Perjuangan Anak Sopir Truk Jadi Anggota Paskibraka di Istana Negara: Tinggal di Rumah 4x6 meter
Kisah Wisko mengundang perhatian sejumlah kalangan. Tak ada yang menyangka anak sopir truk ini terpilih mewakili Sulawesi Barat ke nasional.
Saat ditemui di kediamanya, Widyawati menyatakan tidak menyangka, anaknya mendapat kepercayaan dan tanggung jawab besar.
Widyawati mengatakan, anaknya tak cuma membawa nama keluarga, namun juga membawa nama daerahnya dengan menjadi salah satu pengibar bendera di Istana Negara.
“Saya tak pernah menyangka Wisko bisa terpilih mewakili Sulawesi Barat ke Jakarta.
Ini jelas kami bangga dan senang, karena dia mendapat kesempatan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di istana,” kata Widyawati.
Hidup sangat sederhana
Wisko bersama Ibu dan keluarganya tinggal di rumah kayu berukuran 4x6 meter milik di Desa Osango, Mamasa.
Tak ada perabotan mewah. Hanya ada sejumlah peralatan dapur dan sepatu lusuh yang setiap hari digunakan Wsiko ke sekolah.
Sepatu itu juga yang digunakan Wisko untuk berlatih baris-berbaris, hingga dirinya diyatakan lolos seleksi Paskibraka.
Di dalam kamarnya pun tak ada barang mewah.
Hanya satu foto kecil milik Wisko dan sebuah alas tidur atau kasur usang yang masih dipakai.
Namun, keterbatasan orangtuanya tak mengurangi niat dan semngat Wisko menjadi siswa berprestasi.
Wisko dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun berlatih.

Di mata kedua orangtua, Wisko dikenal sebagai pribadi sederhana dan sabar.
Meski tahu orangtuanya hidup terbatas, Wisko tak pernah patah semangat dalam belajar.
Juniawan, Ayah Wisko yang berprofesi sebagai sopir truk bangunan mengatakan, rasa lelah dan cepeknya bekerja tiba-tiba sirna setelah mendapat kabar anaknya bakal menjadi duta pengibaran Bendera Merah Putih di Istana.