Orangtua Siswa SMA Taruna Indonesia Tewas Saat MPLS Sebut Anaknya Mengigau Ampun Komandan Saat Koma

Siswa SMA Taruna Indonesia yang Tewas Ketika MPLS Sempat Mengigau 'Ampun Komandan' Saat Koma

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Istimewa/KPAI
Komisioner KPAI Retno Listyarti saat bertemu keluarga almarhum WJ, siswa korban kekerasan senior di SMA TI Palembang.  

TRIBUNJAKARTA.COM, PALEMBANG - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti sempat membesuk WJ (14), siswa baru SMA Taruna Indonesia.

Retno Listyarti membesuk saat WJ dirawat di RS RK Charitas, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (17/7/2019) lalu.

WJ mengalami koma saat mengikui Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang di SMA TI disebut Masa Dasar Bimbingan Fisik dan Mental, selama satu minggu.

Bantah Kabar Nunung Utang untuk Beli Sabu, sang Adik Beberkan Kekayaan dari Rumah Kos Hingga Villa

Saat KPAI datang, WJ dalam kondisi koma.

Setiba di RS, Retno Listyarti mengaku langsung melihat kondisi WJ di ruang ICU, dan sempat mengobrol cukup lama dengan ayah, ibu, dan nenek WJ.

"Keluarga menceritakan bahwa WJ tidak memiliki penyakit bawaan, apalagi di bagian pencernaan (usus)."

""WJ tumbuh kembang secara sehat, kuat, dan jarang sakit. WJ juga memiliki postur tubuh yang tinggi dan besar."

"WJ memang memiliki cita-cita menjadi TNI sejak kecil, sehingga WJ ingin sekali bersekolah di SMA TI, Palembang," ungkap Retno Listyarti, Sabtu (20/7/2019).

Menurut Retno Listyarti, kedua orang tua WJ mengatakan kondisi putranya sehat dan segar bugar saat mereka mengantar WJ masuk asrama SMA TI pada Sabtu 6 Juli 2019.

"Namun, setelah mengikuti kegiatan sejenis MPLS atau di SMA TI di sebut Masa Dasar Bimbingan Fisik dan Mental selama satu minggu, pihak keluarga ditelepon oleh pihak sekolah."

"Bahwa WJ berada di RS Karya Asih Palembang. Tentu saja keluarga sangat terkejut," paparnya.

Sesampai di RS, kata Retno Listyarti, pihak keluarga ditemui dokter, dan disampaikan setelah diperiksa tim medis, WJ diharuskan menjalani operasi karena usus terbelit atau bocor.

"Sebelum melaksanakan operasi, WJ mengaku kepada orang tuanya bahwa dirinya mengalami kekerasan saat MPLS tersebut."

"WJ pun dalam kondisi komanya seringkali meracau dan mengigau 'ampun, ampun komandan'," beber Retno Listyarti.

"Bahkan, WJ menanyakan kondisi DBJ (14), kawan seangkatannya yang akhirnya meninggal dengan kasus serupa."

Akhirnya, WJ dan DBJ meninggal dunia yang diduga karena mengalami kekerasan saat MPLS di SMA TI Palembang.

Atas hal ini, kata Retno Listyarti, KPA menyampaikan belasungkawa mendalam kepada pihak keluarga atas meninggalnya WJ pada Jumat (19/7/2019) sekitar pukul 20.00.

"WJ merupakan korban yang diduga dianiaya saat masa orientasi siswa (MOS) di sekolah. WJ meninggal setelah enam hari dalam keadaan koma," jelasnya.

Retno Listyarti mengatakan, KPAI mengutuk kekerasan yang dialami siswa DBJ (14) dan WK (14), yang meregang nyawa hanya karena mengikuti kegiatan MPLS.

KPAI mendesak Kemendikbud, Pemerintah Provinsi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, untuk membentuk tim khusus guna mengevaluasi total dan mengaudit keuangan SMA TI Palembang.

Juga sekolah-sekolah sejenis yang mengaku semi militer di wilayah Sumatera Selatan, agar tidak jatuh korban lagi.

"Lembaga pendidikan seharusnya zero kekerasan," katanya.

KPAI pun mendorong Kemendikbud bekerja sama dengan Dinas-dinas Pendidikan di berbagai daerah, untuk memantau dan mengawasi sekolah-sekolah semi militer sejenis di seluruh Indonesia.

"Guna memastikan bahwa sekolah-sekolah tersebut tidak melakukan kekerasan dalam mendisiplinkan para siswanya," ucapnya.

Seharusnya, kata Retno Listyarti, tidak ada istilah semi militer di lembaga pendidikan pada jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK.

"Kasus kematian DBJ dan WK merupakan momentum untuk melakukan evaluasi dan pengawas secara mendalam," cetusnya.

KPAI, kata Retno Listyarti, mendorong pihak kepolisian mengusut tuntas kasus meninggalnya WJ.

Padukan Sneakers dan Kain Batik, Penampilan Iriana Jokowi Tuai Perhatian

Karena, dari keterangan pihak keluarga kepada KPAI, WJ juga sempat menceritakan kembali dirinya mengalami kekerasan selama mengikuti MPLS, dan keluarga merekam pernyataan WJ tersebut.

"Bahkan, WJ pun sempat menyampaikan kepada dokter RS Karya asih yang memeriksanya, terkait kekerasan yang dialaminya, sehingga menimbulkan sakit pada bagian perutnya," kata Retno Listyarti.

Kepolisian, katanya, bisa memulai mendalami hasil rekaman suara WJ, dan juga meminta keterangan dokter yang mendengar langsung ucapan WJ yang menyebut dirinya mengalami kekerasan selama MPLS.

Hari Pertama MPLS, SMAN 78 Jakarta Tampilkan Drama Kolosal ke Siswa Baru

"RS Charitas adalah RS kedua yang merawat WJ, karena sebelumnya yang mengoperasi WJ adalah RS Karya Asih."

Namun, jelas Retno Listyarti, karena selepas mengikuti operasi pada pukul 24.00, WJ dalam kondisi koma dan harus dirawat di ruang ICU, maka WJ dilarikan ke RS Charitas.

RS Charitas masih satu grup dengan RS Karya Asih, Palembang, Sumatera Selatan.

"KPAI juga mendorong kedua RS tersebut untuk membantu pihak kepolisian mendalami penyebab kematian ananda WJ," kata Retno Listyarti. (Budi Sam Law Malau)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Siswa SMA Taruna Indonesia yang Tewas Ketika MPLS Sempat Mengigau 'Ampun Komandan' Saat Koma

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved