Fenomena Langit Jepang Berwarna Pink Sebelum Topan Hagibis Mengamuk, 35 Orang Tewas & Bangunan Roboh
Langit di Jepang berubah warna menjadi pink sebelum topan hagibis mengamuk di Jepang 35 orang tewas dan 20 orang hilang.
Penulis: Suharno | Editor: Erik Sinaga
Kondisi angin di Hiroshima, kata Wahyu, tak terlalu kencang.
“Kebetulan perfekturku enggak di pusatnya yang dilewati topan Hagibis. Tapi tetap kena anginnya,” ujar Wahyu.
Wahyu menceritakan, akibat typhoon Hagibis, transportasi di wilayah yang terkena dampak sempat tak beroperasi selama 2 hari.
“Enggak terlalu khawatir, karena memang bukan yang pertama kalinya Jepang dilewati badai topan,” kata Wahyu.
• Cari Lowongan Kerja? Datangi Bursa Kerja di Balai Kartini Jakarta Pekan Depan, Ada 150 Perusahaan
Sementara itu, lanjut dia, di wilayah lainnya, seperti di Kanto, Tokyo, bahan makanan di sejumlah toko habis diborong warga.
“Info teman di Kanto, dari semalam bahan makanan di supermarket ludes semua. Untuk persiapan bencana kali,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Jepang telah mengingatkan bahwa typhoon Hagibis menjadi topan yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Perfektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Saat itu, Topan Kanogawa tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Berasal dari Filipina
Namun, tak banyak yang tahu, topan Hagibis atau Typhoon Hagibis, ternyata penamaannya berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.
Melansir ABS CBN, dalam bahasa Filipina, Hagibis memiliki arti kecepatan dan kekuatan.
Adapun, penamaan siklon merupakan sumbangan nama yang selama ini diberikan oleh 14 negara dan wilayah.
Topan Hagibis juga memiliki kesamaan nama dengan nama band Filipina yang sudah berusia empat dekade.
Munculnya typhoon Hagibis ini, sekaligus mengingatkan kembali orang-orang tentang keberadaan band tersebut.
Dikenal sebagai “Orang Desa” Filipina, band Hagibis merupakan band beranggotakan pria yang telah ada sejak 1979.