Kisah Suami-Istri Bertarung Pilkades Kalilunjar Banjarnegara, Garap TPS Seperti Resepsi Pernikahan
Mereka dipersilakan duduk di kursi tamu dengan meja bundar yang telah dipenuhi suguhan air minum dan makanan.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Ia tak begitu ngoyo untuk manarik dukungan masyarakat agar memilihnya selama masa kampanye.
Selama tahapan Pilkades berlangsung, kondisi desa adem ayem. Masyarakat tidak terpecah karena persaingan antar kubu calon.

Kendati di atas angin Sarkum mudah memenangkan Pilkades, ia tak lantas berpangku tangan di rumah.
Sarkum merasa masih punya pekerjaan berat untuk meningkatkan partisipasi pemilih.
Ia ingin masyarakat antusias dalam menyukseskan pesta demokrasi.
Karenanya, ia dan panitia Pilkades berinisiatif untuk memoles TPS menjadi lebih menarik.
TPS akhirnya didesain seperti tempat hajatan pernikahan.
Dia dan istrinya yang jadi pengantinnya. Pemilih diibaratkan tamu undangan.
Petugas TPS adalah penerima tamu yang bertugas melayani dan memuliakan tamu undangan.
Hajat Pilkades itu pun dilengkapi dengan berbagai acara hiburan dengan menampilkan berbagai kesenian tradisional.
Sarkum mengatakan, selain menghibur masyarakat, pihaknya ingin memberikan contoh kepada calon pemimpin atau politisi lain.
Pilkades menurut dia adalah pesta rakyat yang mestinya disikapi dengan suka cita layaknya hajat pernikahan.
Meski bersaing, para calon mestinya bisa duduk berdampingan layaknya sepasang pengantin yang tengah berbahagia. Pemilu bukan disikapi dengan permusuhan dan perpecahan yang bisa membawa kehancuran.
"Kalau berdampingan begini saja asyik, kenapa harus berbenturan terus menerus,"katanya
Ketiadaan warga yang mendaftar sebagai calon kepala desa selain Sarkum bukan tanpa alasan. Sebagian besar masyarakat rupanya masih menginginkan Sarkum melanjutkan perjuangannya memimpin desa.