Hari Batik Nasional
Hari Batik Nasional, Mengenal Batik Tirta Suci: Motif Asli Kota Tangerang, Butuh Dukungan Pemerintah
Chairman Board of Director Sanggar Batik Kembang Mayang, Zulifni Adnan mengatakan, batik memang masih menempel stereotype orang tua dan orang dewasa.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Siti Nawiroh
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, LARANGAN - Selain terkenal dengan sebutan kota seribu industri, Kota Tangerang ternyata juga memiliki sebuah batik ciri khasnya sendiri yang jarang ditemui.
Pada perayaan Hari Batik Nasional 2019 kali ini, TribunJakarta.com berhasil menelusuri sebuah kampung tematik yang ada di Kota Tangerang.
Berlokasi di Jalan Mayang RT 02/11, Kelurahan Larangan Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, terdapat kampung tematik bernama Kampung Batik Mayang.
Dari pantauan di kampung tersebut terdapat rumah produksi batik bernama Sanggar Batik Kembang Mayang yang memproduksi berbagai batik tulis di dalamnya.
Saat ditelusuri, sanggar yang berdiri sejak tahun lalu itu memproduksi sebuah batik ciri khas Kota Tangerang yakni, Batik Tirta Suci.
• Anies Baswedan akan Perbaiki Tanaman Rusak Akibat Demo di DPR Tapi Tunggu Suasana Kondusif
Batik yang hanya ditemukan di Kota Tangerang itu dipenuhi motif bercorak aliran air dan sebuah bunga anggrek di sudut-sudutnya.
"Kebetulan ini yang ada warnanya hanya ungu saja. Harusnya Batik Tirta Suci ini ciri khasnya berwarna biru karena coraknya kan sebagian besar air. Tapi bisa dimodifikasi," ungkap Zulifni Adnan selaku Chairman Board of Director Sanggar Batik Kembang Mayang, Rabu (3/10/2019).
Batik yang sebagian besarnya dibuat menggunakan tangan tidak menggunakan alat cetak tersebut ternyata memiliki arti yang mendalam.
Tirta Suci sendiri diartikan sebagai aliran sungai yang terus bergerak tidak pernah berhenti.
Dapat diartikan sebagai Kota Tangerang yang selalu bergerak dan berkembang tidak berhenti di satu titik saja.
"Air itu bagaimana pemerinta bisa dari atas ke bawah menyentuh masyarakat bawah nah itu digambarkan dengan air dari atas ke bawah," terang pria yang akrab disapa Zul.
• Kecelakaan Maut Mobil Pick Up Vs Bus di Jalan Parung-Ciputat Depok, Dua Pengemudi Tewas
Kemudian anggrek yang terletak di sudut-sudut batik melambangkan bahwa masyarakat Kota Tangerang dapat beradaptasi dari segala kondisi juga tangguh menghadapi segala cobaan.
"Layaknya anggrek ya yang bisa bertahan disegala cuaca, bisa bertahan hidup dan terus berkembang bagaimana juga cuacanya," kata Zul.
Batik Tirta Suci sendiri sudah diproduksi dalam berbagai motif modifikasi dan gabungan dari beberapa motif yang sudah ada sebelumnya.
Dari warna hingga motif, Batik Tirta Suci sudah banyak dimodifikasi agar tidak kaku dan bisa terus berkembang.
"Batik ini sendiri (Tirta Suci) sudah kita kembangkan dan modifikasi secara bertahap, tapi tetap untuk motif dasarnya kami tekankan," sambung Zul.
Ia menerangkan semua batik yang diproduksi di sanggarnya terutama batik Tirta Suci sebagian besar dilukis secara manual oleh delapan pegawainya yang merupakan warga Larangan, Kota Tangerang.
Namun, untuk beberapa kejadian seperti pesanan dalam jumlah banyak, sanggar Batik Kembang Mayang menggunakan mesin cetak karena mengejar waktu produksi.
"Kalau bisa kami kerjakan tangan kami kerjakan manual karena estetikanya di situ, tapi kalau jumlah banyak dan cepat kami pake cetak. Karena kalau manual itu paling cepat bisa dua bulan tergantung motifnya juga," ungkap Zul.
Dikesempatan yang sama, Koordinator Sanggar Batik Kembang Mayang, Farah mengatakan, per dua meter batik Tirta Suci yang ia buat rata-rata mempunyai harga sampai Rp 565 ribu.
"Tergantung motif pesanan, kan bisa makan waktu dan tenaga juga kalau semakin ribet. Tapi rata-rata kalau saya itu jual per dua meter sampai Rp 565 ribu. Kan kembali lagi sama si pelukisnya," tutur Farah.
Batik Tirta Suci, Motif Asli Kota Tangerang Butuh Dukungan Pemerintah
Batik Tirta Suci asal Kota Tangerang masih butuh perhatian Pemerintahan Kota Tangerang untuk dikenal secara luas.
Batik yang dibuat langsung di kawasan Kelurahan Larangan Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang tersebut masih minim diketahui oleh warganya sendiri.
Padahal, Batik Tirta Suci merupakan batik Khas Kota Tangerang yang mempunyai motif berbentuk aliran air dan anggrek-anggrek yang berada di sudut kain.
Zulifni Adnan selaku Chairman Board of Director Sanggar Batik Kembang Mayang mengaku masih membutuhkan dorongan dari Pemerintah Kota Tangerang untuk memperkenalkan batik asal Kota Tangerang.
"Mau bagaimana pun juga kan kita bernaung di bawah payung pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Kota Tangerang. Kita butuh dukungan dari mereka untuk memperkenalkan produk asli Tangerang," kata Zulifni kepada TribunJakarata.com, Rabu (2/10/2019).
Sebab, kata pria yang akrab di sapa Zul itu, Pemerintah merupakan salah satu jembatan terbesar untuk menggaungkan nama Batik Tirta Suci ini ke masyarakat luas.
Terutama untuk warga Kecamatan Larangan dan sekitarnya.
Zul pun bertekad akan memperkenalkan Batik Tirta Suci ini ke mancanegara sebagai satu dari beberapa kekayaan lokal Kota Tangrang dan Indonesia.
"Suatu saat kita berencana akan go internasional, tapi kan kita butuh jembatan dari Pemkot Tangerang. Minimal untuk warga sekitar sini saja, Larangan, Ciledug dan Kota Tangerang," curhat Zul.
Pebatik Tangerang Anggap Kaum Milenial Krisis Kecintaan Terhadap Batik
Penggiat batik di Tangerang menilai kaum milenial masih sangat apatis dan minim kecintannya terhadap batik apa lagi terhadap proses pembuatannya.
Chairman Board of Director Sanggar Batik Kembang Mayang, Zulifni Adnan mengatakan, batik memang masih menempel stereotype orang tua dan orang dewasa.
"Karena kan nempel banget ya batik itu dengan kata orang tua dan tidak match dengan kata anak muda."
"Makanya wajar kaum milenial itu masih minim pengetahuan akan batik," kata Zulifni kepada TribunJakarta.com, Rabu (2/10/2019).
Berangkat dari isu sosial yang sering terjadi di mana-mana, pria yang akrab disapa Zul itu pun sedang gencar menggaet anak-anak muda Tangerang.

Terutama muda-mudi di Kecamatan Larangan untuk menumbuhkan rasa peduli terhadap batik yang menjadi warisan nenek moyang Indonesia.
"Kami sekarang sudah mengajak anak-anak muda dari SMP sampai SMA untuk mengadakan pelatihan pembuatan batik di sanggar kami ini. Setidaknya mereka tahu kalau buat batik itu butuh proses dan dapat dicintai melalui proses itu," ungkap Zul.
Sementara, Koordinator Sanggar Batik Kembang Mayang, Farah mengatakan sudah beberapa kali mengajarkan anak muda terutama tingkat SMA membuat batik.
Bahkan, ada beberapa SMA Nasional di Kota Tangerang yang mengharuskan murid didiknya bisa membuat batik sebagai satu dari beberapa syarat kelulusan.
"Itu SMAN 14 Tangerang muridnya wajib bisa bikin batik sebagai syarat kelulusan. Batiknya itu batik Banten yang dibuat setidaknya satu tahun. Nah mereka buat sejak kelas XI sampai nanti lulus," kata Farah.
Sebab, untuk membuat batik Banten, setidaknya dibutuhkan waktu dua bulan oleh orang profesional secara manual.
"Tergantung pesanan dan motif ya, setidaknya dua bulan sampai tiga bulan sebenarnya untuk mebuat batik Banten," kata Farah.