Kisah Talib, Menyesal Datang Ke Jakarta Hingga Jadi Pemulung
Merantau dari kampung ke Ibu Kota untuk perbaiki nasib, akhirnya disesali oleh Tasib (50).
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
Pada awalnya, Tasib mengira mencari botol bekas di Jakarta ialah perkara mudah.
Sampai akhirnya ketika bekerja, ia merasakan betapa sulitnya mengumpulkan semua barang tersebut karena banyaknya pemulung lainnya.
Bahkan ia mengatakan harga botol bekas perkilonya hanya dihargai tak lebih dari Rp 5 ribu.
"Sekarang semua ini dihargai murah sama bos.
Sayanya sampai hati itu miris banget.
Kita sudah bersihkan botolnya pas di jual ternyata murah," jelasnya berlinang air mata.
• Fakta-fakta 12 Anggota Satpol PP DKI Jakarta Diduga Lakukan Pembobolan ATM Jumlahnya Rp 32 Miliar
Akibat hal tersebut, Tasib mengatakan dirinya menyesal sudah datang ke Jakarta.
Namun ia terpentok biaya untuk kembali ke Karawang.
"Kalau dipikir ya, seengak punyanya di kampung biaya hidup masih murah.
Di Jakarta ternyata serba mahal. Tapi penghasilan saya begini.
Dibilang nyesel ya nyesel banget tapi mau bagaimana lagi.
Saya pengen anak istri saya bisa makan," ucapnya.
• Fakta Warga Cipayung yang Bakar Diri di Rumah, Istri Gugat Cerai Hingga Campur Tangan Pihak Ketiga
Dalam satu harinya, Tasib yang tinggal di kawasan Pinang Ranti ini biasa berkeliling hingga ke Bekasi dari pagi sampai malam.
Untuk satu harinya ia hanya mendapatkan penghasilan Rp 30 ribu.
"Kalau setoran tergantung pendapatan kitanya. Jadi tiap hari uang itu cuma cukup buat beli makan aja. Listrik sama air nanti kumpulin lagi," jelasnya.