Petugas PPSU Kenalkan Teh Kombucha ke Anak Muda Duri Pulo: Beralih dari Miras, Harganya Rp 10 Ribu
Minuman teh fermentasi ini memiliki aroma layaknya minuman beralkohol, minuman yang masih dikonsumsi oleh banyak anak muda di sana.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Setelah merasakan minuman itu, Angga merasa seperti minuman beralkohol.
Padahal tidak sama sekali.
"Saat diminta rasakan minuman itu, aromanya memang seperti anggur, arak atau tuak. Padahal, saya sudah dua tahun menahan untuk tidak minum alkohol," ujar Angga.
Terbersit ide dari Angga untuk membuat minuman ini bermanfaat bagi lingkungannya.
Angga kemudian berinisiatif meminta pihak Kelurahan Duri Pulo untuk memproduksi sendiri minuman itu.
Pihak kelurahan pun menyetujui langkah Angga untuk memproduksi bersama-sama usaha itu.
Bermodal sekitar Rp 3 juta, Angga bersama rekan-rekan kelurahan kembali ke Lapangan Banteng untuk membeli jamur dengan ukuran yang lebih besar.
Tujuannya, agar produksi teh Kombucha bisa lebih banyak.
Proses awalnya, botol kaca berisi jamur scooby dituangkan air teh manis.
Agar berhasil menjadi teh kombucha, air teh manis itu diproses fermentasi selama tiga hari.
"Setelah tiga hari, rasa tehnya sudah seperti ini,(minuman keras)," lanjut Angga.
Satu botol teh Kombucha ia hargai Rp 10 ribu.
Pembuatan teh kombucha itu dilakukan oleh sejumlah anggota PPSU, pemuda Duri Pulo dan staf di Kantor Kelurahan.
Demi Beralih dari Miras
Niat awal Angga memproduksi secara besar-besaran minuman ini untuk mengalihkan keinginan anak-anak muda yang gemar mabuk-mabukan.