Terdengar Jeritan dan Tangisan Tengah Malam di Rumah Mewah Terbunuhnya Satu Keluarga di Pulomas

Rumah mewah milik Dodi Triono di Jalan Pulomas Utara Nomor 7A, Pulogadung, Jakarta Timur, menyisakan misteri bagi warga sekitar.

Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Kondisi terkini rumah mewah milik Dodi Triono yang menjadi lokasi perampokan sekaligus pembunuhan di akhir tahun 2016, Selasa (18/6/2019) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Rumah mewah milik Dodi Triono di Jalan Pulomas Utara, No 7A, Jakarta Timur menyisakan kisah misteri bagi warga sekitar.

Di lokasi ini sang arsitek Dodi Triono dan anggota keluarganya dibunuh.

Pada Desember 2016 lalu masyarakat geger pemilik rumah mewah dan anggota keluarganya lebih dulu disekap.

Sebanyak 11 orang disekap di kamar mandi berukuran 1,5 x 1,5 meter.

Akibat penyekapan itu enam orang meninggal termasuk Dodi dan kedua putrinya.

Pascakejadian beberapa warga pernah mendengar jeritan dan tangisan.

"Saya diceritakan pembantu di sini tiap kali kerja. Mereka bilang tiap tengah malam dengar suara jeritan dan tangisan," ucap Mutasir (68), tukang kebun sebelah rumah tersebut, Selasa (18/6/2019).

"Itu sering katanya," sambung dia.

Beberapa tahun setelah kejadian tersebut mulai jarang dirasakan oleh para pembantu.

Mereka mulai terbiasa ketika sesekali mendengar hal tersebut.

"Alhamdulillah sekarang sudah jarang dengar lagi kata mereka."

"Kalau dengar ya udah biasa saja. Namanya musibah, kita doakan saja semoga almarhum dan almarhumah ditempatkan di tempat terbaik," kata Mutasir.

Tak hanya jeritan dan tangisan, seorang pemgemudi ojek online pernah mengantarkan pesanan makanan ke rumah tersebut pascakejadian.

Hal ini diungkapkan oleh Sekertaris RW 14, Warjo kepada TribunJakarta.com.

"Malahan da ojol yang bawa pesanan makanan dan sudah teriak tapi tak ada jawaban," kata Warjo.

Kemudian, pengemudi ojol itu mendatangi pos satpam dan bertanya soal si pemilik rumah pemesan makanan.

"Kita ceritakan kalau rumah tersebut sudah tidak ada pemiliknya dan kita ceritakan kejadiannya."

"Rupanya dia tidak tahu. Ya, kita enggak tahu dia diorder sama siapa, orang iseng atau bukan," jelas Warjo.

Baik Mahmud dan Warjo menjelaskan kondisi rumah selama ini tetap terjaga dan terawat meski belum dihuni.

Keduanya meminta masyarakat tidak beranggapan rumah tersebut seram.

Pemilik baru sempat tanya Sekretaris RW

Setelah sekian tahu rumah milik almarhum Dodi sudah laku terjual.

Perwakilan pemilik baru rumah mewah tersebut sempat menanyakan rumah RT, RW dan Sekretariat RW.

Hingga kini, rumah ini tak kunjung ditempati pemilik barunya.

Menurut Mutasir, perwakilan pemilik rumah yang baru sempat menanyakan rumah RT dan RW untuk melapor.

"Kemarin sopirnya datang, tanya saya pas saya lagi kerja," cerita Mutasir.

Orang yang mendatanginya itu bertanya alamt rumah Ketua RT dan RW.

"Posisi saya lagi kerja, saya arahkan ke pos hansip kompleks di ujung sana," cerita Mutasir.

Ia tak tahu apakah orang tersebut mengikuti petunjuknya atau tidak.

Sekretaris RW 14, Warjo, membenarkan pernyatan Mutasir yang biasa disapa Mahmud itu.

Sekitar pukul 11.00 WIB pemilik baru rumah mewah tersebut mencari Warjo.

Warjo tak sempat bertemu perwakilan pemilik baru rumah tersebut karena sedang keluar.

Orang tersebut mencari tahu rumah Warjo melalui petugas jaga di pos satpam.

"Dibilang saya tidak ada. Pas ditanya siapa, katanya perwakilan pemilik baru rumah itu, mau tanyakan PBB tahun 2019 juga," ungkap Warjo.

Mutasir (68) tukang kebun sebelah rumah mewah milik Dodi Triono, pengusaha di bidang properti yang tewas dalam aksi perampokan dan pembunuhan Desember 2016 lalu.
Mutasir (68) tukang kebun sebelah rumah mewah milik Dodi Triono, pengusaha di bidang properti yang tewas dalam aksi perampokan dan pembunuhan Desember 2016 lalu. (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Hingga sore perwakilan pemilik baru rumah mewah tidak kunjung datang menemui Warjo.

Ia belum mengetahui siapa penghuni yang akan menempati rumah mewah tersebut.

"Kan kalau ada apa-apa lapornya ke saya," ungkap dia.

Sudah tugas Warjo mencari tahu informasi siapa penghuni baru yang akan tinggal di rumah tersebut.

"Kalau begini kan kita belum bisa infokan lebih lanjut," beber dia.

Warjo, Sekertariat RW 14 di Komplek Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur
Warjo, Sekertariat RW 14 di Komplek Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Alhasil, Warjo belum bisa menagih biaya Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL) sebesar Rp 450 ribu sejak Mei.

IPL ini untuk retribusi keamanan dan kebersihan di lingkungan kompleks.

Rumah laku terjual

Pantauan TribunJakarta.com, kondisi di rumah masih sepi.

DI sana terpampang spanduk rumah tersebut sudah laku dijual.

Hingga pukul 15.00 WIB tidak nampak kegiatan atau aktivitas dari dalam rumah.

Kondisi pagar rumah masih tertutup rapat.

Soal rumah tersebut laku terjual diaku Warjo.

Ia sempat menagih IPL untuk Mei kepada perwakilan keluarga almarhum Dodi.

"Dijawabnya rumah sudah di jual dan saya suruh minta pembayaran dari pemilik yang baru," jelas WarJo.

Setelah peristiwa 2016 pagar rumah mewah tersebut ditutup fiber hitam.

Kondisi terkini rumah mewah milik Dodi Triono yang menjadi lokasi perampokan sekaligus pembunuhan di akhir tahun 2016, Selasa (18/6/2019)
Kondisi terkini rumah mewah milik Dodi Triono yang menjadi lokasi perampokan sekaligus pembunuhan di akhir tahun 2016, Selasa (18/6/2019) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Sementara itu, spanduk berisikan informasi penjualan rumah sudah dicopot sejak sekitar dua bulan lalu.

"Fiber hitam itu memang sudah dipasang usai kejadian. Makanya kita enggak bisa lihat ke dalam kalau dari depan."

"Tapi memang sampai sekarang rumahnya belum ada yang tempati juga, meskipun sudah dijual. Padahal spanduk sudah dicopot dari sekitar dua bulan lalu," sambung Warjo.

Halaman tampak bersih dan gorden masih terawat terlihat ketika orang melongok ke dalam rumah melalui celah pagar.

Menurut Warjo ada orang yang rutin dua hari sekali datang membersihkan rumah tersebut.

"Lampu di depan juga selalu nyala ketika malam. Mungkin pakai sensor, makanya otomatis nyala," terang Warjo.

Setahun Dipasarkan, Rumah Mewah TKP Pembunuhan Sadis di Pulomas Tak Kunjung Laku Dijual

Dodi Triono dan keluarganya.
Dodi Triono dan keluarganya. ()

Cerita sang marketing

Aldri Karmani punya cerita bagaimana sukses menjual rumah arsitek Dodi Triono di mana sang pemilik dan keluarganya tewas disekap.

Dilansir dari akun channel YouTube Century 21, Aldri mengisahkan perjuangam menjual rumah tersebut.

Butuh 1.5 tahun bagi Aldri untuk bisa mencari pembeli yang mau membeli rumah mewah tersebut.

Tak Kunjung Laku Dijual, Begini Kondisi Rumah Pembunuhan Sadis Satu Keluarga di Pulomas

Aldri mengaku kesulitan menjual rumah tersebut lantaran peristiwa kelam 2016 silam.

Beberapa pembeli sempat menyebut rumah setan.

"Pembeli bilang rumah setan, tapi pas mau beli malah mau dijual lagi, mereka bukan takut tapi cari untung," jelas Aldri.

Selama menjual rumah tersebut, Aldri menerangkan secara detil isinya.

Tak terkecuali lokasi terbunuhnya keluarga Dodi Triono, sempat Aldri perlihatkan.

"Kami liatin semuanya ruang demi ruang, tempat kejadian semua kita liatin," ujar Aldri.

Syukurnya ada seorang mengunjungi lokasi pada september 2018 dan pada 2019 datang kembali untuk membeli.

Si pembeli pada Februari 2019 memberi tanda dan pada Maret menerima akte jual beli.

"Proses makan waktu 6 bulan, alhamdulilah si pembeli tidak merasa rumah ini rumah angker," terangnya.

Menurut Aldri, pembeli berpikir orang yang sudah meninggal tidak akan mengganggu.

"Kebetulan pembeli yang ini tidak ada merasa ketakutan atau apa," kisah Aldri.

Aldi tak menyebutkan berapa harga yang disepakai pembeli terhadap rumah tersebut, namun harga jualnya baik.

Tonton Videonya dibawah ini :

Sempat jadi lokasi uji nyali

Sebelum laku terjual pascaperistiwa pembunhan 2016 silam, rumah Dodi sempat menjadi wahana uji nyali sebuah program acara televisi.

Warganet pun protes, terlebih sang pembawa acara mengunggah foto preview uji nyali di akun Instagramnya.

"Tantangan di malam jumat @intensindigo buat melihat dan merasakan apa yg terjadi di rmh almarhum pak Dodi korban perampokan dan pembunuhan sadis yg mengakibatkan satu keluarga meninggal dunia #pembunuhan #perampokan #sadis #rcti," tulisnya.

Emosi warganet semakin terpantik saat putri Dodi Triono sekaligus korban selamat, Zanette Kalila Azaria mengungkapkan kesedihannya.

Ia ingin menyampaikan bahwa rumah tersebut tetaplah tempat ia menemukan kenyamanan dan kehangatan.

"Rumah ini bukan tempat yang menyeramkan seperti kalian saksikan dan bukan tempat "rekreasi" yang kalian bisa kunjungi setiap saat.

Tempat ini merupakan di mana saya mendapat rasa nyaman dan kehangatan yang tidak pernah ada habisanya.

Saya hanya ingin teman-teman tahu, bahwa keluarga saya berpulang ke pangkuan Allah dengan tenang.

Dan saya yakin, mereka tidak ingin menjadi kenangan yang menakutkan, melainkan kenangan indah yang didoakan.

Jadi, mohon sekiranya teman-teman untuk tidak berprasangka buruk terhadap rumah tersebut dan tidak mempercayai berita-berita hoax yang tersebar di internet untuk menghargai mendiang keluarga saya.

Terima kasih

Salam, Anet dan keluarga."

Istri kedua almarhum Dodi Triono, Almyanda Saphira, turut menyampaikan kekesalannya.

Ia sempat mempertanyakan tujuan memilih rumah tersebut sebagai lokasi uji nyali.

"Mau uji nyalinya kenapa ngga langsung minta ijin ke dalam saja... langsung berdiam diri di dalam kamar mandi..dalam kegelapan...tanpa udara..ngapain di luar pagar yang banyak orang dan satpam2....terang benderang..bisa nafas enak.. bnr2 bodoh...ngga minta ijin tapi menggambarkan keadaan yg bnr2 ngaco nich program tv..secara aku dan anette...teman2 kk dan Doddy Triono tak jarang sampai malam disana dan nyaman2 saja....maksudnya apa yaa? Jangan sampai karena berita ini kami menempuh jalur hukum...siap2 saja untuk itu..."

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved