15 Tahun Kasus Munir Tak Terungkap, Sang Putri: Dia Orang Hebat Meski Aku Tak Perlu Mengetahuinya

Munir Said Thalib tewas diracun dalam penerbangannya menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Erik Sinaga
Twitter @matanajwa
Diva Suukyi Larasati Putri Aktivis HAM Munir 

Diva Suukyi Larasati mengaku, ia akan menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskan bahwa ia telah ditinggalkan sosok ayah saat berusia 2 tahun.

"I'm too little to understand anything. Tapi yang aku pengen show ke orang-orang kalau dia merupakan orang hebat meski aku tak perlu mengetahuinya," jelas Diva Suukyi Larasati.

2 Eksekutor Akui Dihipnotis Bunuh Pupung, Aulia Kesuma Emosi saat Rekonstruksi: Jangan Belaga Bego

Diva Suukyi Larasati begitu paham dengan perasaan sang ibunda yang ditinggal Munir meninggal sehingga saat itu ia tak pernah menanyakan isu pembunuhan yang menimpa ayahnya.

Pollycarpus dan Munir
Pollycarpus dan Munir (Kolase TribunJakarta.com)

Putri Munir itu hanya menanyakan sekali mengapa sang ayahnya dibunuh kepada ibunda namun pertanyaan itu tak terjawab karena sang ibu menunjukkan ekspresi sedih.

"Saat itu rumah sangat penuh dan banyak orang yang berbisik melontarkan kata pembunuhan. Jadi dari situ saya mendapatkan apa ini yang menimpa saya. Saya akhirnya tanya ke ibu tetapi pertanyaan itu justru buat ibu sedih. Jadi saya mungkin tak menanyakan lagi," jelas Diva Suukyi Larasati.

Celetukan Nia Ramadhani saat Marshanda Ungkap Sosok Ben Kasyafani, Bereaksi dengan Nada Tinggi

Mengenal sosok Munir

Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965.

Dia berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw) dan terkenal sebagai seorang aktivis kampus.

Berkat ketekunannya, Munir dipilih rekan-rekannya untuk menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unibraw pada 1998, Koordinator wilayah IV Asosiasi Mahasiswa Hukum Indonesia.

Munir juga merupakan anggota Forum Studi Mahasiswa untuk Pengembangan Berpikir, Sekretaris Dewan Perwakilan Mahasiswa Hukum Unibraw, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Pengalaman menjadi aktivis pada masa mudanya menghadirkan keseriusan Munir terhadap masalah hukum dan pembelaan terhadap sejumlah kasus.

Dia pernah menjadi seorang Dewan Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan).

Kontras merupakan sebuah kelompok yang dibentuk oleh sejumlah LSM seperti LPHAM, Elsam, CPSM, PIPHAM, AJI, dan sebuah organisasi mahasiswa PMII.

Sebagai sebuah komisi yang bekerja memantau persoalan HAM, Kontras banyak mendapat pengaduan dan masukan dari berbagai elemen masyarakat mengenai pelanggaran HAM di berbagai daerah.

Munir pernah terjun menangani berbagai kasus, misalnya menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998. Dia juga pernah menjadi penasihat hukum keluarga korban tragedi Tanjung Priok 1984 .

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved