Pengurus PO Bus di Terminal Pulo Gebang Sebut Terminal Bayangan Masih Marak
Menurutnya terminal bayangan tumbuh subur karena ada 'permainan' sejumlah pihak sehingga penindakan yang dilakukan pemerintah tak pernah berhasil.
Penulis: Bima Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CAKUNG - Setelah pertemuan antara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dengan sejumlah operator bus beberapa waktu lalu, nama Terminal Pulo Gebang santer diperbincangkan.
Budi menilai Pemprov DKI Jakarta tak sanggup menangani masalah terminal bayangan sehingga bakal mengambil alih kepengurusan terminal terbesar se-Asia Tenggara itu.
Sementara Plt Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko menampik pihaknya tak becus menangani masalah terminal bayangan karena terus melakukan penindakan.
TribunJakarta.com mencoba menyambangi lantai MZ Terminal Pulo Gebang tempat para perusahaan otobus (PO) beroperasi guna mengkonfirmasi keberadaan terminal bayangan menurut mereka.
Hasilnya, sejumlah PO di Terminal Pulo Gebang mengeluhkan keberadaan terminal bayangan yang menyerebot rezeki mereka sehingga beberapa PO terpaksa gulung tikar.
Pengurus PO Sahabat, Martahan Hutagaol mengaku heran dengan pernyataan Sigit yang menyebut bahwa sudah tak ada lagi terminal bayangan yang beroperasi di wilayah DKI.
"Masih banyak, justru jumlahnya bertambah. Di Galur, Pinang Ranti, Tanah Merdeka, Pluit, Slipi, Pejompongan, Grogol, Cakung, Harapan Indah, Warung Jengkol, Kalimalang itu semua terminal bayangan," kata Martahan di Terminal Pulo Gebang, Minggu (19/5/2019).
Menurutnya terminal bayangan tumbuh subur karena ada 'permainan' sejumlah pihak sehingga penindakan yang dilakukan pemerintah tak pernah berhasil.
Martahan menuturkan ketiadaan keluhan dari PO akan keberadaan terminal bayangan bukan berarti pemerintah sukses memberangus terminal bayangan.
"Kalau enggak ada keluhan bukan berarti terminal bayangan sudah enggak ada, kita sudah bosen protes ke pemerintah sejak lama. Waktu pertemuan sama menteri kemarin saya ikut, tapi saya juga pesimis bisa berhasil," ujarnya.
Selain adanya 'permainan', pria yang berkecimpung di dunia PO bus sejak tahun 1990 ini menilai terminal bayangan tumbuh subur karena lebih di gemari masyarakat.
Pasalnya penumpang tak perlu repot dan menghabiskan uang tambahan untuk pergi ke terminal agar bisa menaiki bus yang dipilihnya.
"Penumpang enggak mungkin datang kemari kalau depan rumahnya ada. Biar pun sekarang banyak ojek online dan Transjakarta yang murah dan cepat tapi masyarakat pasti lebih milih terminal bayangan karena dekat," tuturnya.
Karyawan PO Safari Dharma Raya, Mulyono membenarkan pernyataan Martahan soal keberadaan terminal bayangan yang masih marak.