Aksi Bejat Pria Hamili Anak Tiri saat Istri Sakit Tumor, Pelaku Mau Tanggungjawab

Jadi pemuas nafsu sang ayah tiri selama 4 tahun, HA trauma berat hingga kerap melamun dan menangis.

Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Muji Lestari
ISTIMEWA
ILUSTRASI 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Siti Nawiroh

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN - Seorang gadis mendapat perlakuan tak senonoh dari ayah tirinya sejak usianya 12 tahun.

Terhitung 4 tahun sampai 2019, HA (16) jadi korban pemerkosaan pria yang menikahi ibu kandungnya.

Sejak jadi korban pencabulan sang ayah diumur 12 tahun, saat itu ibu kandung HA sedang sakit tumor.

Perbuatan bejat ayah tirinya, SE, sampai membuat korban hamil pada usia 14 tahun dan mengalami keguguran.

Perlakuan bejat SE terus berlanjut sampai 2019 hingga HA kembali hamil.

Sampai pada September 2019 lalu, korban HA melahirkan anak hasil pemerkosaan tersebut.

Sang bayi dirawat keluarganya yang lain agar terpenuhi kebutuhannya karena masalah ekonomi.

Baim Wong Temui Pencuri 2 Motornya di Jonggol, Hal Itu Pernah Spontan Diramal Rafathar

Selama empat tahun jadi korban pemerkosaan suami ibu kandungnya, HA kerap diancam jika mengadukan tindakan tersebut.

HA diancam menggunakan belati jika berani buka mulut.

Atas kejadian yang menimpa cucunya, S, nenek HA melaporkan hal ini ke Polres Tangerang Selatan (Tangsel) Jumat (11/10/2019).

Pelaku mau tanggungjawab

Saat TribunJakarta.com mendatangi rumah HA di bilangan Ciputat, Tangsel, HA tidak mau keluar rumah.

S, nenek dari HA, mengatakan, selepas pelaporan itu, keluarga SE sempat datang ke rumah.

ILUSTRASI
ILUSTRASI PENCABULAN (Grafis Tribunwow/Kurnia Aji Setyawan)

Mereka meminta SE sang ayah tiri menikahi HA, anaknya, sebagai bentuk pertanggungjawaban.

"Terus keluarga pelaku minta suruh nikahin. Kata saya gila kali udah nikahin emaknya terus anaknya. Di mana pikirannya," ukar S.

Ia kesal lantaran perbuatan sang ayah tiri sudah di luar batas.

Keluarga Pelaku Minta Laporan Dicabut

Sementara itu, keluarga meminta laporan polisi terhadap SE dicabut.

"Sempat datang setelah dilaporin. Minta ke kita buat cabut laporan."

Korban Pemerkosaan Ayah Tiri Hingga Hamil Mengalami Trauma di Tangsel, Ingin Sekolah Tak Ada Biaya

"Yang datang keluarga si dia (SE) doang. Kakaknya sama suaminya dan orangtuanya," ujar nenek HA.

S langsung menolak.

Baginya perbuatan ayah tiri sudah membuat cucunya trauma mendalam.

"Minta cabut tuntutan. Saya bilang nggak akan dicabut," ujarnya.

Korban trauma dan lebih banyak diam

Sejak kasus pemerkosaan yang dilaporkan ke Polres Tangsel dan belum membuahkan hasil HA sering melamun.

Di rumah, korban hanya diam dan terkadang menangis tiba-tiba.

Asyik Nongkrong di Warkop, 2 Bocah Diajak Mabuk hingga Jadi Korban Pemerkosaan 4 Pria di Tulungagung

"Diam saja dia kebanyakan ngelamun. Entar nangis sendiri," ujar bibi korban, NH.

HA yang tak sampai menamatkan bangku sekolah dasar tidak memiliki kegiatan.

Korban telah putus sekolah semenjak SD

HA sudah putus sekolah sejak SD. Saat ini ia tidak ada kegiatan.

NH mengatakan HA ingin kembali ke sekolah. Ditemani LBH Bang Japar, mereka sempat mendatangi kantor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).

Di sana keluarga HA meminta agar P2TP2A bisa membantu mendampingi dan mengurus kebutuhan pendidikannya.

Cinta Terlarang Polisi Gauli 2 Istri Orang di Surabaya: Satu Ditendang, Gantinya Penjual Ayam Geprek

Namun sampai saat ini permintaan pendidikan itu belum ada tindak lanjutnya.

"Udah waktu itu minta sekolah paket B tapi belum ada lanjutannya," ujar NH.

Sedangkan NH berpikir panjang jika ingin memasukkan HA ke sekolah swasta. Biayanya terlalu tinggi.

Kalaupun bayarannya gratis, ia juga tak sanggup membiayai ongkos setiap harinya.

"Pengen sekolah kaya yang lain. Kalau sekolah emak mikirin ongkosnya. Pulang balik 10 ribu belum jajannya," ujarnya.

Ketua LBH Bang Japar, Fery Irawan, berharap P2TP2A tidak sekedar hanya menjanjikan.

Menurut Fery, kegiatan sekolah sangat penting bagi HA. Selain mengisi kegiatan sehari-hari, ia juga bisa mendapatkan pengetahuan.

"Ya kita harapnya ada tindak lanjut dari P2TP2A, karena pendidikan kan penting. Apa lagi HA ini masih usia sekolah, dia perlu bergaul," ujar Fery.

Sementara, Ketua P2TP2A, Herlina, mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Tangsel untuk permintaan paket B itu.

"Dari dinas pendidikan saya juga sudah memberikan untuk korban melanjutkan ke paket B. Itu sudah saya sampaikan ke kepala dinas, mungkin karena sudah terlambat daftarnya kali ya, tapi sudah kita samapaikan ke Kepala Dinas," ujar Herlina saat dihubungi TribunJakarta.com.

Ketika mengetahui sampai saat ini dinas belum bergerak, Herlina mengatakan akan menghubungi lagi Dinas Pendidikan agar segera didaftarkan sekolah Paket B.

"Saya sih mungkin bisa kali walaupun ujiannya enggak yahun depan, ikut kelas. Nanti saya tanya Pak Kadis deh," ujarnya.

(TribunJakarta.com/ Siti Nawiroh/ Jaisy Rahman Tohir)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved