Kisah Dede, Penjual Pedang hingga Golok Keliling: Dibeli Pelajar untuk Tawuran hingga Ditodong
Ia berjalan seraya membawa tas berbahan jeans berwarna biru berisi tumpukan benda tajam berupa golok, pisau hingga samurai.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, SENEN - Sengatan sinar mentari di atas kepala Dede (35) mengiringi langkahnya mengarungi jalanan Ibu Kota yang berdebu.
Ia berjalan seraya membawa tas berbahan jeans berwarna biru berisi tumpukan senjata tajam berupa golok, pisau hingga samurai.
Harga dagangan yang dijualnya itu berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 2 jutaan.
Langkah demi langkah pria bernama lengkap Dede Yanto ini menelusuri permukiman, pertokoan dan pasar sembari menawarkan dagangannya.
Bisa dibilang, dagangan yang dijual oleh Dede terlihat asing di mata warga yang melihatnya.
Banyak orang yang memandangnya takut kala melihat apa yang dibawanya itu.
"Iya memang ada sih yang takut. Tapi sebenarnya ini (benda tajam) buat kolektor atau buat potong di kebon," kata Dede saat ditemui TribunJakarta.com di tepi Jalan Groya Utama, Sunter, Jakarta Utara, pada Senin (23/9/2019).

Kendati banyak anggapan demikian, ia tetap berjualan benda tajam itu berkeliling.
Sudah sekira 20 tahun silam Dede menjual benda tajam itu sampai saat ini.
Pekerjaan ini pun, ia lakoni lantaran mengikuti jejak keluarganya yang terlebih dahulu berjualan itu.
"Saya udah jualan ini dari tahun 99, ini turun temurun. Dari kakek, bapak, sampai saya sekarang jualan ini," lanjutnya.
Meski tujuannya hanya sekadar untuk dikoleksi atau kegiatan berkebun, tetap saja ada orang yang menyalahgunakannya.
Di era 2000-an, pedangnya pernah dibeli oleh anak-anak muda untuk bertikai.
"Kalau dulu, iya dibeli di sekitar tahun 2000-an. Buat pelajar tawuran. Kalau sekarang enggak ya," terangnya.