Datang Terlambat Berujung Maut, Siswa SMP di Manado Ngadu Kelelahan Saat Lari Keliling Lapangan
Terungkap Fanly sempat minta istirahat karena kelelahan, sang guru tak mengizinkan.
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Siti Nawiroh
Benny Bawensel kemudian membeberkan kronologi tewasnya Fanly Lahingide.
Ia mengatakan sebelum disuruh berlari 20 putaran, Fanly Lahingide dan ketujuh siswa lainnya dihukum untuk berdiri di bawah terik matahari selama 15 menit.
"Jadi keterangan para saksi, bahwa ada tujuh orang siswa yang pada saat itu masuk terlambat," ujar Benny Bawensel.
"Kemudian oleh guru piket diberikan hukuman dijemur di bawa terik matahari kurang lebih 15 menit,"
"Kemudian dilanjutkan lari keliling lapangan sebanyak 20 keliling," tambahnya.
• Emosional Bahas Perppu KPK, Sudjiwo Tedjo Tegas: Cuma dengan Itu Kepercayaan Rakyat ke Jokowi Balik!
Kapolresta Manado itu menjelaskan pihak sekolah sudah dimintai keterangan.

Namun guru piket yang mengukum Fanly Lahingide saat ini tengah dirawat di rumah sakit, sehingga belum dapat diperiksa.
"Untuk pihak sekolah sudah dimintai keterangan," ujar Benny Bawensel.
"Tapi kalau guru piket saat ini belum bisa, karena masih dirawat," tambahnya.
• Mulan Jameela Dilantik, Begini Beda Reaksi Ahmad Dhani dan Dul Jaelani Putra Maia Estianty
Saat ditanya apakah Fanly Lahingide meninggal karena kelelahan, Benny Bawensel enggan menjawab.
Ia menjelaskan dari 20 putaran yang diperintahkan sang guru, Fanly Lahingide baru berlari sebanyak empat putaran.
"Kita belum melihat itu, karena dari 20 putaran baru memasuki putaran ke empat," ucap Benny Bawensel.
"Kemudian siswa tersebut jatuh tersungkur," tambahnya.
• Gaya Krisdayanti di Pelantikan Anggota DPR RI Diperbincangkan, Sang MUA Bubah Alfian Ungkap Ini
Pantauan TribunJakarta.com, saat jenazah Fanly Lahingide tiba di rumah duka, keluarga remaja itu menangis histeris.
Keluarga meraung-raung disamping peti jenazah Fanly Lahingide tak dapat menerima kenyataan.
Sakit, guru yang hukum Fanly belum diperiksa
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani mengatakan, pihaknya belum bisa memeriksa guru piket berinisial CS yang memberikan hukuman lari kepada Fanli hingga tewas dikarenakan masih sakit.
"Gurunya belum bisa diambil keterangan karena saat ini masih sakit.
Informasi dia (CS) masih menjalani rawat jalan," ujar Muhlis saat diwawancarai di kompleks kantor DPRD Sulut, Rabu (2/10/2019).
Muhlis mengatakan, dokter telah melakukan pemeriksaan kepada CS dan tekanan darahnya naik.
"Itu alasannya kita belum bisa periksa. Kalau dipaksakan kemudian terjadi apa-apa, polisi lagi yang disalahkan. Iya, gurunya ikut mendampingi. Namun, saat itu dia syok hingga sakit," ujar Muhlis.
Wakil Gubernur Sulut pinta publik jangan cepat menyalahkan guru piket
Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw meminta agar publik tidak terlalu cepat menyalahkan guru piket berinisial CS yang memberikan hukuman lari kepada Fanli.
"Mungkin (siswa) ada sakit atau apa. Logikanya, masak cuma lari terus (meninggal).
Koordinasi itu penting, jangan langsung vonis karena gara-gara gurunya," kata Steven saat diwawancarai di Kantor DPRD Sulut, Rabu kemarin.
Menurut dia, dalam kasus ini harus cari tahu dulu apa penyebabnya.
"Saya pribadi yakin gurunya tidak punya niat menyakiti, apalagi menghilangkan nyawa orang. Kasus ini sementara berproses di kepolisian. Polisi sementara menyelidiki," kata Steven.
Hingga saat ini, kasus tersebut masih dalam penyelidikan kepolisian.
(Kompas.com/ TribunManado.co.id)