Penumpang Gelap Tercium, Prabowo Bikin Mereka Jengkel karena Ingin Korbankan Emak-emak
Langkah politik Prabowo Subianto dalam beberapa bulan terakhir membalikkan suasana colling down pasca-Pilpres 2019 lebih cepat.
Dasco menceritakan, langkah pertama Prabowo yang tak diduga-duga kelompok tersebut.
Yaitu, Prabowo meminta para pendukungnya agar tak menggelar unjuk rasa saat sidang sengketa hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).
Putusan ini, kata Dasco, membuat para penumpang gelap itu gigit jari.
"Itu di luar dugaan banyak orang, itu namanya penumpang gelap gigit jari," kata Dasco.
Prabowo, kata Dasco, memang mengatakan pada timnya akan mengambil tindakan yang tak diprediksi kelompok itu.
"Kata Prabowo, 'saya akan ambil tindakan yang bikin orang-orang itu enggak menduga'. Dia (Prabowo) banting setir, orang gigit jari," katanya.
Langkah selanjutnya, Prabowo membuka jalan rekonsiliasi, bertemu dengan presiden terpilih Joko Widodo.
Itu pun, kata Dasco, putusan yang sepertinya tak diduga kelompok tersebut.
Langkah itu, kata Dasco, diakukan lantaran setelah sidang MK, masih ada sekelompok orang yang berusaha menghasut Prabowo.
Dasco mengatakan kelompok itu ingin Prabowo mengorbankan para ulama dan emak-emak.
"Sesudah MK masih ada tuh, ada yang ngomong sama Prabowo, 'Pak, kalau mau rakyat marah, ulama dan emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban, rakyat marah.'"

"Prabowo pikir, 'Emang gue bodoh? Kan kasihan emak-emak, ulama mau dikorbankan,'" ujar Dasco.
Guna mengantisipasi kekisruhan yang diinginkan oleh penumpang gelap itu, maka Prabowo merancang pertemuan dengan Jokowi.
Tujuannya, rekonsiliasi pascapilpres. Pertemuan itu pun terjadi pada 13 Juli 2019 di stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus.
"Untuk keutuhan NKRI, bukan mau minta menteri. Dirancanglah pertemuan rekonsiliasi secara diam-diam, senyap, tiba-tiba."