Kisah Mantan Sopir Truk Jadi Pengusaha hingga Punya Sederet SPBU,Berhenti dari PNS & Hidup Sederhana

Ilyas warga Pekanbaru, Riau mengawali karirnya sebagai sopir truk hingga menjadi pengusaha sukses dan punya sederet SPBU.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Ilyas, pemilik SPBU di Riau saat ditemui di Apartemen Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019) 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PANCORAN - Sukses memiliki sejumlah SPBU, Ilyas (59) terapkan gaya hidup sederhana.

Ilyas yang merupakan warga Pekanbaru, Riau ini mengawali karirnya sebagai sopir truk di kampung halamannya usai lulus Sekolah Menengah Atas (SMA).

Selama 2 tahun menjadi sopir, akhirnya Ilyas tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Riau.

Ilyas, pemilik SPBU di Riau saat ditemui di Apartemen Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019)
Ilyas, pemilik SPBU di Riau saat ditemui di Apartemen Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019) (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Penghasilan yang saat itu kecil, membuat dirinya mencari pekerjaan lain guna menghidupi keluarga kecilnya.

Akhirnya, Ilyas memutuskan mengundurkan diri sebagai PNS dan memilih menjadi makelar tanah.

Hingga pada 2005, dirinya beralih usaha dengan membuka SPBU di Riau.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, rupanya membawa Ilyas untuk membuka cabang lainnya.

Terhitung pada tahun 2009, Ilyas sudah memiliki 2 SPBU di Riau dan saat ini menuju pada cabang ke-3.

Dalam sebulan, Ilyas mengatakan memiliki omset sebesar Rp 300 juta dari satu SPBU.

"Kalau sukses, sebulan bisa dapat Rp 300 juta," ucapnya di Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).

Memiliki penghasilan ratusan juta tiap bulannya, rupanya tak membuat Ilyas lupa diri dan bergaya hidup mewah.

Ilyas mengaku lebih menyukai gaya hidup sederhana dan tak melulu harus membeli yang bermerek.

Sebagai contoh, seperti saat ditemui TribunJakarta.com hari ini, Ilyas menggunakan sandal jepit yang biasa dijual diwarung klontong dengan kisaran harga Rp 15 ribu.

"Gaya hidup saya begini aja. Enggak gimana-gimana. Belanja juga biasa-biasa aja," sambungnya.

Tak hanya itu, Ilyas yang kini memiliki sekitar 11 mobil pribadi yang tersebar di Riau, Jakarta, Palembang dan Jawa Tengah ini lebih sering menggunakan transportasi umum, seperti taksi dan ojek online.

"Saya lebih sering naik taksi. Kalau naik taksi itu enggak usah mikirin apa-apa lagi. Tahu-tahu sampai dan langsung bayar. Keselamatan juga terjamin," katanya.

Kesederhanaan Ilyas ini juga diturunkan kepada ke-3 anaknya.

Sejak sekolah, Ilyas yang bisa dikatakan bergelimang harta tak pernah membiasakan anaknya dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan barang-barang mewah.

Apapun yang diminta anaknya, selalu atas persetujuan darinya.

Sehingga sekiranya kurang bermanfaat, Ilyas tidak akan memberikan uang kepada ke-3 anaknya.

"Anak saya pun hidupnya sederhana selagi sama saya. Kalau sekarang sama suaminya saya kurang tahu seperti apa. Tapi yang jelas mereka enggak ada yang merajuk soal uang. Begitu mereka butuh, bilang ke saya untuk apa, ya saya kasih. Kalau enggak bermanfaat, saya bilang bulan depan aja ya. Ya makanya semuanya selalu hidup sederhana karena engga dibiasain," jelasnya.

Punya menantu perwira polisi

Selain gaya hidup yang sederhana, pastinya juga tak banyak orang yang tahu jika Ilyas memiliki menantu seorang anggota polisi berpangkat.

Dari pernikahannya bersama Salmah (50), Ilyas dikaruniai tiga orang anak bernama Yulita, Tika dan Rizky.

Dijelaskan Ilyas, putri sulungnya memiliki suami bernama Irwan Andeta.

Irwan Andeta merupakan Kompol dan saat ini tercatat sebagai Kabag Op Polres Muara Enim.

Selanjutnya, putri keduanya memiliki suami yang merupakan Kasatlantas Pati, AKP Ari Prayitno.

"Iya alhamdulillah. Kedua anak saya bertemu suaminya saat di Riau, menantu saya saat itu sedang dinas di situ," jelasnya.

Sementara itu, untuk anak bungsunya kini masih lajang dan sedang menyelesaikan kuliahnya di Universitas Trisakti.

"Kalau yang terakhir di Jakarta lagi kuliah semester akhir. Makanya dua minggu sekali saya di Jakarta, dua minggu sekali di Riau," lanjutnya.

Hobi Olahraga

Suasana saat Ilyas ngegym demi hidup sehat
Suasana saat Ilyas ngegym demi hidup sehat (ISTIMEWA/Dokumentasi pribadi)

Selain low profile dan hidup sederhana, Ilyas juga menerapkan hidup sehat.

Diusianya yang saat ini sudah menginjak 59 tahun, Ilyas masih terlihat sehat dan memiliki tubuh yang berotot.

Pasalnya, demi menjaga kesehatannya Ilyas memiliki sejumlah alat gym di rumahnya dan rutin ngegym di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan ketika mengunjungi anak bungsunya.

"Kalau kesehatan penting. Alhamdulillah enggak ada penyakit apa-apa. Karena saya juga jaga makanan, setiap hari saya konsumsi nasi merah ketimbang nasi putih, susu dan telur," katanya.

Setelah berbagi cerita, Ilyas pun akhirnya berpesan kepada anak muda untuk rajin berolahraga dan berani mencoba hal baru bahkan berani keluar dari zona nyaman.

Sebab, manusia tak ada yang tahu rezeki berasal dari mana.

"Intinya gigih usaha dan jangan putus asa. Ketika sudah sukses juga harus inget dari mana berasal agar tak sombong. Selain itu, jangan lupa untuk sedekah dan berbagi guna memperlancar rezeki," ujarnya.

Kisah mantan sopir truk

Berawal sebagai sopir truk, kini Ilyas (59) jadi pengusaha sukses.

Ilyas merupakan warga Pekanbaru, Riau dan biasa disapa Om.

Sejak kecil, Ilyas menceritakan hidupnya tak bergelimang harta.

Boleh dibilang kehidupan keluarganya serba pas-pasan.

"Saya dari orang susah. Biarpun punya rumah karena asli sana, kehidupan kami itu susah," katanya kepada TribunJakarta.com di Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).

Kendati demikian, Ilyas tetap memotivasi dirinya untuk belajar dan kerja dengan giat agar menjadi orang yang sukses.

Sebab, dibalik kondisi keluarganya itu, Ilyas tetap berkeyakinan dan berimpian ingin menjadi orang yang sukses suatu hari nanti.

"Saya ingin jadi orang sukses. Begitu lulus SMA, saya kerja selama 2 tahun sebagai sopir truk. Merasa penghasilannya sedikit, saya coba melamar kerja dan akhirnya jadi PNS di BKKBN di Riau sana," sambungnya.

Tak lama setelah itu, Ilyas segera mempersunting Salmah (50) yang saat itu bekerja sebagai notaris.

Usai menikah, Ilyas mengatakan segera mengontrak rumah karena tak memiliki biaya untuk membeli rumah.

"Enggak lama jadi PNS, saya ketemu Ibu (istri). Habis situ kami pisah rumah karena enggak mungkin nyampur sama orang tua kan. Alhamdulillah kebutuhan rumah tangga masih terbantu karena Ibu juga kerja," jelasnya.

Kehidupan rumah tangganya terbilang harmonis, hingga pada saat itu, Ilyas dikaruniai anak pertama yang bernama Yulita.

Kehadiran buah hati ditengah keluarga kecilnya, membuat Ilyas ingin memberikan yang terbaik. Tentunya didukung dengan penghasilan yang lebih baik.

"PNS waktu itu kan gajinya kecil. Saat itu posisi saya ada anak, saya sudah kepikiran untuk memiliki pekerjaan lain yang lebih baik," jelasnya.

Hingga akhirnya ia mendapatkan tawaran dari salah satu rekan istrinya untuk dicarikan tanah seluas 200 hektar.

"Karena Ibu notaris, kenalan saya kan pengusaha dan pejabat itu. Ibaratnya saya jadi makelarlah. Pas hasilnya lumayan, dari situ saya tertarik untuk membuka usaha," ungkapnya.

Akhirnya, dengan segala pertimbangan dan diskusi dengan istrinya, Ilyas resmi mengundurkan diri menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan beralih menjadi makelar tanah.

Ilyas, pemilik SPBU di Riau saat ditemui di Apartemen Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019)
Ilyas, pemilik SPBU di Riau saat ditemui di Apartemen Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019) (TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Miliki 3 SPBU

Bertahun-tahun menjadi makelar tanah, membuat Ilyas memiliki banyak relasi yang berasal dari wirausaha maupun pejabat pemerintahan.

Hingga pada suatu hari, salah satu rekan istrinya menawarkan usaha pada dirinya.

"Ada namanya Bu Diti, dia mau pensiun jadi notaris. Kemudian nawarin saya mau buka usaha apa dan saya jawab mau buka pom bensin. Saya minta tolong perizinannya sama dia," ungkap Ilyas.

Tak berselang lama, seminggu kemudian segala kebutuhan dan keperluan seperti izinnya selesai.

Dan, akhirnya pembangunan SPBU di Riau milik Ilyas dibangun pada 14 tahun lalu.

"Saya kepikiran SPBU itu karena modal awalnya aja yang besar, miliaran. Tapi enggak semahal membuka di Jakarta. Lagi pula kalau SPBU sudah berjalan, ya sudah enak aja. Tinggal nikmati hasilnya aja," lanjutnya.

Usaha pertama berjalan sukses, akhirnya 4 tahun berselang dari pembukaan SPBU pertama, Ilyas membuka SPBU kedua di wilayah kota.

Selanjutnya disusul pembukaan SPBU ke-3 pada tahun ini di Riau juga.

"Saat ini saya sudah punya 50 karyawan. Doakan saja supaya yang ke-3 SPBUnya cepat hadir. Karena omsetnya sebulan Rp 300 juta aja pasti dapat dari satu SPBU," ungkapnya.

 Pemkot Jakarta Utara Tawarkan Program Latihan Kerja Bagi Warga Terdampak Penggusuran di Sunter

 Orangtua, Dinas Pendidikan dan Pihak Gonzaga Gelar Negosiasi Lanjutan

 Kodam Jaya Normalisasi 6 Sungai dan 5 Setu di Jakarta Depok Tangerang dan Bekasi

Pinjam Modal di Bank

Sama seperti usaha pada umumnya, Ilyas merasakan jatuh bangun selama perintisannya.

Ia yang berpikir makelar tanah tak bisa dijadikan usaha tetap, kemudian memutuskan beralih usaha dengan membuka SPBU di Pekanbaru, Riau.

Untuk modal utamanya yang mencapai miliaran rupiah, Ilyas harus menggadaikan mobil dan tanah.

"Pas jual beli tanah, saya juga beli tanah dan bangun rumah. Kemudian pas memutuskan membuka SPBU itu keduanya saya jadikan jaminan. Alhamdulillah tiap bulan terbayar karena usaha lancar," katanya.

Saat ini, hutangnya di bank sudah dapat terlunasi.

Selain itu, saat ini juga Ilyas tinggal menikmati buah kerja kerasnya selagi muda.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved