Kisah Suraji, Penyandang Disabilitas Jadi Penjual Koran Demi Hidupi Anaknya hingga Raih Sarjana
Tampak kertas putih yang telah dilaminating bertuliskan "Jual Koran dan Pulsa" menegaskan apa yang dilakukannya di jalan itu.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SENAYAN - Di tepi jalan raya, Suraji (56) duduk di atas sepeda roda tiga sebagai pengganti kedua kakinya.
Tampak kertas putih yang telah dilaminating bertuliskan "Jual Koran dan Pulsa" menegaskan apa yang dilakukannya di jalan itu.
Terlihat tumpukan koran yang masih terlipat rapi berada di dalam kantong plastik hitam di dekat kakinya.
Saat duduk, ibu jarinya sibuk menaikturunkan tasbih seraya bibirnya tak berhenti berucap dzikir.
Seluruh bodi sepeda berbahan kayu lapis dan besi itu dicat hijau mengkilap tampak mencuri perhatian.
Pria bertopi itu ditakdirkan tak bisa berjalan sejak kecil karena kedua kakinya lumpuh total.
Namun, hidupnya bukan berarti anti klimaks meratapi nasib yang tak bisa diubahnya itu.
Suraji divonis polio sejak usia tiga tahun
Saat itu, ia dilahirkan tanpa bantuan tenaga medis profesional.
"Saya waktu itu ditangani oleh mantri suntik. Ketika lahir saya disuntik ternyata overdosis. Lalu kaki saya di usia tiga tahun alami lumpuh," terangnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (20/9/2019).
Ia menolak menyerah dengan keadaannya meski kedua kakinya tak mampu memijak tanah.
Suraji tetap melanjutkan hidup dengan bekerja demi hidupi istri dan kedua anaknya di rumah.
Anak keduanya telah merasakan perguruan tinggi S1 di Perguruan Tinggi Panca Sakti.
Suraji pun yang membiayai pendidikan anaknya itu selama empat tahun hingga lulus kuliah.
"Per semester waktu itu Rp 2,1 juta. Dia sekarang jadi guru. Kalau anak saya yang terakhir baru lulus SMA tahun 2018 kemarin," ceritanya.
Semua, akunya, berasal dari perjuangannya menyambung hidup demi membiayai mereka.
Selama 40 Tahun Jualan Koran dengan Sepeda
Selama 40 tahun, Suraji menjajakan koran kepada orang-orang.
Awalnya, pria yang mengenakan baju koko itu merangkak untuk mobilitasnya sehari-hari tanpa bantuan alat apapun.
Suatu ketika ia ditawarkan oleh seorang pemilik bengkel mobil untuk dibuatkan sepeda khusus disabilitas.
Sebab, Suraji kerapkali berjalan merangkak melintas depan bengkel itu selepas pulang mengikuti pendidikan agama di Pondok Pesantren Al Kamal, Kedoya, Jakarta Barat.
"Jadi ada pemilik bengkel nawarin saya, pak kalau saya bikinin sepeda khusus bapak gimana? Saya mau. Akhirnya dibikinin gratis buat saya," ujarnya di tepi jalan raya itu pada Jumat (20/9/2019).
Terbersit di benaknya untuk mencari uang sendiri.
Bermodalkan sepeda roda tiga yang telah dimodifikasi, Suraji pun nekat berjualan koran sekira tahun 80-an.
Ia menggoweskan sepeda yang telah dimodifikasi dengan tangan kanannya berkeliling.
"Saya pernah jualan di bilangan Kedoya, Grogol, hingga Kebayoran Baru. Tapi saya merasa cocok jualan di depan TVRI kawasan Senayan ini," ceritanya.
Setiap pagi, ia pergi naik bus dari Bekasi ke Blok M. Ia melanjutkan lagi perjalanan dari Blok M ke kawasan Senayan.
Sekira pukul 07.00, ia telah sampai di sana dan mulai berjualan.
"Sepeda roda tiga ini saya titipkan di gedung TVRI, pihak gedung bersedia," terangnya.
Dari hasil jerih payahnya berjualan, Suraji mendapatkan uang sekira Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu sehari.
Tapi, tak sedikit yang menambahkan uang lebih kala membeli dagangannya.
Adapula yang memberinya makanan kecil dari para pegawai TVRI yang baru datang sebelum memasuki gedung.
Pernah Ketabrak Motor
Suraji mengaku beberapa kali tertabrak oleh pengendara motor yang melintas di dekatnya.
Bodi samping sepedanya pernah berbenturan dengan sepeda motor sehingga ia jatuh tersungkur.
"Iya pernah beberapa kali saya jatuh karena terserempet motor yang melintas," katanya.
Ia pun juga pernah diperlakukan tak baik oleh orang yang berniat jahat.
Saat itu, dirinya hampir terjaring petugas sosial lantaran dilaporkan oleh orang yang tak suka dengannya.
"Saya pernah dilaporkan orang yang enggak suka sama saya karena dibilang saya mengemis. Padahal di sini saya jualan buat dapat uang," katanya.
Petugas sosial yang datang pun urung untuk menangkapnya lantaran terbukti Suraji tak mengemis.
"Begitu dilihat saya memang enggak mengemis. Tapi dia melapor kalau saya mengemis di jalan," tambahnya.
