Derita Penyandang Disabilitas Menghadapi Kemacetan Ibu Kota Saat Bepergian
Hal yang bagi warga pada umumnya mudah dapat jadi masalah serius bagi penyandang disabilitas ketika bepergian dan menambah waktu tempuh perjalanan.
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Masalah kemacetan yang setiap harinya dikeluhkan warga Provinsi DKI Jakarta karena menguras fisik dan psikis juga dirasakan penyandang disabilitas.
Yogi Madsoni (46) yang merupakan seorang tuna netra mengatakan menghadapi kemacetan Ibu Kota bukan perkara mudah bagi penyandang disabilitas.
Hal yang bagi warga pada umumnya mudah dapat jadi masalah serius bagi penyandang disabilitas ketika bepergian dan menambah waktu tempuh perjalanan.
"Saya naik angkot terus bilang sama sopir mau turun di RSUD Budhi Asih, tapi pas sampai sopir malah ngobrol terus lupa. Akhirnya terlewat kan, saya harus naik angkot lagi," kata Soni di Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (25/6/2019).
Pemprov DKI memang telah menyediakan Transjakarta yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas, namun akses menuju halte pun tak mudah.
• HUT ke-492 DKI, Begini Penilaian Fasilitas Ibu Kota di Mata Penyandang Disabilitas
Soni menuturkan bagaimana buruknya kondisi jembatan penyebrangan menuju halte Transjakarta yang tangganya terlalu curam dan sudah berlubang.
Ketika tiba di bagian atas jembatan, dia mengaku kerap dibuat kelabakan karena tak tahu harus melangkah ke arah mana agar tiba di Halte Transjakarta.
"Tuna netra seperti saya kan enggak tahu di mana letak halte, enggak tahu tangga turun ke halte di kanan atau kiri. Sering saya mau ke halte tapi malah cuma nyebrang doang," ujarnya.
Pria yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Tunanetra DPC Jakarta Timur ini menyebut yang paling mengerikan ketika bepergian yakni saat menyeberang.
Belum meratanya keberadaan pelican crossing dan sikap pengendara yang acuh terhadap hak pejalan kaki membuat menyebrang jalan jadi momok mengerikan.
• Viral Penjual Nasi Bebek di Bekasi Dibentak Diminta Bayar Teh Tawar Hangat, Berakhir Begini
"Kalaupun ada pelican crossing kita enggak tahu tombolnya, bagi pengguna kursi roda tombolnya terlalu tinggi. Kalau minta tolong ke orang lain untuk menyebrangkan enggak semua mau," tuturnya.
Soal kereta api, Soni mengeluhkan kondisi ubin pemandu yang kebanyakan sudah rusak sehingga tak dapat memandu langkahnya menuju peron.
Kursi prioritas bagi penyandang disabilitas, lansia, dan ibu hamil juga tak sepenuhnya dapat dinikmati karena digunakan penumpang yang tak berhak.
"Tempat duduk di kereta yang buat disabilitas itu sering dipakai duduk penumpang yang bukan disabilitas. Kadang mereka pura-pura tidur biar enggak harus berdiri," lanjut Soni.