Lebih dari 30 Tahun Berdagang di Pasar Ular, Yunakris Sebut Sabar dan Tenang Jadi Kunci Bertahan

Jika harga ikat pinggang di tokonya hanya berkisar Rp 125 ribu hingga Rp 250 ribu, tentu harga di Mal akan lebih dari itu menurutnya.

Penulis: Afriyani Garnis | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Afriyani Garnis
Yunakris (63) satu diantara pedagang aksesoris di Pasar Ular Koja, Jakarta Utara 

"Sabar kalau jualan kan memang ada masanya ramai.dan sepi, kita sabar aja enggak usah kesal kalau  pembeli sepi. Kita juga harus tenang selama membuka toko, supaya pemebli juga nyaman, pokoknya bagaimana mencuri perhatian pembeli supaya nyaman," ceritanya.

Untuk memastikan pembelinya akan kembali lagi, dia memastikan kualitas barang yang dijualnya untuk memberi kepuasan untuk pelanggannya.

"Saya enggak nyari kuantiti tapi kualitas, inshaAllah kalau pembeli puas mereka akan kembali lagi," terangnya.

Hal itu pun di buktikannya dengan kembalinya lagi sejumlah pejabat daerah yang kerap menyambanginya ketika ke Jakarta.

"Saya Alhamdulillah pejabat daerah banyak yang langganam darj beberapa daerah, bahkan sampai ke Papua. Kalau engga beli buat sendiri pasti ada saja yang jadikan oleh-oleh buat keluarganya saat kembali ke daerahnya," paparnya.

Bahkan diceritakannya Yunakris, pengunjung  wilayah Batam hingga Singapura pun kadang memborong ikat pinggangnya.

"Saya saat itu pernah dapat pembeli yang membeli ikat pinggang seharga Rp 400 ribu, tapi dalam waktu dua bulan sudah rusak. Kemudian dia cek punya saya dia suka. Bahkan sampai di banting-banting buat ngecek kualitasnya. Alhirnya dia beli dengan harga saat itu Rp 150 ribu," katanya.

Kini, momen libur lebaran tak berdampak besar bagi pendapatannya. Namun disebutkannya ia tak pernah berfikir untuk menutup kiosnya karena masih yakin dengan usaha yang dijalaninya.

"Ya meski sepi, dijalani saja. Itu tadi kita harus sabar. Tenang juga. Rezeki sudah ada yang mengatur tugas manusia hanya berusaha dan bersabar. Masa iya mau enak terus, yakin aja. Saya juga masih yakin kok 10 tahun lagi masih tetap bisa jualan disini," ucapnya.

Tak lupa ia pun mengajak masyarakat agar mengapreasi apapun hasil karya atau barang yang diproduasi oleh anak negeri.

Zodiak yang Tidak Suka Perubahan, Bagi Libra Itu Mengganggu

Minggu Depan, Korban Kerusuhan 21 - 22 Mei 2019 Ini Siap Berjualan Lagi

PKL dan Bajaj Penuhi Sejumlah Trotoar di Jakarta Selatan

Karena menurut Yunakris, jika bukan kita yang mendukung siapa lagi.

"Jangan sampai kalau ada apa-apa yang sudah diakui orang luar baru mau marah, harusnya sekarang ini bantulah, apresiasi lah, beli lah produksi dalam negeri apapun itu. Jangan apa-apa maunya barang luar negeri," tegasnya.

Jika dulu pendapatannya bisa mencapai Rp 8 juta setiap harinya, kini untuk mendapat pendapatan Rp 1 juta ia merasa ngos-ngosan.

Beruntung kios yang digunakannya sudah menjadi milik pribadinya. Sehingga ia tak perlu mengeluarkan modal lagi untuk menyewa setiap bulan atau tahunnya.

"Alhamdulillah ini kios sudah punya sendiri, kalau ngontrak keadaan seperti ini sepertinya tidak bisa, susah membagi pendapatannya, pokoknya kita sabar aja, tenang aja kalau jualan enggak usah grasak grusuk, semua ada masanya, ada rejekinya," tutupnya.. 
   

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved