Tak Cuma Lari 20 Putaran, Terungkap Siswa SMP yang Tewas di Manado Juga Dihukum Gurunya Lakukan Ini
Seorang siswa SMP Kristen 46 Mapanget Barat,Manado bernama Fanly Lahingide (14) tewas setelah dihukum guru piket untuk berlari keliling lapangan.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang siswa SMP Kristen 46 Mapanget Barat,Manado bernama Fanly Lahingide (14) tewas setelah dihukum guru piket untuk berlari keliling lapangan, pada Selasa (1/10/2019).
Hukuman tersebut diterima Fanly Lahingide lantaran ia datang terlambat ke sekolah.
Kapolresta Manado Kombes Benny Bawensel, mengungkapkan fakta lain dibalik kemantian remaja itu.
TONTON JUGA
Benny Bawensel mengatakan Fanly Lahingide tak cuma dihukum lari 20 putaran oleh sang guru.
Hal tersebut dipaparkan oleh Benny Bawensel saat menjadi narasumber di Sapa Indonesia, Kompas TV, pada Rabu (2/10/2019).
Mulanya Benny Bawensel membeberkan terkait perkembangan kasus tersebut.
Ia mengaku pihal kepolisian sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Dari olah TKP terungkap Fanly Lahingide dan tujuh siswa yang turut dihukum guru hanya menempuh jarak sekitar 68 meter saja.
"Dan kami melihat jarak yang ditempuh para siswa itu cuma 68 meter," ucap Benny Bawensel.
• Nagita Slavina Spontan Sebut 2 Kata Ini Saat Lihat Ayu Ting Ting, Raffi Ahmad Semringah: Cemburu Ya
TONTON JUGA
Benny Bawensel menjelaskan saat ini pihaknya telah memeriksa tujuh orang siswa yang ikut dihukum bersama Fanly Lahingide sebagai saksi.
Sementara jenazah Fanly Lahingide, kini tengah di visum di Rumah Sakit Bhayangkara.
"Kemudian ada tujuh orang saksi yang sedang kita lakukan pemeriksaan," kata Benny Bawensel.
"Dan untuk korban telah kita lakukan visum di Rumah Sakit Bayangkara,"
"Namun untuk hasil autopsi kita masih menunggu dalam beberapa hari ke depan," tambahnya.
• Sebut Kepercayaan Rakyat ke Jokowi Turun Akibat Gibran & Bobby Nyalon, Sudjiwo Tedjo Bocorkan Solusi
Benny Bawensel kemudian membeberkan kronologi tewasnya Fanly Lahingide.
Ia mengatakan sebelum disuruh berlari 20 putaran, Fanly Lahingide dan ketujuh siswa lainnya dihukum untuk berdiri di bawah terik matahari selama 15 menit.
"Jadi keterangan para saksi, bahwa ada tujuh orang siswa yang pada saat itu masuk terlambat," ujar Benny Bawensel.
"Kemudian oleh guru piket diberikan hukuman dijemur di bawa terik matahari kurang lebih 15 menit,"
"Kemudian dilanjutkan lari keliling lapangan sebanyak 20 keliling," tambahnya.
• Emosional Bahas Perppu KPK, Sudjiwo Tedjo Tegas: Cuma dengan Itu Kepercayaan Rakyat ke Jokowi Balik!
Kapolresta Manado itu menjelaskan pihak sekolah sudah dimintai keterangan.
Namun guru piket yang mengukum Fanly Lahingide saat ini tengah dirawat di rumah sakit, sehingga belum dapat diperiksa.
"Untuk pihak sekolah sudah dimintai keterangan," ujar Benny Bawensel.
"Tapi kalau guru piket saat ini belum bisa, karena masih dirawat," tambahnya.
• Mulan Jameela Dilantik, Begini Beda Reaksi Ahmad Dhani dan Dul Jaelani Putra Maia Estianty
Saat ditanya apakah Fanly Lahingide meninggal karena kelelahan, Benny Bawensel enggan menjawab.
Ia menjelaskan dari 20 putaran yang diperintahkan sang guru, Fanly Lahingide baru berlari sebanyak empat putaran.
"Kita belum melihat itu, karena dari 20 putaran baru memasuki putaran ke empat," ucap Benny Bawensel.
"Kemudian siswa tersebut jatuh tersungkur," tambahnya.
• Gaya Krisdayanti di Pelantikan Anggota DPR RI Diperbincangkan, Sang MUA Bubah Alfian Ungkap Ini
Pantauan TribunJakarta.com, saat jenazah Fanly Lahingide tiba di rumah duka, keluarga remaja itu menangis histeris.
Keluarga meraung-raung disamping peti jenazah Fanly Lahingide tak dapat menerima kenyataan.
• Kelakuan Nikita Mirzani Selama di Bui Dibocorkan Ustaz Maulana di Acara Amal, Begini Reaksi Penonton
Keluarga Korban Laporkan Oknum Guru
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani mengatakan orangtua korban telah membuat laporan di Mapolsek.
Jenazah Fanly akan dilakukan otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Karombasan, Kota Manado, Sulawesi Utara.
"Iya, saat ini jenazah korban akan dilakukan otopsi di rumah sakit Bhayangkara Karombasan," ujarnya.
Muhlis juga menjelaskan, oknum guru yang memberikan ganjaran lari untuk Fanly keadaannya sedang drop.
"Untuk oknum guru yang memberikan ganjaran kepada korban saat ini lagi drop di rumah sakit," kata Kapolsek.
Anggotanya telah menemui Oknum guru berinisial CS (58) dirawat di Rumah Sakit Auri, kata Muhlis.
"Oknum guru diduga syok dan saat ini masih dirawat di rumah sakit, belum bisa diambil keterangan," ucap Kapolsek.