Abah Idris, Pembuat Kapal Pinisi Bambu yang Tetap Bekerja Meski Sudah Ringkih: Enggak Mau Nyusahin
Idris menggunakan penghasilannya dalam sehari berjualan untuk membayar biaya kontrakan dan makan
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muji Lestari
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CILINCING - Di usianya yang hampir seabad, Idris Sanusi (96) masih mampu membuat karya yang jarang bisa dibuat oleh sebagian besar orang.
Abah Idris, begitu dia biasa dipanggil, mampu membuat kapal Pinisi berbahan bambu yang diminati banyak orang dengan peralatan seadanya.
Apalagi, dia belajar hanya otodidak tanpa ada orang yang mengajarinya.
Raga Abah Idris memang kian ringkih dan lunglai, namun api semangatnya untuk terus bekerja belum turut meredup.
• Akrab dengan Adik Haji Isam, Hotman Paris Singgung Gaya Sederhana: Walau Begini, Jangan Anggap Remeh
Api semangat itu masih terus menyala hingga saat ini.
Gairah kerja itu yang belum tentu dimiliki oleh sebagian besar orang saat menginjak usia seperti Abah Idris.
Di dalam rumah kontrakannya yang berukuran 10 meter persegi, Idris tinggal bersama istri Mariyah (65) dan Jaya (40), anak keduanya.
Ruangan layaknya studio kecil itu, hanya terdapat satu WC.
Sementara dapur dan ruang televisi yang menyatu dalam satu ruangan, turut diisi dengan tempat tidur bertingkat.
• DJ Bebby Fey Ceritakan Sensasi Berhubungan dengan Genderuwo Hingga 6 Kali: Nagih Banget
Di rumah mungil itu juga lah, Idris memanfaatkan ruang sempit menjadi bengkel pribadinya.
Ia merakit karyanya berupa kapal pinisi dan musala di ruang televisi itu.
Terlihat kakek bercucu delapan ini meletakkan perkakas berupa obeng, gergaji, hingga pisau untuk membuat kapal di bawah meja televisi.
Sejumlah kapal pinisi, musala maupun potongan-potongan bambu berbentuk layar pun tergeletak sembarang di kasurnya maupun di sekitar ruang tamunya itu.
Gigih Kerja Cari Nafkah

Paling tidak seminggu dua kali, Idris berjalan sambil membawa kapal pinisi berkeliling sekitaran Cilincing, Jakarta Utara.
Kata Mariyah, Idrus selalu membutuhkan tongkat ketika berjalan.
Pasalnya, ia sudah tak mampu lagi berjalan dengan sempurna.
"Harus pakai tongkat abah ketika berjalan keliling jajakan kapal," ungkap Mariyah saat ditemui TribunJakarta.com di kediamannya pada Senin (23/9/2019).
Kelima anaknya tak jarang membantu keperluan hidupnya dan mengingatkan kondisi kesehatan Abah Idris.
• KPK OTT di Jakarta dan Bogor: 9 Orang dan Rp 400 Juta Diamankan, 3 Diantaranya Direksi Perindo
Namun Abah Idris tak ingin diam saja menikmati masa tuanya di rumah.
Abah Idrus belum mau menyerah dalam kesenjaan dirinya.
Ia masih gigih untuk bekerja membanting tulang demi menghidupi dirinya sendiri dan istrinya.
"Abah enggak ada capeknya. Abah juga enggak mau nyusahin, masih kerja dan enggak mau ngemis," ujar Abah Idris.
Abah Idris menggunakan penghasilannya dalam sehari berjualan untuk membayar biaya kontrakan serta biaya makan.
Sisanya, ia tabung untuk berjaga-jaga sewaktu diperlukan.
Dibuat menggunakan peralatan seadanya
Anak keduanya, Jaya mengatakan bahwa ayahnya membuat kerajinan itu dengan peralatan sederhana.
Pasalnya, kerajinan serupa yang berada di Sidoarjo atau Solo telah menggunakan alat yang lebih baik dan canggih.
Abah Idris membutuhkan waktu membuat miniatur kapal pinisi maupun musala selama empat hari.
• Usai Unjuk Rasa, Mahasiswa Bubarkan Diri di Senayan
• Viral Video Kekerasan Terhadap Anak Diduga di Pesantren, Sikap KPAI hingga Geramnya Nikita Mirzani
• Debut Dihadapan The Jakmania, Pelatih Persija Jakarta Puji Penampilan Rachmad Hidayat
Tak hanya melulu soal kapal pinisi dan musala, ia pun bisa merakit berbagai model bila ada contoh gambarnya.
Idris tak mematok harga kala menjual kapal pinisi maupun musalanya itu.
Namun, banyak orang yang mau membeli dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu.
"Biasanya kalau ada rezeki, kebanyakan orang ngasih Rp 300 ribu. Kalau lagi enggak ada, biasanya Rp 150 ribu. Abah mah terus terang enggak masang harga," tutur Abah Idrus.