Tidak Layak, Tenda Pengungsi Korban Kebakaran Jatinegara Dipindah dari Pinggir Rel
Tenda pengungsian bagi warga korban kebakaran Kecamatan Jatinegara pada Sabtu (21/9/2019) yang sebelumnya didirikan samping perlintasan rel dipindah.
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Tenda pengungsian bagi warga korban kebakaran Kecamatan Jatinegara pada Sabtu (21/9/2019) yang sebelumnya didirikan samping perlintasan rel dipindah.
Kasi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Sudin Sosial Jakarta Timura Abdul Salam mengatakan pemindahan tenda pengungsi guna kenyamanan warga.
"Karena sebelumnya tenda dibangun di perlintasan rel, tapi itu tidak layak. Banyak debu dan tidak higenis, sehingga pengungsi dikhawatirkan terganggu," kata Abdul di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
Tenda pengungsi yang mampu menampung sekitar 100 jiwa itu kini dipindah ke lahan kosong dekat Masjid Jami Al-Barokah.
Abdul menuturkan lahan tersebut dipilih karena tak terdampak kebakaran yang menghanguskan 129 rumah warga Kecamatan Jatinegara.
"Di tenda ini ada sekitar 100 pengungsi, lahan ini awalnya parkiran untuk jemaat Masjid. Kebetulan Masjid Jami Al-Barokah sendiri juga jadi posko," ujarnya.
Di Masjid Jami Al-Barokah, Abdul menuturkan ada sekitar 200 jiwa warga RW 01 Kelurahan Rawa Bunga yang mengungsi.
Perihal kebutuhan bagi pengungsi, Sudin Sosial Jakarta Timur menjamin kebutuhan makanan, minuman, baju, dan perlengkapan sekolah.
"Untuk makan, setiap kali makan kita sediakan 580 box nasi. Kita sediakan untuk makan pagi dan siang, kalau untuk makan malam dari PMI," tuturnya.
Sebagai informasi, 480 jiwa kehilangan tempat tinggal dalam kebakaran yang diduga akibat ledakan handphone warga karena ditinggal saat dicas.
Terdapat lima posko pengungsian yang empat di antaranya merupakan tenda bagi warga Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Bali Mester.
Lagi Nonton TV, Riyadi Tak Sadar Kebakaran, Kini Rumah di Jatinegara Tinggal Puing
Riyadi (51) kini hanya pasrah meratapi rumah yang dia huni sejak tahun 1991 kini tinggal puing.
Riyadi merupakan satu warga Kecamatan Jatinegara korban kebakaran pada Sabtu (21/9/2019)
Letak rumah yang terletak depan kontrakan satu warga RT 04/RW 01 Kelurahan Rawa Bunga tempat api pertama muncul membuat api cepat menjamahnya.
"Waktu kejadian saya lagi nonton TV, kebetulan habis pulang kerja. Tapi baru tahu kebakaran pas pak Supriyadi teriak sekira pukul 00.30 WIB. Sebelumnya enggak tahu," kata Riyadi di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
Lantaran api sudah berkobar saat membuka pintu rumah, dia bergegas membangun keluarganya yang sedang terlelap di lantai dua.
Selain pakaian yang melekat di tubuhnya, Supriyadi mengaku hanya sempat membawa tas saat menyelamatkan diri bersama keluarga.
"Saya masih pakai celana kerja. Untung dompet masih di celana, jadi identitas masih aman. Selain pakaian cuman tas yang bisa kebawa cuman tas saya pakai kerja," ujarnya.

Selama tinggal di Kelurahan Rawa Bunga, Riyadi menuturkan musibah kebakaran yang menimpanya kali ini merupakan kasus ketiga.
Pertama tahun 2002 yang lebih banyak menghanguskan rumah warga, dan tahun 2014 yang skala kebakarannya nyaris menyerupai saat ini.
"Alhamdulillah selama kebakaran besar di sini enggak pernah ada korban jiwa. Bedanya kalau kasus sekarang sebabnya karena kelalaian orang," tuturnya.
Supriyadi (58), warga yang pertama meneriaki warga kebakaran terjadi mengatakan api langsung menyambar begitu dia membuka pintu rumah.
Padahal dia tak sampai dua menit meninggalkan rumah guna mengabari penguhuni kontrakan tempat api pertama muncul.
"Pas saya buka pintu api langsung nyembur keluar, langsung saya teriak kebakaran. Pas kejadian warga masih pada tidur, jadi enggak sempat nyelametin barang," kata Supriyadi.
Polisi Periksa 4 Warga Terkait Kebakaran 129 Rumah di Jatinegara
Empat warga Kecamatan Jatinegara yang dianggap mengetahui kronologis terbakarnya 129 rumah pada, Sabtu (21/9/2019) ditetapkan jadi saksi.
Kapolsek Jatinegara Kompol Darmo Suhartono mengatakan empat warga tersebut sudah sudah memberi keterangan secara resmi kepada personel Unit Reskrim.
"4 saksi yang utama sudah di-BAP (berita acara pemeriksaan), sekarang masih proses lidik," kata Darmo di Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).
Untuk sekarang, pihaknya belum dapat memastikan sebab kebakaran yang membuat 452 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Darmo menuturkan pihaknya menunggu hasil pemeriksaan pusat laboratorium forensik (Puslabfor) Polri terkait dugaan kebakaran dipicu ledakan handphone.
"Sampai sekarang belum ada hasil resmi dari Puslabfor, jadi kita masih menunggu," ujarnya.
Sebagai informasi total 129 rumah warga berasal dari dua Kelurahan, yakni Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Bali Mester.
Di Kelurahan Rawa Bunga, sebanyak 103 rumah yang dihuni 380 jiwa warga RT 03, RT 04/RW 01 habis terbakar.
Sementara di Kelurahan Bali Mester tercatat 26 rumah yang dihuni 72 jiwa warga RT 09/RW 06 ludes terbakar.
Warga Kelurahan Rawa Bunga diungsikan ke tiga posko, sementara warga Kelurahan Bali Mester diungsikan ke dua posko.
Ledakan HP Diduga Jadi Pemicu Kebakaran di Jatinegara
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau warga berhati-hati saat menggunakan perangkat elektronik agar tak menyebabkan korsleting lalu berujung kebakaran.
Hal ini disampaikan usai mendengar informasi penyebab kebakaran yang membuat 452 jiwa warga Kecamatan Jatinegara kehilangan tempat tinggal pada Sabtu (21/9/2019).
"Informasinya dimulai dari meletupnya sebuah alat charging kemudian menyebabkan kebakaran. Ini sebagai hikmah, peringatan bagi kita semua," kata Anies di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (22/9/2019).

Meski penyebab pasti kebakaran menunggu hasil penyelidikan Unit Reskrim Polsek Jatinegara dan Puslabfor Polri.
Anies menuturkan pentingnya kewaspadaan warga dalam menggunakan perangkat elektronik, termasuk handphone.
"Bahwa ketika menggunakan alat elektronik harus dijaga, ditunggu sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan," ujarnya.
Dia menyebut Pemprov DKI bakal memetakan permukiman rawan kebakaran dan memberikan penanda di permukiman tersebut.
Upaya tersebut diharap mampu meningkatkan kepedulian warga terhadap bahaya kebakaran di lingkungan tempat tinggal.
"Supaya muncul kesadaran bahwa kejadian dari kabel listrik yang pemasangannya agak tidak benar. Hal-hal seperti harus menjadi perhatian bagi kita semua," tuturnya.
Supriyadi (58), warga RT 04/RW 01 Kelurahan Rawa Bunga menduga kebakaran dipicu satu tetangganya yang meninggalkan handphone dalam keadaan dicas.
Pasalnya usai melihat kepulan asap dari lantai dua kontrakan tetangganya, dia bergegas mencari penguhuni kontrakan yang baru dua bulan tinggal tersebut.
"Dia bilang handphone lagi dicas 'hape urang lagi dicas', begitu katanya. Habis ngasih tahu itu dia pergi, tapi sampai sekarang enggak kelihatan lagi," kata Supriyadi.
Sebelum api membesar dan melahap 129 rumah jadi abu, warga RT 04 sempat mendengar suara letupan dari lantai dua kontrakan tetangga Supriyadi.
Kehadiran Anies disambut salawat dan takbir
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan disambut selawat dan takbir saat meninjau posko pengungsi korban kebakaran warga Kelurahan Rawa Bunga.
Sambutan untuk orang nomor satu di DKI tersebut dilakukan puluhan warga Kelurahan Rawa Bunga yang mengungsi di Masjid Jami Al-Barokah.
"Pak Anies, pak Anies. Makasih sudah mau datang pak," kata sejumlah warga sembari berebut berjabat tangan dengan Anies Baswedan di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (22/9/2019).
Selain menanyakan kondisi kesehatan warga, Angie's juga mengimbau warga agar menjaga kesehatan selama tinggal di posko pengungsian.
Dia mengimbau warga mengenakan masker guna mencegah gangguan pernapasan selama tinggal di posko yang berada dekat perlintasan rel kereta api.

Didampingi Wali Kota Jakarta Timur M. Anwar dan jajarannya Anies menyambangi lima posko pengungsian yang diperuntukkan bagi warga.
Anies yang tiba sekira pukul 13.59 WIB menyudahi kunjunganya sekira pukul 15.20 WIB setelah beberapa kali meladeni permintaan warga berfoto bersama.
Dalam kebakaran yang mengharuskan 110 personel pemadam dikerahkan ke lokasi, sekitar 452 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Kebakaran diduga akibat seorang warga yang mengontrak di RW 01 Kelurahan Rawa Bunga lalu merambat ke permukiman warga Kelurahan Bali Mester.
Banyaknya jumlah rumah yang terbakar sebanding dengan lama waktu pemadam berjibaku dengan si jago merah, yakni dari pukul 00.53 WIB hingga 06.47 WIB.
Bayi dan anak butuh susu dan popok

Warga Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Bali Mester korban kebakaran Sabtu (21/9/2019) yang kini mengungsi di lima posko masih kekurangan sejumlah bantuan.
Yahya (25), mengatakan pasokan susu, minyak telon, selimut, dan pampers bagi kebutuhan bayi dan balita yang orang tuanya kehilangan tempat tinggal masih belum mencukupi.
"Kebutuhan untuk anak-anak masih kurang, susu, Popok Bayu, selimut itu butuh banget buat yang punya anak bayi. Kalau kebutuhan makanan, baju sudah cukup lah," kata Yahya di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (22/9/2019).
• Barito Putera Berambisi Raih Tiga Poin dari Kandang Persija untuk Hindari Zona Degradasi
• Link Live Streaming Badak Lampung FC Vs Tira Persikabo: Rahmad Darmawan Waspada Perubahan Tuan Rumah
• Gelar Razia Kelengkapan Surat di Pasar Minggu, Ditlantas Polda Metro Jaya Jaring 60 Pengendara
• Polisi Sebut Terduga Teroris yang Ditangkap di Cilincing Termasuk Jaringan JAD
Beruntung hingga kini belum ada bayi, balita, dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan dampak kebakaran yang melahap sekira 129 rumah.
Selain kebutuhan pokok, Yahya berharap ada bantuan kipas angin guna menangkal panasnya suhu dan debu yang menyebar di sekitar posko.
"Kalau siang seperti ini panasnya kan parah ya, anak juga rewel karena panas. Kalau malam butuhnya selimut, soalnya di sini banyak yang punya bayi, balita, anak-anak," ujarnya.
Indra (29), warga lainnya membenarkan kurangnya pasokan kebutuhan bayi, balita, dan anak-anak bagi sekira 159 kepala keluarga (KK) yang terdampak.
Selain kebutuhan bagi anak-anak, pasokan bantuan yang dirasa warga belum mencukupi kebutuhan yakni air minum dan kebutuhan sanitasi.
"Kalau makanan sudah berlebih, tapi air minumnua kurang. Air untuk keperluan mandi segala macam juga masih kurang, kalau bisa cepat ditambah ya," tutur Indra.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, warga yang mengungsi di dua tenda dekat perlintasan rel kereta api tampak paling tidak nyaman.
Selain suhu udara dan bisingnya deru mesin kereta, mereka harus terganggu debu yang terhempas ke tenda karena angin dan hempasan kereta.