Tumpukan Sampah Bambu di Bendungan Koja Kali Cikeas Jatiasih Terjadi 9 Kali Dalam Setahun Terakhir

Sampah bambu ini diperkirakan memiliki volume sebanyak 1.280 meter kubik dengan ketebalatan satu meter panjang kurang lebih 160 meter

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Erik Sinaga
TribunJakarta/Yusuf Bachtiar
Petugas saat melakukan pengangkutan sampah bambu di Bendungan Koja Kali Cikeas Kota Bekasi, Rabu (16/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, JATIASIH - Ketua Komunitas Peduli Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, mengatakan, fenomena tumpukan sampah bambu di Bendungan Koja, Kali Cikeas, terjadi berulang. Dalam satu tahun terakhir, kejadian serupa sudah terjadi sebanyak sembilan kali.

"Ini kejadian yang sekarang ini adalah yang ke 9 kali dalam setahun terkahir, nah terkahir di bulan Mei 2019, abis itu musim kemarau, pertama kali musim hujan lagi Rabu (9/10), kemarin, nah kedoronglah material di hulu sampai ke hilir," kata Puarman dijumpai di Bendungan Koja Jatiasih Bekasi, Rabu (16/10/2019).

Dia menjelaskan, tumpukan sampah bambu ini berasal dari hulu sungai di Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Jatisampurna serta; Pondokgede Kota Bekasi. Sampah ini sejatinya sudah ada mengambang di aliran kali dan terakumulasi ketika arus air mengalir deras dan tersumbat di Bendungan Koja.

"Dari hulunya Cikeas di Bukit Pelangi dan Gunung Geulis, kami pernah melakukan penyusuran sungai, bahwa sampah bambu ini berasal dari 3 wilayah. 50 persennya dari Kabupaten Bogor, 25 persen dari Depok, 25 persen dari Kota Bekasi," jelas dia.

Adapun untuk proses pengangkutan sampah bambu sudah dilakukan sejak kemarin, Selasa, (15/10/2019). Pemerintah Kota Bekasi dibantu unsur TNI, Polisi serta personel dari Pemerintah Kabupaten Bogor turun bersama-sama melakukan kegiatan pembersihan.

Sampah bambu ini diperkirakan memiliki volume sebanyak 1.280 meter kubik dengan ketebalatan satu meter panjang kurang lebih 160 meter. Akibat tumpukan sampah ini, aliran air Kali Cikeas tersumbat dan berdampak pada potensi banjir bandang jika sewaktu-waktu debit air meningkat.

Untuk memudahkan pengangkutan material sampah berukuran besar, petugas juga menerjunkan alat crane. Sampah yang diangkut dikumpulkan terlebih dahulu di bibir sungai untuk diangkut menggunakan truk sampah.

10 Kendaraan Pick Up Terjaring Operasi Gabungan di Jakarta Barat, Pengemudi Ditilang Sudinhub

Polres Tangsel Ungkap Ciri-ciri Materai Daur Ulang, 90 Persen Mirip Asli

Rina Batal Nikah Lagi Karena Kedok Terbongkar, Perangai & Profesi Suami Sahnya Dibeberkan Tetangga

"Kita kumpulkan dulu karena truk sampah itu prinsipnya gak ada yang nganggur mereka kerja di tempat lain. Kita bisa berdayakan sebentar tapi gak lama, biar kita tumpuk dulu jangan sampai dia dibiarkan parkir nunggu terlalu lama begitu sudah numpuk baru kita angkut lagi," ujar Puarman.

Langkah kedua yang dilakukan dalam proses pembersihan ini yakni, menggelontorkan smapah bambu dan sampah lainnya ke hilir sungai.

"Jadi alat berat enggak di sini tapi di bawah, kayu yang besar-besar kita angkat pakai crane, crane kan bisa masuk, yang ukurannya sedang kita gelontorkan ke bawah terutama yang bambu dan sampah kecil yang tidak kita angkat," jelas dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved