Fenomena Langit Jepang Berwarna Pink Sebelum Topan Hagibis Mengamuk, 35 Orang Tewas & Bangunan Roboh
Langit di Jepang berubah warna menjadi pink sebelum topan hagibis mengamuk di Jepang 35 orang tewas dan 20 orang hilang.
Penulis: Suharno | Editor: Erik Sinaga
TRIBUNJAKARTA.COM - Puluhan ribu tim penyelamat Jepang dikerahkan untuk mencari korban selamat setelah amukan Topan Hagibis akhir pekan lalu yang membunuh 35 orang.
Topan yang disebut terkuat dalam 60 tahun terakhir itu mendarat pada Sabtu (12/10/2019), menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Lebih dari 110.000 tim penyelamat, termasuk 31.000 tentara Jepang, bekerja sepanjang malam untuk mencari korban yang masih terperangkap.
Media lokal dikutip AFP Senin (14/10/2019) memberitakan, sekitar 35 orang tewas akibat terjangan Topan Hagibis, dengan Kyodo menyebut 20 orang masih hilang.
• Istrinya Nyinyir Terkait Penikaman Wiranto, Peltu YNS Ditahan 14 Hari, Sang Istri Buat Pengakuan

Hagibis datang dengan kecepatan angin mencapai 216 km per jam, menyebabkan hujan lebat dan 21 sungai meluap dengan dilaporkan adanya kerusakan.
Di Nagano, tanggul Sungai Chikuma jebol dan mengalir hingga ke permukiman.
Akibatnya, rumah warga terendam hingga ke lantai dua.
Militer dan dinas pemadam kebakaran mengangkut korban dari atap.
Di Fukushima terjadi kejadian tragis di mana perempuan lansia terjatuh dari helikopter.
"Mencari Korban Selamat adalah Prioritas Utama" Sementara ada tim yang menggunakan perahu karet untuk mencari ratusan orang yang terperangkap di panti jompo kawasan barat laut Tokyo.
Upaya penyelamatan itu berlangsung hingga Senin pagi, di mana tim ada yang mencari di kawasan berlumpur menggunakan belati mereka.
Korban tewas yang dilaporkan pada Minggu (13/10/2019) diketahui setelah petugas menemukan jenazah dari rumah dan mobil yang terendam. Korban tewas terdiri dari seorang pekerja kota yang mobilnya terbalik, dan sedikitnya lima awak asal China ketika kapal karam di Teluk Tokyo.
"Dari 12 kru yang berada di kapal, lima di antaranya berasal dari China," demikian pernyataan dari penjaga pantai setempat.
Penjaga pantai itu menuturkan, empat kru yang berasal dari China, Myanmar, dan Vietnam sudah diselamatkan, dengan operasi bakal kembali digelar.
Rencananya, mereka akan menerjunkan 11 perahu, dua helikopter, puluhan penyelam untuk mencari tiga kru kapal tersisa yang masih hilang.
Berawal dari Langit Pink

Typhoon Hagibis mengarah ke Jepang pada Sabtu (12/10/2019).
Melansir CNN, typhoon Hagibis telah melemah saat mendekati Jepang.
Meski demikian, typhoon Hagibis sangat berbahaya dengan kecepatan angin maksimal hingga 195 kilometer per jam (122 mph) setara dengan badai Atlantik kategori 3.
Topan Hagibis ini diprediksi akan benar-benar sampai di Jepang pada Sabtu sore waktu Jepang, tetapi sudah berdampak di banyak wilayah, di antaranya bagian tengah dan selatan Honshu, pulau utama Jepang.
Di media sosial, khususnya Twitter, juga diramaikan tagar #SaveJapan dan #TyphoonHagibis.
• 5 Tim Indonesia Melaju ke PUBG Mobile PMCO Championship SEA League di Bangkok, Bigetron RA di Puncak
Sejumlah warganet membagikan foto-foto yang memperlihatkan lagit Jepang berubah warna menjadi pink keunguan.
"LIHAT: Langit di Jepang berubah merah muda beberapa jam sebelum murka Topan Super #Hagibis #SaveJapan” tulis akun @PHWeatherUpdate.
Sejumlah akun lainnya juga berbagi fenomena yang sama.
• Jam Pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih Minggu (20/10) & Hal yang Dilakukan Jokowi Setelahnya
Bagaimana situasi di Jepang dari kesaksian warga Indonesia yang ada di sana?
Wahyu Cahyo Saputro, salah satu warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang, berbagi cerita mengenai fenomena langit berwarna pink jelang typhoon Hagibis.
Wahyu mengungkapkan, kantornya berlokasi Perfektur Hiroshima. Dari lokasi ini, ia sempat melihat langit berwarna pink.
“Iya kemarin sore (melihat langit berwarna pink). Sekitar pukul 17.35 (waktu setempat)” ujar Wahyu, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/10/2019) pagi.
• Terungkap Percakapan 4 Pemeran Video Panas Vina Garut Ketika Beradegan Ranjang, AG Melihat Mimik V
Fenomena ini, menurut dia, hanya berlangsung sebentar.
"Cuma sekilas saya melihatnya. Lagi kerja soalnya pas jalan dari bagian A ke bagian B,” kata dia.
Kondisi angin di Hiroshima, kata Wahyu, tak terlalu kencang.
“Kebetulan perfekturku enggak di pusatnya yang dilewati topan Hagibis. Tapi tetap kena anginnya,” ujar Wahyu.
Wahyu menceritakan, akibat typhoon Hagibis, transportasi di wilayah yang terkena dampak sempat tak beroperasi selama 2 hari.
“Enggak terlalu khawatir, karena memang bukan yang pertama kalinya Jepang dilewati badai topan,” kata Wahyu.
• Cari Lowongan Kerja? Datangi Bursa Kerja di Balai Kartini Jakarta Pekan Depan, Ada 150 Perusahaan
Sementara itu, lanjut dia, di wilayah lainnya, seperti di Kanto, Tokyo, bahan makanan di sejumlah toko habis diborong warga.
“Info teman di Kanto, dari semalam bahan makanan di supermarket ludes semua. Untuk persiapan bencana kali,” kata dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Jepang telah mengingatkan bahwa typhoon Hagibis menjadi topan yang kekuatannya sekuat topan Kanogawa yang melanda Perfektur Shizouka dan wilayah Tokyo pada 1958.
Saat itu, Topan Kanogawa tersebut menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Berasal dari Filipina
Namun, tak banyak yang tahu, topan Hagibis atau Typhoon Hagibis, ternyata penamaannya berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.
Melansir ABS CBN, dalam bahasa Filipina, Hagibis memiliki arti kecepatan dan kekuatan.
Adapun, penamaan siklon merupakan sumbangan nama yang selama ini diberikan oleh 14 negara dan wilayah.
Topan Hagibis juga memiliki kesamaan nama dengan nama band Filipina yang sudah berusia empat dekade.
Munculnya typhoon Hagibis ini, sekaligus mengingatkan kembali orang-orang tentang keberadaan band tersebut.
Dikenal sebagai “Orang Desa” Filipina, band Hagibis merupakan band beranggotakan pria yang telah ada sejak 1979.
Beberapa anggota telah mengubah penampilannya, beberapa masih mempertahankan aksinya yang menggunakan celana hitam ketat, jaket kulit, kemeja terbuka, dan gerakan tarian.
“Hagibis mendapatkan publisitas tidak langsung dari seluruh dunia,” ujar Jose Parsons Nabiula, 61 tahun seperti dilansir dari ABS CBN.
Parsons sendiri merupakan nama panggung Sonny Parsons, yang telah bergabung dengan band tersebut sejak awal dibentuk.
“Ini mengingatkan semua orang tentang kelompokku. Beberapa orang membuatnya bahan guyonan, beberapa meresponnya dengan serius,” kata dia.
Topan Hagibis diprediksi mendarat di pulau utama Jepang Honshu pada Sabtu dan diprediksi sebagai badai paling kuat yang menghantam ibu kota Jepang selama 6 dasawarsa.
Peristiwa ini membawa banyak orang mencari pencarian di Google hingga Hagibis masuk dalam daftar tren pencarian dan berpengaruh terhadap pamor band Hagibis.
"Banyak orang yang bercanda tentang kekuatan Topan Hagibis dan membandingkannya dengan band," kata Parsons.
Parsons berharap keingintahuan orang terhadap Hagibis membawa dampak pada bandnnya yang saat ini hanya tampil sekitar dua kali dalam sebulan di wilayah Manila.
Meski badai ini tak sampai ke wilayah Filipina, dampak typhoon Hagibis seperti hujan dan badai juga terjadi di beberapa wilayah bagian tengah dan selatan Asia Tenggara.
Parsons berharap, setelah thyphoon Hagabis berlalu, bandnya bisa berkunjung ke Jepang.
“Jika grup kami memiliki kesempatan bernyanyi ke Jepang, kami akan membantu mereka melupakan topan,” ujar dia. (Kompas.com)