Melihat Kondisi Lautan Sampah di Kampung Bengek Muara Baru
Sarwana mengaku sampah itu bukan berasal dari warga sekitar, tapi warga dari luar Kampung Bengek yang sengaja membuang ke sana
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PENJARINGAN - Lautan sampah menghampar di permukiman RW 17 kawasan Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Permukiman yang lebih dikenal dengan nama Kampung Bengek itu berada tak jauh dari Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman (PPSNZ) Muara Baru.
Akses masuknya dapat ditemui di gang sebelah kanan sebelum pintu masuk PPSNZ Muara Baru.
Ketika masuk melalui gang tersebut, tak jauh dari ujung gang terdapat papan tanda kepemilikkan lahan tersebut, yakni milik PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo) atau Indonesian Port Corporation (IPC).
Pada papan itu, terdapat tulisan dalam huruf kapital berisi "tanah milik PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Sunda Kelapa Sertipikat HPL no. 2 Th 1990. Area ini akan terkena penataan terhadap bangunan yang berdiri di atasnya harap segera dikosongkan atau bongkar".
Masuk sekitar 100 meter ke belakang tembok-tembok yang ada di dekat akses masuk, permukiman warga mulai tampak.
Rumah-rumah di sana berbentuk semi permanen. Kebanyakan berbahan kayu dari atap sampai lantainya.
Jalan setapak yang menghubungkan rumah-rumah menjadi akses satu-satunya untuk menyusuri permukiman itu.
Beberapa saat menyusuri permukiman, bau menyengat pun mulai muncul.
Bau itu berasal dari lautan sampah yang berada di sisi timur permukiman tersebut.
Di sana, sampah menghampar dengan luas sekitar 1 hektar mengelilingi permukiman warga.
Pada lautan sampah itu, sore ini, tampak sejumlah anak-anak bermain, ditambah kawanan domba yang juga berkeliaran di sana.
Domba-domba itu tak jarang menuju ke tumpukan sampah, ada beberapa yang bahkan memakan sampah tersebut.
Permukiman yang bergesekan dengan lautan sampah ini sudah ada sejak 3-4 tahun belakangan.
Hal itu disampaikan oleh Sarwana (60), salah seorang warga yang tinggal di sana.
Sarwana membangun sendiri rumah semi permanennya di permukiman itu setelah meninggalkan kontrakan lamanya yang juga berada di kawasan RW 17 Muara Baru.
Ia terpaksa pindah karena sudah tak sanggup membayar uang kontrakannya yang seharga Rp 300 ribu sebulan. Alasannya karena ia sudah tak kerja lagi.
Sementara membangun rumah di lahan milik PT Pelindo II itu, kata Sarwana, tidak dilarang kala itu. Bahkan tak sedikit, lanjut Sarwana, yang mencari duit dengan menjadi pemulung di permukiman itu.
"Warga sini rata-rata selam, lelang, mulung sampah ya ada juga kadang-kadang," kata Sarwana, Senin (2/9/2019).
Selama empat tahun ini, lautan sampah sudah begitu dekat dengan Sarwana dan warga di sana.
Meski lautan sampah hanya sepelemparan batu dari rumahnya, Sarwana mengaku tidak terganggu. Ia malah merasa aman-aman saja.
"Ya nyaman-nyaman aja, kalo penyakit mah yang tinggal di gedong mah penyakit sama aja. Selama ini mah aman-aman aja, yang penting mah buat tidur aja," kata Sarwana.
Sarwana mengaku sampah itu bukan berasal dari warga sekitar, tapi warga dari luar Kampung Bengek yang sengaja membuang ke sana.
Sementara waktu paling memusingkan bagi Sarwana dan warga sekitar adalah ketika musim hujan.
Saat hujan turun, sampah akan benar-benar menjadi lautan sampah. Air hujan akan membawa sampah-sampah mengalir ke permukiman warga.
Bahkan, tak sedikit sampah yang akhirnya menumpuk di bawah rumah semi permanen milik warga.
Dengan adanya sampah, Sarwana mengaku bertindak inisiatif dengan membakar sampah yang menumpuk beberapa waktu sekali.
Tindakan inisiatif itu keluar setelah selama empat tahun ini tak ada tindakan dari empunya lahan.
• Tabrakan Beruntun Tol Cipularang Tewaskan 9 Orang, Polisi Belum Bisa Mengidentifikasi Korban Hangus
Tindakan pembersihan baru ada belakangan ini, setelah Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara mengadakan grebek sampah di sana.
"(Pembersihan) baru sekarang ini, orang Pelindo kayak apa juga nggak pernah liat," kata Sarwana.
Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara, Slamet Riyadi menuturkan, total lahan Kampung Bengek yang dipenuhi sampah seluas 1 hektar.
Lautan sampah itu, kata Slamet, berasal dari warga sekitar yang memang sengaja membuang sampah di sana.
Terutama ketika di sana tak sedikit pemulung yang melaksanakan aktivitas pemilahan sampah.
"Ini adalah mungkin sampah, ya sampah dari aktivitas warga, bisa lihat sendiri di sini ada beberapa lapak pemulung, itu adalah sisa dari para pemulung yang membersihkan dari lapaknya sehingga yang bisa dijual mereka jual, lalu sisanya mereka tumpuk saja," kata Slamet.