Hujan Deras di Bogor Belum Berdampak, Tangerang Masih Dilanda Kekeringan

Hujan deras yang mengguyur Bogor pada Kamis (15/8/2019) kemarin belum berdampak di Kota Tangerang.

TribunJakarta.com/Ega Alfreda
Keadaan Sungai Cisadane Tangerang yang masih kering karena musim kemarau panjang hingga ditumbuhi rumput di sekitarnya, Jumat (16/8/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Hujan deras yang mengguyur Bogor pada Kamis (15/8/2019) kemarin belum berdampak di Kota Tangerang.

Diketahui, ketinggian debit air Sungai Cisadane di Tangerang masih menyentuh angka 11,5 meter di mana, sudah mendekati ambang batas siaga 1.

Surutnya sumber air baku di Tangerang tersebut membuat PDAM Tirta Benteng kesulitan mendapatkan air bersih.

Asisten Manajer Humas dan Pengaduan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Ichsan Sodikin mengatakan walau Bogor dan daerah sekitarnya sudah diguyur hujan tapi tidak berpengaruh terhadap Tangerang.

"Ya sampai sekarang kita belum dapat kiriman air dari Bogor. Mau bagaimana pun kita kan hanya menerima air kiriman dari Bogor. Jadi kita masih kekeringan," jelas Ichsan saat ditemui di ruangannya, Jumat (16/8/2019).

Akibatnya, sisi Sungai Cisadane hingga kini masih terpantau kering dan kotor karena bercampur dengan lumpur.

Maka dari itu, PDAM Tirta Benteng meminta bantuan kepada Dinas PUPR Kota Tangerang pengadaan pipa dengan diameter yang lebih besar.

M Anwar Kukuhkan 54 Anggota Paskibraka Jakarta Timur

Pasutri Warga Kamal Muara Lapor Polisi Gara-gara Dapat Obat Kadaluwarsa dari Puskesmas

Diharapkan, pipa yang lebih besar bisa mengisap air bersih lebih banyak dan lebih dalam.

"Karena pipa kita hanya sampai di sisi-sisinya saja. Kalau pipa dari PUPR itu bisa sampai tengah Sungai Cisadane yang masih ada air bersihnya," ujar Ichsan.

Musim Kemarau Panjang, Air di Pemukiman Warga Tangerang Ada Cacingnya

Cacing sutera yang keluar dari keran air di Komplek Kunciran Mas Permai, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Jumat (16/8/2019).
Cacing sutera yang keluar dari keran air di Komplek Kunciran Mas Permai, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Jumat (16/8/2019). (TribunJakarta.com/Ega Alfreda)

Musim kemarau yang berkepanjangan di Tangerang mulai berdampak buruk dan merugikan warga.

Seperti yang terjadi di Kompleks Kunciran Mas Permai, Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, air yang mengalir di perumahan warga terdapat cacing sutera.

Dampaknya, warga di komplek tersebut tidak dapat menggunakan air keran untuk mandi maupun masak.

"Untuk berkegiatan juga enggak bisa, kan jelas banget ini ada cacingnya," ungkap Santo Yanto (40) warga Kunciran, Jumat (16/8/2019).

Ia mengaku, tidak bisa menggunakan air lantaran ada cacing sutera yang bercampur air.

Ia sempat melaporkan kejadian tersebut kepada PDAM Tirta Benteng untuk bisa membersihkan cacing sutra yang keluar dari keran miliknya.

“Kejadian kemarin, di mana air di rumah saya tidak keluar. Setelah beberapa jam, air keluar kecil selanjutnya ditambah ada cacing sutera. Pikir saya hanya kotoran biasa. Setelah dilihat ternyata cacing," cerita Santo.

Sementara, Asisten Manajer Humas dan Pengaduan PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Ichsan Sodikin mengatakan, keluarnya cacing di saluran air bersih disebabkan musim kemarau yang berkepanjangan.

Air bersih pun sudah menipis karena tidak turunnya hujan selama berbulan-bulan di Tangerang.

"Ada beberapa penyebab ada cacing, pertama akibat efek musim kemarau panjang. Kedua, musim kemarau menyebabkan kualitas dan kuantitas air baku menurun, ada sedimentasi lumpur tergerus," terang Ichsan saat ditemui di kantornya.

Alasan ketiga yakni, keringnya Sungai Cisadane yang menjadi bahan baku selama ini, Kali Angke pun menjadi alternatif lainnya.

Ichsan menambahkan, air yang digunakan oleh warga Kunciran Mas Permai dikelola oleh PT BHJ dengan menggunakan air baku dari Kali Angke.

Tetapi, memang kondisi saat ini statusnya kritis. Karena air baku di sana sudah tidak lagi bisa digunakan.

"Jadi kondisi kemarau ini menyebabkan air di Kali Angke sudah tidak layak digunakan lagi. Bahkan air di sana memang sudah bercampur dengan lumpur yang mengakibatkan cacing, kuman, dan planton bisa masuk ke penyaluran rumah karena air baku sudah berkurang," paparnya.

Dalam musibah ini, kata Ichsan, seharusnya PT BHJ sebagai rekanan PDAM Tirta Benteng juga harus ikut andil dalam penanganan masalah yang dialami warga.

Tetapi memang kondisinya sangat tidak memungkinkan.

Kata Ichsan kantor PT. BHJ berada di Singapura dan sulit untuk melakukan koordinasi.

"Kantor PT. BHJ itu ada di Singapura, kita sangat susah melakukan koordinasi. Tetapi kita terus berupaya untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Sekali lagi saya meminta maaf atas kejadian ini," tuturnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved