Kisah Nenek Luspina: 6 Tahun Hidup Sendiri di Gubuk Reyot, Tunggu Tetangga Baru Bisa Makan Nasi

Gubuknya itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratapkan seng. Dinding dan atap gubuk itu sudah rusak.

Editor: Erik Sinaga
KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS
Nenek Luspina Sana (78), warga Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, saat diwawancara Kompas.com, Selasa (22/10/2019) 

Tinggal sendiri

Nenek Paulina Poing (79), warga Dusun Gehak Reta, Desa Koting D, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, tengah duduk di serambi gubuknya yang reyot, Selasa (15/10/2019).(KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS)
Nenek Paulina Poing (79), warga Dusun Gehak Reta, Desa Koting D, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, tengah duduk di serambi gubuknya yang reyot, Selasa (15/10/2019).(KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS) ()

Nenek Paulina Poing (79), warga Dusun Gehak Reta, Desa Koting D, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, puluhan tahun hidup di gubuk tua yang sudah reyot seorang diri.

Nenek Paulina diketahui memang hidup selibat atau membujang. Ia memilih tidak bersuami sejak usia muda hingga hari tuanya.

Yah, hidup membujang tidak selalu manis. Tatkala di usia senja, tidak pasti bisa hidup bersama keluarga dan mendapat perhatian dan kasih sayang seutuhnya dari orang-orang terdekat.

Itulah yang dialami Nenek Paulina. Di usianya yang sudah renta, di gubuk tuanya yang sudah reyot, ia hidup menyendiri.

Menahan lapar saat kelapa tak laku Di usia senja itu, ia tetap harus bekerja dengan memungut buah kelapa yang jatuh di halaman rumahnya.

Buah kelapa tersebut yang kemudian dijual kepada warga sekitar yang membutuhkan. Dari situlah ia bisa membeli beras dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

"Setiap hari saya jual kelapa untuk beli beras dan minyak goreng. Kalau kelapa tidak laku, kadang saya tidak makan," tutur nenek Paulina kepada sejumlah awak media, Selasa (15/10/2019).

"Kadang ada tetangga dan keluarga yang kasih beras. Kalau tidak, tahan saja rasa laparnya," kata Nenek Paulina.

Nenek Paulina mengaku, dirinya memilih tinggal di gubuk tua dan reyot itu karena sudah betah.

Gubuk peninggalan orang tua

Gubuk tua itu peninggalan orang tua dan banyak menyimpan kenangan.

Memang, sejak kecil, dirinya sudah tinggal di gubuk tersebut. Rumah itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratap seng. Kondisinya sudah sungguh memprihatinkan.

Sebagian dinding sudah lama rusak. Atapnya juga banyak berlubang. Akibatnya saat musim hujan, nenek Paulina terpaksa mengungsi ke rumah keluarganya yang terdekat.

"Kalau hujan rumah ini bocor. Terpaksa saat hujan saya lari ke rumah keluarga terdekat," kata Nenek Paulina.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved