Kisah Nuridin: 31 Tahun Jadi Ojek Sepeda di Kota Tua, Pernah Dihipnotis hingga Ditabrak Mobil

"Sejak tahun 1988 saya sudah narik ojek sepeda. Sejak kawasan belum tertata sampai saat ini," kenangnya.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas
Sosok Nuridin (55) ojek sepeda onthel di Kompleks Kota Tua pada Rabu (11/9/2019) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, TAMAN SARI - Saat matahari bersinar terik dan cuaca panas terasa menyengat kulit, Nuridin (55) memilih berteduh di sisi pinggir gedung Bank Indonesia, Kompleks Kota Tua, Jakarta Barat.

Sambil duduk bersila di samping sepeda onthel hitamnya itu, Nuridin tampak beristirahat sejenak.

Saat siang menjemput, Nuridin jarang mencari penumpang.

Sebab, ia jarang mendapatkan penumpang saat siang hari kecuali saat akhir pekan.

Biasanya, ia bekerja pada pagi hari dan sore hari lantaran banyak penumpang yang hendak bekerja maupun pulang.

Sosok Nuridin (55) ojek sepeda onthel di Kompleks Kota Tua pada Rabu (11/9/2019)
Sosok Nuridin (55) ojek sepeda onthel di Kompleks Kota Tua pada Rabu (11/9/2019) (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas)

Nuridin mengandalkan penghasilannya dari penumpang yang turun di Stasiun Kota untuk berangkat kerja di sekitar Kota Tua.

Saat senja tiba, ia biasanya kembali mencari penumpang yang pulang di sekitar kawasan Kota Tua menuju Stasiun.

"Saya biasanya nyari penumpang dari jam 8 pagi hingga 11 siang. Kemudian mulai lagi sore hingga jam 10 malam," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Rabu (11/9/2019).

Kini Nuridin terseok-seok bekerja sebagai ojek sepeda.

Perkembangan transportasi umum yang kian pesat membuat keberadaan ojek sepeda terpinggirkan.

Sepedanya mulai tersisih oleh maraknya ojek dalam jaringan (daring) yang lebih cepat dan murah di dompet.

Mau tak mau, Nuridin kini hanya mencari pelanggan setia yang mau duduk di sadel belakangnya itu.

"Saya sekarang lebih mengandalkan penumpang langganan ketimbang nyari yang baru," ujarnya.

Selain itu, kala ada rombongan turis yang kunjungan ke Kompleks Kota Tua, biasanya jasa Nuridin dipakai.

Ia mengantarkan turis itu menuju Pelabuhan Sunda Kelapa.

"Ada koordinatornya yang mengajak para ojek onthel untuk antarkan rombongan turis itu. Lumayan dapatnya," terangnya.

Puluhan Tahun Jadi Ojek Sepeda di Kota Tua

Kedua kakinya telah puluhan tahun menggowes sepeda onthelnya berkeliling kompleks Kota Tua.

Dulu, kawasan itu masih belum tertata rapi.

Sosok Nuridin (55) ojek sepeda onthel di Kompleks Kota Tua pada Rabu (11/9/2019)
Sosok Nuridin (55) ojek sepeda onthel di Kompleks Kota Tua pada Rabu (11/9/2019) (TribunJakarta/Satrio Sarwo Trengginas)

Pilihan transportasi pun belum banyak dan semudah saat ini.

"Sejak tahun 1988 saya sudah narik ojek sepeda. Sejak kawasan belum tertata sampai saat ini," kenangnya.

Bekerja sebagai ojek sepeda bermula saat Nuridin mencoba sepeda onthel milik saudaranya untuk mencari penumpang.

Lambat laun, ia tertarik hingga menyewa sepeda sendiri.

Setelah menjajal kerja jadi ojek sepeda onthel cukup lama, ia pun memutuskan untuk membeli sendiri sepeda onthel.

"Biar enggak mikirin setoran harus bayar Rp 10 ribu tiap Minggu, jadinya saya beli sendiri," kata pria anak tiga itu.

Dari pekerjaannya ini, ia mampu membesarkan ketiga anak perempuannya.

"Dua anak saya sudah berkeluarga, satu anak masih saya urus karena istri saya sudah tutup usia," tambahnya.

Pernah Dihipnotis Hingga Ditabrak Mobil

Asam manis kehidupan di jalanan pun dirasakan Nuridin yang puluhan tahun bekerja sebagai ojek sepeda.

Nuridin mengaku pernah kehilangan uang Rp 500 ribu lantaran dihipnotis oleh penumpangnya.

Saat itu, ia hendak mengantarkan penumpang ke suatu tempat.

Namun, Nuridin merasa diajak berkeliling tak menentu cukup lama.

"Saya diajak keliling lama sama penumpang itu. Kemudian dia minjem uang ke saya. Padahal saya enggak kenal dan mau aja ngasih Rp 500 ribu. Padahal itu bukan uang saya," kenang pria asal Tegal, Jawa Tengah itu.

Tak hanya itu, ia juga pernah merasakan bagaimana jatuh di jalanan beraspal.

Pasalnya, ia harus bergelut di jalan raya bersama mobil dan motor.

Pemilik Rumah Pemotongan dan Penampungan Ayam Berjanji Bakal Tutup Permanen Usahanya

Polres Pelabuhan Tanjung Priok Ungkap Materai Palsu yang Dijual Lewat Online Shop

Revisi UU KPK Masuk Akal Untuk Menyehatkan Negara

"Jatoh beberapa kali pernah kesenggol motor dan ditabrak mobil. Ada sekira tiga kali lah. Ada yang ganti rugi, ada juga yang kabur," ceritanya.

Sebenarnya, ia berkeinginan untuk berhenti bekerja sebagai ojek sepeda di Kompleks Kota Tua.

Namun, kebutuhan hidup yang mendesak tak bisa diajak kompromi.

"Pinginnya sih istirahat aja di kampung, tapi masih butuh buat nyambung hidup jadi terus kerja," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved