Melihat Koleksi Tertua dalam Pameran Wastra Sulam dan Bordir di Museum Tekstil
Museum Tekstil, Jakarta Barat mempunyai ribuan koleksi wastra atau kain tradisional.
Penulis: Leo Permana | Editor: Satrio Sarwo Trengginas
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Leo Permana
TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Museum Tekstil, Jakarta Barat mempunyai ribuan koleksi wastra atau kain tradisional.
Dari ribuan koleksi tersebut, ada di antaranya koleksi tertua yang turut dipamerkan dalam Pameran Pesona Wastra Sulam dan Bordir.
Ketua Satu Himpunan Wastraprema, Sri Sintasari Iskandar menyebutkan di antaranya ada kain dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Koleksi bernama Wastra tersebut, ia perkirakan dibuat pada abad ke-18.
Ia menjelaskan asal kain bermotif gajah tersebut berasal dari kulit kayu yang dipipihkan.
Sehingga, lanjutnya, bisa berbentuk satu lembar kain yang kemudian disulam.
• Dua Pemain Kunci Persija Bakal Absen, Steven Paulle Tak Khawatir Lawan Persela
• Warga di Luar Kota Bekasi Bisa Daftar PPDB SMPN Melalui Jalur Prestasi
• Ubah Citra Seram dan Banyak Preman, Terminal Pulo Gebang Disambangi Puluhan Murid TK dan SD
"Ini menyulamnya pun memakai benang dari serat kulit kayu, ini sudah tidak ada lagi dan ini motifnya gajah," katanya, Sri.
Dibalik motif gajah tersebut, ia bercerita bila di NTT sendiri tidak ada gajah.
Tapi karena di sana harus memakai gading gajah sebagai mas kawin, sehingga gajah itu posisinya serta nilainya tinggi sekali di sana.
"Ini mungkin abad ke-18 kali ya, ini dibuat sebagai hiasan saja kalau misalkan ada acara, tidak bisa dipakai," jelas Sri.
Adapun wastra itu memiliki dua motif gajah, yang ditunggai masing-masing tiga orang di kedua sisi kain.
Di tengahnya, ada sosok seperti manusia yang melebarkan kedua tangannya dan duduk di atas sejenis hewan mamalia yang bertanduk.
Pada koleksi lainnya yang ditunjukkan Sri, ada koleksi bernama Sapei Talun dari Kalimantan Timur.
Sama terbuat dari kulit kayu yang ditempa, namun kain itu disulam menggunakan manik-manik.
Hal lain yang berbeda dari koleksi sebelumnya, kain ini dapat dikenakan penduduk di masanya.
"Kalau ini harus dipakai (saat) dulu, ini serat kayu tapi sudah berbentuk baju," ungkapnya.
"Jadi bajunya juga tidak bisa model-model, hanya begitu saja karena kan serat kayu ditekuk begitu kan patah. Tapi ini disulam menggunakan manik-manik yang halus banget," lanjut Sri.
Adapun dua koleksi yang disebutkannya tadi berasal dari koleksi rumah wastra jo seda, dimana tempatnya bekerja.
"Himpunan kami yang pertama mengisi koleksi di museum tekstil, tapi kalau ini tidak termasuk, ini koleksi dari rumah wastra jo seda dimana saya juga bekerja," tuturnya.
Sekadar informasi, pameran tersebut berlangsung mulai hari ini, Rabu (19/6/2019) hingga 28 Juli 2019.
Selama kegiatan berlangsung, akan ada ragam kegiatan yang juga dapat diikuti masyarakat.
Di antaranya demo sulam dan demo bordir, juga ada bazar produk sulam dan bordir yang berada di area museum.