Kudus Tinggal 10 Tahun Tanpa Listrik di Rumahnya, Ini Penjelasan Lurah Kalianyar Tambora
Ia mengatakan, beberapa waktu silam, warga sudah pernah membantu Kudus dengan memberikan aliran listrik ke rumahnya untuk lampu penerangan.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Lurah Kalianyar, Tambora, Jakarta Barat, Daniel Azka angkat bicara terkait kondisi salah satu warganya bernama Kudus yang disebut hidup tanpa listrik selama 10 tahun.
Kendati Kudus memang dikategorikan warga tak mampu, Daniel membantah bila tempat tinggal Kudus yang berada di Kalianyar X Gang 6 RT001/RW007 tak dialiri listrik selama 10 tahun terakhir.
Ia mengatakan, beberapa waktu silam, warga sudah pernah membantu Kudus dengan memberikan aliran listrik ke rumahnya untuk lampu penerangan.
Namun, justru Kudus sendiri yang memilih untuk memutus aliran listrik tersebut.

Adapun Kudus tinggal di rumah tersebut yang merupakan bekas peninggalan orangtuanya bersama seorang adiknya.
"Jadi bukannya 10 tahun tanpa listrik, tapi memang Pak Kudus ini agak unik, dia pernah dikasih aliran listrik, tapi malah sama dia sendiri yang mutusin lagi," kata Daniel saat dikonfirmasi TribunJakarta.com, Senin (4/11/2019).
Saat ini setelah kisah hidupnya Kudus viral, Daniel menyebut pihaknya telah kembali memberikan bantuan aliran listrik ke rumah Kudus dari rumah tetangganya.
"Beliau itu kan hidup sendiri, kalau saya pasang stop kontak disana, takutnya kebakaran. Jadi sementara saya kasih aliran lampu dari rumah tetangga agar rumah beliau terang," kata Daniel.
Selain itu, tembok rumah pria yang pernah bekerja sebagai office boy itu juga telah dicat oleh petugas PPSU Kelurahan Kalianyar sehingga terlihat lebih layak.
Sebab sebelumnya, kondisi rumah Kudus yang ada di permukiman padat penduduk kondisinya sangat kumuh dan memprihatinkan.
"Beliau itu kan hidup sendiri, kalau saya pasang stop kontak disana, takutnya kebakaran. Jadi sementara saya kasih aliran lampu dari rumah tetangga agar rumah beliau terang," kata Daniel.
Berikan Bantuan

Daniel mengatakan pihak kelurahan serta warga setempat peduli terhadap kehidupan Kudus.
Salah satu bentuk perhatian dari pemerintah setempat adalah memberikan hak-hak dasar warga negara berupa Kartu Indonesia Sehat, Kartu Jakarta Sehat, dll.
"Ya kalau kami dari pemerintah dari sisi kependudukannya kan hak-hak dasar dia dipenuhi, seperti bantuan kesehatan kita penuhi dari Kartu Jakarta Sehat ada, Kartu Indonesia Sehat ada," kata Daniel
Namun, untuk kehidupan sehari-hari termasuk sembako, Daniel menyebut pihaknya agak kesulitan untuk membantu lantaran perilaku Kudus sendiri yang dianggap cukup aneh.
"Kalau kami kasih bantuan sembako, yang ada dia jual lagi. Kami kasih uang nanti malah tidak dibelanjakan buat keperluan dia, jadi Pak Kudus ini memang agak unik," kata Daniel.
Diberitakan sebelumnya, Kudus yang tinggal di permukiman padat penduduk di Kalianyar, Tambora mengaku telah sekitar 10 tahun hidup tanpa adanya aliran listrik di rumahnya lantaran alasan ekonomi.
Tak berharap belas kasihan
Di tengah gemerlap cahaya Ibu Kota di malam hari, Kudus (55) harus hidup tanpa listrik sejak 10 tahun belakangan.
Kudus tercatat sebagai warga RT 2/7 Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Sejak kecil, ia bersama 3 saudaranya tinggal di Jalan Kalianyar X.
Dulunya, ketika kedua orang tuanya masih hidup, kehidupan Kudus beserta keluarganya terbilang berkecukupan.
"Bapak saya PNS di Dinas Kebersihan. Kemudian beliau meninggal sekira tahun 1997 karena penyakit diabetes. Tapi sebelum Bapak meninggal, Ibu saya lebih dulu meninggal karena penyakit asma," ucapnya di lokasi, Jumat (1/11/2019).
Usai orang tuanya meninggal, Kudus memutuskan untuk mencari pekerjaan hingga akhirnya ia diterima menjadi Cleaning Service di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.
"Sejak orang tua meninggal mulai terasa perubahan ekonominya. Tapi saat itu saya masih kerja jadi CS di Monas mulai tahun 2000-2009," sambungnya.
Selama ia bekerja, penghasilannya hanya cukup untuk transport dan makan sehari-hari saja.
Sehingga rumahnya yang merupakan bangunan tua dan tak pernah ia renovasi.
"Rumah ini bangunan tua dan dihuni bertiga, saya, adik saya (Sunarya dan Wanda). Nah waktu itu pernah dapat bantuan dari Yayasan Gafatar di tahun 2007 karena rumahnya mau roboh. Tapi renovasi sekedarnya saja karena lokasi yang seperti ini juga," ungkapnya.
Kendati demikian, pada saat itu, rumah Kudus masih dialiri listrik meskipun hanya sebatas menumpang dengan tetangga.
Sehingga ia membayar sebesar Rp 15-20 ribu untuk pasokan listrik tersebut.
"Terakhir itu tahun 2009 saya kerja. Selepas saya enggak kerja, ya sudah listriknya siapa yang mau bayar akhirnya di putus. Saklar dan yang berhubungan dengan listrik juga sudah enggak ada," ungkapnya.
Sejak saat itu, Kudus bersama saudaranya harus hidup tanpa listrik dan terhitung sudah 10 tahun lamanya.
Pantauan TribunJakarta.com, di dalam rumah Kudus hanya tersedia satu lemari plastik dan satu buah tempat tidur.
Rumah tersebut gelap karena tak dialiri listrik dan tak ada kamar mandi.
Sehingga ketika Kudus tak kuat menahan Buang Air Kecil (BAK) sampai ke WC Umum, ia akan BAK di depan rumahnya.
Oleh sebab itu, sebelum memasuki area rumahnya, tercium bau pesing yang sangat menyengat.
Selain itu, pada langit-langit rumahnya dibiarakan seperti itu saja. Beberapa bagian terlihat tak tertutup asbes.
Cahaya itu yang dimanfaatkan Kudus sebagai penerangan ketika matahari sedang bersinar.