4 Kali Gagal Jadi Polisi, Arif Menyamar Polantas Gadungan dan Curi Motor Tilang
Seorang polisi lalu lintas gadungan bernama Arif Septian (22) ditangkap aparat Polres Metro Jakarta Utara, Senin (29/7/2019) lalu.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Y Gustaman
Ia sudah sempat mendaftarkan diri menjadi anggota Polri sebanyak empat kali.
Namun, kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto, ia selalu gagal.
"Tersangka ini sudah mendaftar jadi polisi. Jadi dia sudah empat kali daftar polisi gagal terus," ungkap Budhi.
Setiap kali melakukan aksinya, Arif selalu mengenakan pakaian lengkap Polantas.
Pakaian itu ia jahit sendiri, sementara perlengkapan lainnya seperti sabuk dan topi Polantas ia beli dari sejumlah toko.
Sejauh ini, polisi belum menemukan senjata api dari hasil penggeledahan terhadap tersangka.
"Kalau kita lihat dalam seragam atau foto yang ditampilkan memang tidak secara jelas ada senpi. Tapi akan kita dalami apakah nanti ada senpi mainan atau apapun akan kita dalami," ucap Budhi.
Incar motor anggota dan barbuk tilangan
Dalam setiap aksinya, pelaku mengincar motor dinas dan barang bukti tilangan sebagai barang curian.
Arif bersama komplotannya yang berjumlah empat orang mengincar motor di Pos Polantas yang ada di Jakarta Utara.
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Budhi Herdi Susianto menyatakan, pelaku selama ini sudah mencuri 17 unit motor.
Tiga motor di antaranya merupakan kendaraan dinas Polantas dan 14 lainnya motor barang bukti tilang.
"Jadi apabila melanggar lalu lintas di (sekitar) Pos Polantas tersebut, sebelum nanti dibawa ke tempat penititipan barang bukti, (sepeda motor) itu disimpan dulu di situ dan pada saat itu barang bukti ini diambil," kata Budhi.
Setiap kali melakukan aksinya, Arif selalu mengenakan pakaian lengkap Polantas. Ia masuk ke Pos Polantas dan melihat-lihat situasi untuk kemudian menggasak motor yang sudah diincarnya.
Sementara pelaku lainnya berperan sebagai eksekutor dengan cara mendorong, merusak kunci, hingga mengangkat ke mobil yang sudah ia siapkan bersama pelaku-pelaku lain.
Untuk menghindari kecurigaan dari petugas lain, ia melakukan aksinya pada malam hari.
"Mereka melakukan pada malam hari, kan pos itu bukan kantor polisi yang ada polisinya 24 jam," jelas Budhi.