Kisah Dede, Penjual Pedang hingga Golok Keliling: Dibeli Pelajar untuk Tawuran hingga Ditodong
Ia berjalan seraya membawa tas berbahan jeans berwarna biru berisi tumpukan benda tajam berupa golok, pisau hingga samurai.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Tapi, kebanyakan orang yang ditemuinya hanya beli untuk dijadikan koleksi.
Hidupi Keluarga Jual Pedang

Dede merasakan pahit getirnya berjualan pedang berkeliling.
Ia pernah ditodong oleh gerombolan orang di dalam bus di perjalanan pulang.
Saat itu, sekira tujuh orang mengelilinginya di dalam bus.
"Saya pernah dipepet, mereka minta paksa pedang saya satu. Saya udah coba nolak, tapi dia tetap ambil pedang saya itu kemudian pergi," ceritanya.
Menyoal segi pendapatan dalam sehari, dompetnya kadang tak menebal. Bahkan, malah menipis.
Tak ada yang membeli dagangannya saat berkeliling seharian sering dirasakannya.
Setidaknya, lanjut pria anak satu itu, dalam 10 hari ia mengantongi Rp 400 ribu dari berjualan ini.
"Ya segitu tapi kan banyak juga pengeluarannya keluarga. Masih ada anak yang harus dibiayai," kata pria asal Garut itu.
Aneka benda tajam itu dibawa dari Cisaat, Sukabumi, Jawa Barat.
Ia pun harus menyetor selepas berjualan aneka benda tajam itu.
Akan tetapi, kadang tak sesuai ekspektasi Dede.
Setoran pendapatannya seharian kerja pun kadang dipenuhi kadang tidak.
Kendati dagangannya mengundang rasa takut orang, namun Dede tetap menjajakannya demi anak istri yang harus dibiayainya di rumah kontrakannya itu.