Kisah Nenek Luspina: 6 Tahun Hidup Sendiri di Gubuk Reyot, Tunggu Tetangga Baru Bisa Makan Nasi
Gubuknya itu berlantai tanah, berdinding pelupuh bambu, dan beratapkan seng. Dinding dan atap gubuk itu sudah rusak.
"Mau perbaiki rumah ini, uang dari mana. Mau beli beras saja saya susah."
Sementara itu, Margareta Maria Nita, keponakan Paulina Poing, menuturkan dirinya selalu mengajak nenek Paulina agar tinggal bersama mereka.
Tetapi, nenek Paulina tetap memilih menetap di gubuk reyotnya itu.
“Saya hanya kasih beras, dia sendiri yang masak. Saya ajak dia tinggal dengan saya tapi dia tidak mau," kata Maria.
"Kalaupun mau, itu pun satu dua hari saja. Setelah itu pulang lagi tinggal ke sini. Kalau beras habis, kadang saya yang beli dan antar.”
Bantuan PKH mandeg
Maria menambahkan, nenek Paulina Poing pernah menerima bantuan program keluarga harapan (PKH) dari pemerintah.
Uang itu ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan membeli obat ketika sakit. Kala itu memang nenek Paulina sangat terbantu. Tetapi sekarang, bantuan itu sudah tidak diterimanya lagi.
• 5 Fakta Prank Pocong di Madiun: Di Gang Makam, Justru Lari Saat Didekati
• Cintanya Ditolak, Pria Ini Perkosa Mantan Pacarnya, Kini Diselidiki Polisi
• Anaknya Minta Uang Bayar Tunggakan Uang Sekolah 6 Bulan: Pria Ini Perkosa Putrinya
Entah apa alasnnya. Sebagai keluarga, Maria pun berharap, kepada pemerintah, baik desa maupun pemerintah melalui dinas terkait, agar bisa membuka mata dengan kondisi nenek Paulina.
"Harapannya rumah nenek Paulina direhab . Begitu pula dengan bantuan sosial. Mungkin yang paling dibutuhkan juga adalah bantuan beras sejahtera (Rastra) dari pemerintah," ujar Maria.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Nenek Luspina, Hidup Menahan Lapar di Gubuk Reyot Tanpa Listrik
dan
Susahnya Hidup Nenek Paulina: Tinggal Sendiri di Gubuk Reyot, Jual Kelapa untuk Beli Beras