Rusuh di Papua
UPDATE Dugaan Perusakan Bendera Merah Putih di Asrama Mahasiswa Papua, Berbuntut Aksi Solidaritas
Aksi massa yang terjadi di Manokwari, Sorong, dan Jayapura itu diduga buntut dari dugaan persekusi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
Penulis: Mohamad Afkar Sarvika | Editor: Kurniawati Hasjanah
TRIBUNJAKARTA.COM - Aksi massa yang terjadi di Manokwari, Sorong, dan Jayapura itu diduga buntut dari dugaan persekusi terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.
Pada Jumat (16/8/2019), sejumlah organisasi masyarakat (ormas) terlibat bentrok dengan mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya.
Hal itu dipicu oleh adanya dugaan perusakan benderan merah putih dan membuang keselokan oleh oknum mahasiswa.
Dikutip TribunJakarta dari Kompas.com, Satu di antara perwakilan massa, Muhammad mengatakan, ketika itu banyak bereadar foto oknum mahasiswa Papua diduga mematahnkan tiang bendera merah putih.
Foto tersebut beredar di grup-grup WhatsApp.
"Di satu grup (WhatsApp) bendera merah putih dipatah-patahkan dan dibuang di selokan. Saya lihat (foto) itu di grup Aliansi Pecinta NKRI," ujar Muhammad.
Dikatakaannya bahwa, bendera merah putih sudah kembali terpasang saat massa tiba di asrama.
• Soal Pemindahan Ibu Kota, Fadli Zon: Kasihan Negara Ini Diombangambingkan dengan Persoalan Amatiran
• Demi Bebaskan Pacarnya dari Penjara, Gadis 25 Tahun Rela Bunuh Ibunda agar Dapat Warisan
Juru Bicaa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Surqabaya, Dorlince Iyowau memastikan bahwa penghuni asmara mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, tidak merusak bendera merah putih yang terpasang di depan asrama.
"Sebenarnya kalau pengerusakan bendera itu tidak. Karena tadi pagi sampai tadi siang, (bendera merah putih) itu masih terpasang," kata Dorlince dihubungi melalui telepon, Jumat (16/8/2019).
Kesalahpahaman itu, tutur Dorlince, berawal saat beberapa mahasiswa Papua, termasuk dirinya, keluar asrama untuk membeli makanan pada siang hari.

Namun, saat kembali ke asrama, tiang beserta bendera Indonesia sudah tidak ada di asrama tersebut.
"Soal itu kami tidak tahu. Karena kami dari luar, masuk, ada beberapa kawan juga masuk, kami tidak tahu apa-apa. Kami kaget tiba-tiba kok benderanya gini-gini (patah)," tutur dia.
Dorlince berupaya mengklarifikasi kejadian tersebut pada ormas yang mengepung asrama mahasiswa Papua namun mendapat penolakan dari massa.
"Kami pakai metode negosiasi ataupun pendekatan hukum untuk bicara baik-baik soal ini. Kami klarifikasi bersama, tapi mereka menolak itu. Mereka menunjuk kami. Mereka menuntut kami untuk keluar adu fisik," ujar dia.
Polisi akan cek CCTV
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho Kombes Pol Sandi Nugroho, Jumat (16/8/2019) malam mengatakan akan mendalami dugaan adanya bendera Merah Putih yang diduga diduga dipatahkan dan dibuang oleh mahasiswa Papua di Asrama Mahasiswa Papua, Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur.
"Kami mencoba untuk mengecek dan menyelidiki bersama-sama dengan Satpol PP kemudian dengan Koramil, dari Intel Korem dan Kodim untuk bersama-sama kami petakan permasalahannya apa," ujar dia.
Di samping itu, pihaknya sedang mengumpulkan alat bukti dan saksi-saksi untuk mendalami kasus tersebut.
"Alat bukti yang ada dan saksi-saksi kami kumpulkan. Mudah-mudahan, mohon doanya nanti kami bisa tuntaskan permasalahan ini dengan cara yang benar dengan tidak melanggar hukum," tutur dia.
Selain itu pihaknya juga akan memeriksa CCTV dan beberapa warga yang melintas di jalan tersebut yang bisa mendukung terungkapnya masalah tersebut dengan jelas.
• Terkuak Penyakit Rizki Bocah Cianjur yang Kerap Gigit Ular, Ibunda: Disengat Tawon Malah Ketawa
• Vonis Mati Dibatalkan MA, Bandar Narkoba kembali Berbisnis dari Balik Penjara
"Sedang dikumpulkan. Kasat intel dan Kasatreskrim dibantu teman-teman TNI dan masyarakat, jumlahnya belum dilaporkan. Nanti kita akan kasih tahu," tuturnya.
Sementara itu pada Minggu (18/8/2019) dini hari, 43 mahasiwa Papua dipulangkan ke asrama setelah menjalani pemeriksaan di Polrestabes Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Sandi Nugroho memastikan akan mendalami kasus tersebut dan mengevaluasi secara menyeluruh keterangan 43 mahasiswa Papua tersebut.
"Dari hasil pemeriksaan (43 mahasiswa Papua) mengaku tidak mengetahui ( perusakan bendera). Jadi kami pulangkan sementara," kata Sandi, Minggu.
Ia juga mengatakan akan mempelajari sejumlah alat bukti yang ditemukan di asrama mahasiswa papua.
"Kami masih pelajari keterangan 43 mahasiswa Papua. Karena itu perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Sehingga kita tahu bahan keterangannya secara utuh," ujar Sandi.
Mengenai barang bukti yang ditemukan, Sandi menyebut masih perlu dilakukan pendataan tentang jumlah dan jenis barang bukti tersebut.
Update terkini
Pihak kepolisian saat ini masih mendalami dugaan perusakan dan pembuangan bendera merah putih.
Perusakan dan pembuangan bendera merah putih itu diduga dilakukan mahasiswa Papua yang tinggal di asrama mereka di Surabaya.
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Sandi Nugroho mengatakan, penyelidikan kasus dugaan penistaan simbil negara itu tetap berjalan.
Pihaknya akan membongkar siapa oknum yang melakukan perusakan bendera merah putih itu.
"Kami masih melakukan penyelidikan lanjutan sampai nanti bisa teridentifikasi siapa (pelaku perusakan bendera)," kata Sandi, Selasa (20/8/2019).
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa sembarang menuduh orang tertentu melakukan perusakan bendera tanpa ada saksi dan alat bukti yang menguatkan.
"Kalau alat buktinya, tiang dan benderanya ada di kantor. Tapi kan kita tidak bisa nuduh orang kalau tidak ada saksinya," tuturnya.
Ia menambahkan jika pelapor yang melaporkan kasus dugaan perusakan dan pembuangan merah putih merupakan gabungan kelompok ormas di Surabaya.
"Menyebutnya adalah gabungan ormas Surabaya, yang terdiri dari FKPPI, ada FPI dan lain sebagainya. Laporannya hari Jumat (16/8/2019) malam," terangnya.
Sementara itu Pegiat HAM, Haris Azhar mengatakan bahwa aksi massa pada Senin (19/8/2019) kemarin merupakan suatu persoalan yang cukup serius bagi bangsa Indonesia.
"Di saat sedang merayakan 74 tahun kemerdekaan ternyata ada praktik rasisme," ujar Haris Azhar seperti dikutip TribunJakarta dari YouTube tvOnenews, Selasa (20/8/2019).
"Ini juga sebetulnya tidak bisa dilihat sebagai perisitiwa kecil yang terjadi ga bisa," tambahnya.
TONTON JUGA:
Menurutnya, rasisme adalah sesuatu yang sangat dibenci masyarakat global.
"Bahkan dalam banyak perisitiwa kalau lihat sejarah rasisme ini justru merubah tatanan menuju suatu pembaharuan," jelasnya.
Haris Azhar pun menyebut bahwa opini yang saat ini sedang dibangun yakni seolah-olah ada kejadian perusakan bendera hingga terjadi pengepungan asrama mahasiswa Papua.
"Kita gak clear sampai hari ini, gak jelas siapa yang buang bendera di mana dari video yang beredar itu siapa yang sudah periksa? di mana peristiwa itu terjadi, siapa yang melakukan, dan harus ditanya kenapa melakukan hal tersebut, bukan didatangi dikepung," tuturnya.
"Jika itu memang dianggap sebuah pelanggaran hukum harusnya tatacaranya seperti apa, kenapa datangnya harus pake senjata lengkap ramai-ramai," tambahnya.
(TribunJakarta/Kompas.com)