.

Perilakunya bisa ditunjukkan dengan bagaimana mereka mau bermain dengan teman-temannya dan menganggap aparat itu sesorang bukan musuh misalnya. Itu merupakan perubahan yang komprehensif.

"Jadi memang butuh waktu yang lama tetapi perubahan ini sangat terasa. Misalnya, dari gambar mereka saja kami juga ada menggambar dari misalnya ada gambar senapan dan penggunaan warna yang buram, sekarang mereka sudah bisa menggambar grup sepak bola kesayangannya dan pilihan warnanya juga lebih cerah. Itu menunjukkan ada perubahan dari warna buram jadi senjata itu yang ada dipikiran kan jadi sudah berbuah," ungkap Kanya.

Ditambahkannya, pihaknya bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Psikologi Universitas Indonesia (UI) untuk mengubah mindset negatif yang sudah mengakar pada diri anak tersebut.

Adapun prosesnya ada beberapa langkah oleh pekerja sosial dan para psikolog dimulai dengan mengajak mereka bermain, mengajak mereka ke dunianya. Karena tidak bisa pihaknya melakukan konfrontasi bahwa itu salah, tapi kemudian memberikan contoh-contoh yang bisa dimaknai oleh mereka.

"Misalnya, memberikan pembanding-pembanding untuk usia standar mereka bahwa paham apapun perbuatan yang dilakukan sepanjang bisa masuk surga itu dikonfrontir dengan cara soft," jelasnya. (Mohammad Romadoni)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Setahun Tragedi Bom Surabaya, Anak-anak Pelaku Masih Dirawat Kementerian Sosial

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved