Pengurus PO Bus di Terminal Pulo Gebang Sebut Terminal Bayangan Masih Marak

Menurutnya terminal bayangan tumbuh subur karena ada 'permainan' sejumlah pihak sehingga penindakan yang dilakukan pemerintah tak pernah berhasil.

Penulis: Bima Putra | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Nawir Arsyad Akbar
Deretan bus di Terminal Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (13/6/2018). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CAKUNG - Setelah pertemuan antara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dengan sejumlah operator bus beberapa waktu lalu, nama Terminal Pulo Gebang santer diperbincangkan.

Budi menilai Pemprov DKI Jakarta tak sanggup menangani masalah terminal bayangan sehingga bakal mengambil alih kepengurusan terminal terbesar se-Asia Tenggara itu.

Sementara Plt Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Sigit Wijatmoko menampik pihaknya tak becus menangani masalah terminal bayangan karena terus melakukan penindakan.

TribunJakarta.com mencoba menyambangi lantai MZ Terminal Pulo Gebang tempat para perusahaan otobus (PO) beroperasi guna mengkonfirmasi keberadaan terminal bayangan menurut mereka.

Hasilnya, sejumlah PO di Terminal Pulo Gebang mengeluhkan keberadaan terminal bayangan yang menyerebot rezeki mereka sehingga beberapa PO terpaksa gulung tikar.

Pengurus PO Sahabat, Martahan Hutagaol mengaku heran dengan pernyataan Sigit yang menyebut bahwa sudah tak ada lagi terminal bayangan yang beroperasi di wilayah DKI.

"Masih banyak, justru jumlahnya bertambah. Di Galur, Pinang Ranti, Tanah Merdeka, Pluit, Slipi, Pejompongan, Grogol, Cakung, Harapan Indah, Warung Jengkol, Kalimalang itu semua terminal bayangan," kata Martahan di Terminal Pulo Gebang, Minggu (19/5/2019).

Menurutnya terminal bayangan tumbuh subur karena ada 'permainan' sejumlah pihak sehingga penindakan yang dilakukan pemerintah tak pernah berhasil.

Martahan menuturkan ketiadaan keluhan dari PO akan keberadaan terminal bayangan bukan berarti pemerintah sukses memberangus terminal bayangan.

"Kalau enggak ada keluhan bukan berarti terminal bayangan sudah enggak ada, kita sudah bosen protes ke pemerintah sejak lama. Waktu pertemuan sama menteri kemarin saya ikut, tapi saya juga pesimis bisa berhasil," ujarnya.

Selain adanya 'permainan', pria yang berkecimpung di dunia PO bus sejak tahun 1990 ini menilai terminal bayangan tumbuh subur karena lebih di gemari masyarakat.

Pasalnya penumpang tak perlu repot dan menghabiskan uang tambahan untuk pergi ke terminal agar bisa menaiki bus yang dipilihnya.

"Penumpang enggak mungkin datang kemari kalau depan rumahnya ada. Biar pun sekarang banyak ojek online dan Transjakarta yang murah dan cepat tapi masyarakat pasti lebih milih terminal bayangan karena dekat," tuturnya.

Karyawan PO Safari Dharma Raya, Mulyono membenarkan pernyataan Martahan soal keberadaan terminal bayangan yang masih marak.

Meski tak menyebut Pemprov DKI Jakarta tak berhasil menuntaskan masalah, dia lantang mengatakan terminal bayangan masih tumbuh subur.

"Kalau soal penindakan saya enggak mau ngomong, tapi terminal bayangan masih ada, masih banyak. Masyarakat juga pasti lebih milih terminal bayangan dibanding datang ke terminal seperti ini," kata Mulyono.

Selain lebih dekat, Mulyono menilai terminal bayangan memiliki daya tarik yang tak dimiliki terminal resmi layaknya Terminal Pulo Gebang.

Menurutnya pengguna bus awam yang hendak mudik lebih memilih berangkat dari terminal bayangan karena ogah ribet mengikuti alur pembelian tiket dan keberangkatan.

"Kalau orang baru pertama datang ke terminal pasti bingung. Beli tiket di sini, terus berangkat nunggu bisnya di lantai dua. Tapi kalau dari terminal bayangan kan langsung, beli tiket, terus tinggal nunggu," ujarnya.

Karyawan PO Mulya Indah, Fitri juga mengeluhkan keberadaan terminal bayangan yang setiap tahunnya semakin digemari masyarakat sehingga menurunkan omzet PO resmi.

Fitri bahkan pesimis pemerintah dapat menuntaskan masalah terminal bayangan yang sudah lama akrab dengan kehidupan masyarakat.

Soroti Adegan Romantis Putranya & Marion Jola di Video Tak Ingin Pisah Lagi, Sule: Kayak Pacaran

Polisi Mengamankan Belasan Motor Bodong di Lokasi Balap Liar Kawasan Kunciran

Ini Syarat Naik Bus Listrik Transjakarta di Monas

"Terminal bayangan berpengaruh banget ke penurunan penumpang, semakin banyak. Dulunya setiap tahun kita protes, tapi sekarang enggak, habis enggak didengerin, buat apa protes," keluh Fitri.

Pengurus PO Gunung Mulia Putera, Zainuri menyesalkan sikap pemerintah yang meminta seluruh PO beroperasi di terminal tapi seakan tutup mata akan keberadaan terminal bayangan.

Dia menilai gelar terminal terbesar se-Asia Tenggara yang disandang Terminal Pulo Gebang tak berarti karena suburnya terminal bayangan.

"Terminal bayangan itu banyak, saya saja sampai lupa saking banyaknya. Ada di Pulo Gadung, Pangkalan Jati, Klender, itu semuanya terminal bayangan. PO yang di dalam itu banyak yang gulung tikar karena penumpang lebih milih terminal bayangan," ucap Zainuri.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved