Aksi 22 Mei
Mengapa Gories Mere Jadi Target Pembunuhan? Pengamat Pertahanan Beberkan Ini: Memang Agak Unik
Mengapa Purnawirawan Perwira Tinggi Polri, Gories Mere menjadi target pembunuhan di kerusuhan 21-22 Mei 2019?
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Mengapa Purnawirawan Perwira Tinggi Polri, Gories Mere menjadi target pembunuhan di kerusuhan 21-22 Mei 2019?
Pengamat pertahanan dan keamanan Universitas Padjajaran, Muradi membeberkan alasannya.
Ia menganggap penetapan Gories Mere sebagai target pembunuhan memang cukup unik.
Hal tersebut disampaikan Muradi saat menjadi narasumber di acara Sapa Indonesia Malam Kompas TV, pada Rabu (29/5/2019).
• Kivlan Zen Ditahan 20 Hari Karena Dugaan Kepemilikan Senpi Ilegal, Pengacaranya: Dia Seorang Patriot
• Soroti Mata Vincent Raditya Saat Akui Ijin Terbangnya Dicabut, Pakar Ekspresi Bongkar Ini: Dia Malu
Nama Gories Mere diketahui menjadi satu di antara 4 tokoh nasional yang disebutkan oleh Kapolri Tito Karnavian yang jadi target pembunuhan kelompok bayaran, yakni Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Wiranto.
Awalnya pembawa acara Sapa Indonesia Malam menanyakan alasan empat tokoh nasional tersebut menjadi incaran pembunuh bayaran.
"Kenapa empat orang ini dan bukan yang lain?" tanya pembawa acara itu, dikutip TribunJakarta.com pada Kamis (30/5/2019).
Muradi menjelaskan karena Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Wiranto adalah seorang pejabat publik yang terang-terangan memimpin penyelidikan kasus aksi massa 22 Mei.
• Ditjen Pajak Diduga Sindir Penjualan Mukena Syahrini, Mantan Ketua DPR Membela & Bongkar Analisanya
• Pamer Video Nagita Bela Raffi Ahmad Saat Dibawa Paksa 4 Pria, Atta Halilintar: Berantem Sama Polisi?
TONTON JUGA
Tak cuma itu Muradi juga menganggap Luhut Binsar Pandjaitan selama ini aktif diperpolitikan Indonesia.
"Ya karena tiga dari empat orang ini terbuka, dia pejabat publik, dia juga terbuka mengatakan bahkan memimpin penyelidikan aksi 21-22," kata Muradi.
"Kemudian Pak BG (Budi Gunawan) juga terlibat disitu, kemudian Pak LDP (Luhut Binsar Pandjaitan) dia aktif juga melakukan lobby-lobby politik jauh sebelum itu," tambahnya.
Sementara itu Muradi menganggap ditetapkannya Gories Mere sebagai target pembunuhan sedikit unik, pasalnya dibanding ketiga tokoh lain perintis Densus 88 itu tak terlalu terlihat.
• Namanya Masuk Target Pembunuhan 4 Tokoh Nasional, Wiranto Langsung Celetuk Pernyataan Kapolri
• Via Vallen & Luna Maya Diisukan Terancam Penjara Karena Rekam Film Aladdin, Mbah Mijan: Mari Doakan
"Emang yang agak unik ada Pak Gories yang kemudian dianggap tidak kelihatan," ucap Muradi.
Muradi lantas mengatakan dirinya sejak lama mengamati Gories Mere semenjak pria kelahiran NTT itu masih menjabat sebagai perwira menengah.
Ia mengungkapkan Gories Mere menjadi incaran target pembunuhan lantaran aktivitasnya yang berhubungan dengan perlindungan negara.
• Kapolri Enggan Sebut Nama Ketua Lembaga Survei yang Bakal Dibunuh, Hermawan Sulistyo Bongkar Cirinya
• Beberkan 4 Tokoh Nasional yang Jadi Target Pembunuhan, Kapolri Tertawa Saat Sebut Nama Wiranto
Tak cuma itu menurut Muradi Goreis Mere juga kerap membuka identitas dari orang-orang yang dianggap dapat mengancam kedaulatan bangsa Indonesia.
"Saya mengamati betul Pak Gories dari perwira menengah, tapi saya menyakini ini betul orang ini disasar karena aktivitas beliau untuk meproteksi. Membuka ruang atau orang orang-orang yang dianggap mengancam kedaulatan negara dan sebagainya," jelas Muradi.
• Diisukan Sebagai Tokoh yang Nyawanya Diincar Pembunuh Bayaran, Ali Ngabalin: Saya Tetap Berikhtiar
• Kelakuannya di Maskapai Berbiaya Murah Terungkap, Kaesang Komentar, Gibran Rakabuming: Pencitraan!
SIMAK VIDEONYA:
Siapa Gories Mere
Dirangkum TribunWow.com, Gregorious Gories Mere merupakan lulusan AKABRI Kepolisan pada tahun 1976.
Ia lalu melanjutkan di tingkat Sespimpol pada tahnu 1992 dan Sesko ABRI di tahun 1998.
Menurut Wikipedia, Gories sempat lama bertugas di Timor Timur (saat masih bergabung dalam NKRI) ketika masih perwira pertama dan menengah, khususnya di bidang intelijen keamanan (Intelkam).
Oleh karena prestasinya yang prima di setiap medan penugasan, karier Gories pun menanjak dengan pasti
Gories mulai terkenal namanya saat memburu Ratu Ekstasi Zarima di Texas, AS, pada 1996 silam karena kedapatan memiliki 29.667 butir ekstasi.
Selain itu juga, Gories juga menuntaskan kasus penyanyi rock Ahmad Albar yang terjerat narkoba
Saat terjadi kasus Bom Bali 2002 Gories (saat itu Kombes senior) ditunjuk Kapolri menjadi 'komandan lapangan' (Ketua Tim Penyidik) dalam penanganan aksi teror tersebut, di bawah komando Irjen Made Mangku Pastika sebagai Ketua Tim Investigasi Kasus Bom Bali I.
Sebelum menjadi Kalakhar BNN, Gories sempat menjadi Penanggung Jawab Sementara Kalakhar BNN yang menggantikan Komjen Pol Made Mangku Pastika yang sedang nonaktif dalam rangka Pilgub Bali 2008.
Pada tahun 2011, Bersama beberapa tokoh polisi dan masyarakat, Gories pernah mendapat teror bom buku yang cukup heboh kala itu.
Setelah pensiun dari Kepolisian, bersama Mantan Kepala BIN A.M. Hendropriyono, mendirikan Hendropriyono Strategic Consulting, dengan Gories menjadi CEO.
Gories juga diangkat menjadi Komisaris di perusahaan tambang PT. Darma Henwa Tbk sejak 31 Mei 2013.
Dilansir oleh situs perusahaan Darma Henwa, Gories Mere mengemban tugas sebagai petugas kepolisian sebagai Kasatserse Um Dit Serse Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Timur, Kadit Serse Polda Jabar.
Ia juga pernah menjabat sebagai Kadit Serse Polda Metro Jaya, Irpolda Nusa Tenggara Timur, Wakapolda Nusa Tenggara Timur, Dirserse Pidana Narkoba Mabes Polri, dan Wakabareskrim Polri.
Ia juga merupakan mantan Kepala Densus 88 yang dituding menjadi dalang penangkapan teroris Abu Bakar Baasyir.
Serta terlibat dalam penangkapan teroris Dr. Azhari.
Nama Gories Mere juga pernah disebutkan Abu Bakar Baasyir saat berada di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
"Densus 88 mempunyai pasukan khusus satgas anti bom dibawah komando Gories Mere. Semua saksi-saksi sudah disiapkan dengan tekanan Densus 88. Dalam kasus Aceh ini orang-orang yang jadi saksi saya juga mengadapi siksaan," kata Abu Bakar Baasyir di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, 2011 silam.
Menjadi sasaran pembunuhan juga bukan kali pertama dialami oleh Gories Mere.
Dikutip dari Tribunnews, saat menjabat sebagai Kepala BNN, Gories Mere pernah dikirimi paket bom.
Bom tersebut berupa buku yang ditujukan untuk politisi Partai Demokrat di tahun 2011.
Tak hanya di kantor, di rumah ia juga pernah dikirimi paket bom tersebut.
Saat ini, Gories Mere menjadi Staf Khusus untuk Presiden Joko Widodo sebagai staf khusus bidang intelijen.
Ia diangkat menjadi staf khusus pada Juli 2017 bersama dengan beberapa staf khusus lainnya.
Pada waktu itu, pengangkatan Gories Mere menjadi pertanyaan banyak pihak karena banyak yang menganggap tugasnya sama dengan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Namun, sampai saat ini ia masih menjabat di posisi tersebut.