Demo di Jakarta

Belasan Pelajar Asal Jawa Tengah Modal Nekat Datang ke Gedung DPR, Cuma Bawa Uang Rp 30 Ribu

Sebanyak 15 orang pelajar asal Salatiga dan Semarang, Jawa Tengah, turut diamankan Polres Metro Bekasi Kota ketika hendak bergerak menuju Gedung DPR

Penulis: MuhammadZulfikar | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BACHTIAR
Pelajar asal Salatiga dan Semarang Jawa Tengah yang turut diamankan Polres Metro Bekasi Kota, Senin (30/9/2019). 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Polres Metro Bekasi Kota melakukan operasi penyisiran untuk mencegah pergerakan pelajar yang hendak menuju Gedung DPR/MPR RI.

Hasilnya, ratusan pelajar berhasil diamankan dan digiring ke Mapolres Metro Bekasi Kota, Jalan Pramuka, Kecamatan Bekasi Selatan, Senin (30/9/2019).

Dari ratusan pelajar itu, rupanya terdapat 15 orang pelajar asal Jawa Tengah, pelajar ini diketahui merupakan peserta didik dari Salatiga dan Semarang. Mereka berangkat dengan cara estafet menumpang truk.

"Ada dari Salatiga, Semarang, mereka estafet dari sana, ada kurang lebih 15 orang," kata Kabag ops Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Hersiantony.

Tony menjelaskan, mereka diamankan di dekat perbatasan Bekasi menuju Jakarta di Kecamatan Bekasi Timur.

Operasi penyisiran ini merupakan kegiatan gabungan yang dilakukan bersama unsur TNI dan Pol PP Kota Bekasi.

"Kemarin kita juga ada beberapa pelajar ke Jakarta ikut meramaikan unjuk rasa, oleh karena itu dari pimpinan, dari tadi pagi kita persiapan, 3 pilar, baik dari TNI, Polri Pol PP, sudah terlibat untuk pengamanan hari ini," jelas Tony.

Dari sekitar 15 orang pelajar asal Jawa Tengah itu, terdapat dua orang pelajar wanita, seorang diantaranya berimisial JS mengatakan, dia berangkat sejak Minggu, (29/9/2019).

"Naik truk, barengan anak semarang, tahu dari medsos (media sosial) kan mua unjuk rasa," ungkap JS.

JS bersama rekan satu daerahnya rencananya akan ikut aksi bersama pengunjuk rasa lain di depan Gedung DPR/MPR Jakarta. Mereka mengaku akan di berada di sana selama satu malam baru kemudian kembali ke Jawa Tengah.

"Enggak ada yang ngajak, niat sendiri, tahu dari instagram, ada ajakan kaya unjuk rasa. Berangkat dari kemarin, kalau yang cowok-cowok dari Semarang semua, saya dari Salatiga," paparnya.

Mereka kini diamankan di Mapolres Metro Bekasi Kota untuk didata dan diberikan pembinaan. Hersiantony menegaskan, semua pelajar baru akan dipulangkan ketika pihak orangtua atau sekolah menjemput.

"Untuk hari ini di polres sendiri kurang lebih 150 pelajar, sementara jajaran polsek kurang lebih 50 pelajar," tegas dia.

Belasan pelajar asal Salatiga ingin ke Gedung DPR

Sebanyak 15 orang pelajar asal Salatiga dan Semarang, Jawa Tengah, turut diamankan Polres Metro Bekasi Kota ketika hendak bergerak menuju Gedung DPR MPR RI Jakarta.

Dari belasan pelajar itu, terdapat pelajar wanita yang turut ikut aksi turun ke jalan, Senin (30/9/2019).

Pelajar wanita itu berinisial JS (18), ia mengaku berangkat dari Salatiga dengan menumpang truk secara estafet sejak Minggu (29/9/2019).

Setibanya di Mapolres Metro Bekasi Kota, pelajar ini nampak tenang, ia bahkan sempat menjawab pertanyaan petugas kepolisian yang mengamankannya.

"Naik truk, barengan anak semarang, tahu dari medsos (media sosial) kan mau unjuk rasa," kata JS.

Ketika ditanya soal aksi unjuk rasa yang ingin disuarakan, JS mengaku ingin menyampaikan aspirasi terkait masalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah di Indonesia.

Masalah Karhutla secara tidak langsung telah berdampak pada dirinya. Terutama, karhiutla di Pekanbaru, Riau. Sebab, Di sana merupakan daerah asal orangtuanya.

"Orangtua saya jauh di Pekanbaru, saya tinggal di Jawa di asrama, itu hutan-hutan di Riau dibakar, orangtua tinggal ibu aja tinggal di sana (Pekanbaru)," jelas dia.

Pelajar asal Salatiga ini nampak vokal ketimbang pelajar lain.

Dia bahkan sempat diintrogasi dengan aparat kepolisian yang turut mengamankannya.

Dalam interogasinya, JS selalu menjawab pertanyaan petugas kepolisian secara lugas.

Bahkan ketika ditanya tujuan aksi unjuk rasa menuntut penolak rancangan undang-undang dia jawab dengan tegas.

"Ya itu tadi menolak RKUHP, terus menolak pimpinan KPK bermasalah, terus kebakaran hutan, demiliterisasi Papua," kata JS ketika ditanya soal tujuan unjuk rasa.

JS bersama rekan satu daerahnya rencananya akan ikut aksi bersama pengunjuk rasa lain di depan Gedung DPR/MPR Jakarta.

Mereka mengaku akan di berada di sana selama satu malam baru kemudian kembali ke Jawa Tengah.

"Enggak ada yang ngajak, niat sendiri, tahu dari instagram, ada ajakan kaya unjuk rasa," paparnya.

"Berangkat dari kemarin, kalau yang cowok-cowok dari Semarang semua, saya dari Salatiga," sambungnya.

Mereka kini diamankan di Mapolres Metro Bekasi Kota untuk didata dan diberikan pembinaan.

Hersiantony menegaskan, semua pelajar baru akan dipulangkan ketika pihak orangtua atau sekolah menjemput.

"Untuk hari ini di polres sendiri kurang lebih 150 pelajar, sementara jajaran polsek kurang lebih 50 pelajar," tegas dia.

Cuma bermodal Rp 30 ribu

Polres Metro Bekasi Kota melakukan operasi penyisiran pergerakan pelajar yang hendak mengikuti aksi unjuk rasa di Gedung DPR/MPR RI Jakarta.

Hasilnya, ratusan pelajar berhasil diamankan di dekat perbatasan Bekasi-Jakarta, Senin (30/9/2019).

Dari ratusan pelajar itu, terdapat sekitar 15 orang yang mengaku berasal dari Salatiga dan Semarang, Jawa Tengah.

Seorang pelajar wanita berinisial JS (18), mengatakan, dalam melakukan perjalanan ke Jakarta, dia hanya membawa bekal uang sebesar Rp 30 ribu.

"Bawa uang kemarin cuma Rp 30 ribu aja, buat makan," kata JS di Mapolres Metro Bekasi Kota.

Mereka melakukan perjalanan sejak Minggu, (29/9/2019), menumpang truk secara estafet hingga tiba di Kota Bekasi.

Namun, sebelum melewati perbatasan menuju Jakarta, kelimabelas pelajar ini diamankan petugas kepolisian bersama ratusan pelajar lainnya asal Bekasi.

"Baru kali ini, berangkat dari kenarin naik truk estafet enggak bayar," jelas dia.

JS bersama rekan satu daerahnya rencananya akan ikut aksi bersama pengunjuk rasa lain di depan Gedung DPR/MPR Jakarta.

Mereka mengaku akan di berada di sana selama satu malam baru kemudian kembali ke Jawa Tengah.

"Enggak ada yang ngajak, niat sendiri, tahu dari instagram, ada ajakan kaya unjuk rasa. Berangkat dari kemarin, kalau yang cowok-cowok dari Semarang semua, saya dari Salatiga," paparnya.

Ketika ditanya soal aksi unjuk rasa yang ingin disuarakan, JS mengaku ingin menyampaikan aspirasi terkait masalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah di Indonesia.

Masalah Karhutla secara tidak langsung telah berdampak pada dirinya. Terutama, karhutla di Pekanbaru, Riau. Sebab, Di sana merupakan daerah asal orangtuanya.

"Orangtua saya jauh di Pekanbaru, saya tinggal di Jawa di asrama, itu hutan-hutan di Riau dibakar, orangtua tinggal ibu aja tinggal di sana (Pekanbaru)," jelas dia.

Ada yang berasal dari Sukabumi

Ratusan pelajar asal Kota Sukabumi, Jawa Barat yang hendak berunjuk rasa ke DPR melewati Jalan Raya Bogor diamankan aparat gabungan TNI-Polri.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Ady Wibowo mengatakan mereka bertolak dari Sukabumi ke Ibu Kota setelah mendapat ajakan berdemo.

"Saya enggak bisa memastikan jumlahnya, tapi ada ratusan pelajar dari Sukabumi, pengakuannya mau berangkat demo ke DPR," kata Ady di Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (30/9/2019).

Meski berasal dari luar Jakarta, ratusan pelajar asal Sukabumi tampak akrab saat berpapasan dengan rombongan pelajar lain di Jalan Raya Bogor.

Beragam Cara Pelajar untuk Ikut Demo, Gunakan Kode Kota Tua, Ingin Tonton Persija dan Bolos Sekolah

Orang Tua Kesal Anaknya Berangkat Demo dan Diamankan Polisi: Biarin, Biar Kapok

Pos Polisi Semanggi Rusak Diamuk Massa Aksi

Diamankan Polisi, Siswa SMP Ini Berkilah Mau Nonton Persija Padahal Tidak Ada Jadwal Pertandingan

Perihal ongkos perjalanan, Ady mengaku tak dapat memastikan karena jumlah pelajar yang melakukan long march terlampau banyak.

"Kita tidak sampai situ (akomodasi), intinya kita berusaha menyelamatkan mereka agar tak sampai ada permasalahan nantinya," ujarnya.

Selain dari Sukabumi, Ady menyebut massa pelajar tingkat SMP dan SMA yang melakukan long march berasal dari Bogor, Depok, Bekasi.

Menurutnya rombongan pelajar dari luar Jakarta nekat berdemo ke DPR karena terpengaruh ajakan yang banyak beredar di medis sosial.

"Yang pasti mereka ada beberapa metode, tapi yang paling memungkinkan itu dari media sosial. Ada dari Instagram, Whatsapp," tuturnya. (TribunJakarta.com)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved