Demo Tolak RUU KUHP dan UU KPK

Tak Bisa Bekerja, Pasukan Oranye Ini Stanby Tunggu Demo Mahasiswa di DPR Selesai

Sementara itu, suara tembakan gas air mata dari arah Gedung DPR RI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, masih terus menggema di telinga.

Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Wahyu Aji
TRIBUNJAKARTA.COM/DWI PUTRA KESUMA
Sekelompok petugas PPSU yang setia menunggu aksi demo di depan Gedung DPR selesai untuk bekerja. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma

TRIBUNJAKARTA.COM, TANAH ABANG - Sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), terlihat duduk melingkar di pemukiman yang ada seberang Gedung DPR RI.

Di sekitarnya, lalu lalang massa mahasiswa pendemo yang berlindung dari tembakan gas air mata petugas masih terus berlangsung.

Sementara itu, suara tembakan gas air mata dari arah Gedung DPR RI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, masih terus menggema di telinga.

"Mau kerja, tapi belum bisa ini aksinya masih berlangsung," ujar Jaya salah seorang petugas PPSU pada TribunJakarta.com, Selasa (24/9/2019).

Biasanya, sejak pukul 16.00 WIB Jaya bersama Umar, Sani, dan Saharjo, telah disibukan dengan tanggung jawabnya membersihkan sampah di lingkungan sekitar Gedung DPR.

"Biasanya dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB, apel dulu baru pulang," kata Umar menambahkan.

Umar mengatakan, ketika massa dipukul mundur menggunakan gas air mata, ada beberapa tembakan yang menyasar ke rumah warga.

Bahkan, tembakan gas air mata tersebut jatuh tepat ditumpukan daun bambu kering hingga menyulut api dan nyaris terjadi kebakaran.

"Itu tadi kami madamin api dari gas air mata yang nyasar ke pohon bambu, kalau gak buru-buru dipadamin bisa kebakaran ngerembet ke rumah warga," katanya.

Sementara itu, Jaya menceritakan bahwa proses memadamkan api yang menyulut tumpukan daun tersebut sangatlah berat.

"Kami padamin, pas sudah padam malah ditembak gas air mata lagi jadi menyala lagi apinya, sampau tiga kali bolak-balik madamin apinya," kata jaya.

Perihnya gas air mata pun tak jadi penghalang untuk mereka memadamkan api.

"Perih banget gas air matanya sampai susah napas, tapi kalau gak dipadamin takut merembet rumah warga. Makanya kami padamin," bebernya.

Sementara Sani, menuturkan bahwa dirinya tidak tahu sampai kapan ia beserta tiga rekannya harus menunggu demo tersebut selesai.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved