Kisah Talib, Menyesal Datang Ke Jakarta Hingga Jadi Pemulung

Merantau dari kampung ke Ibu Kota untuk perbaiki nasib, akhirnya disesali oleh Tasib (50).

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Talib dan keluarganya, memulung demi menafkahi keluarganya, Selasa (19/11/2019) 

Meskipun penghasilannya terbilang kecil, Tasib dengan gigih tetap bekerja dan mencari barang bekas.

Tanpa kenal waktu dan hari, Tasib tetap mengajak istri dan anaknya keliling dari pagi hingga larut malam

Hal ini lantaran, uang yang harus disetorkan kepada bosnya ialah hal yang wajib.

"Biarpun disesuaikan, tetap saya tiap hari kita setor. Selain itu kalau enggak mulung, anak sama istri saya makan apa?," ucapnya.

Sering Dihina Mengemis

Setiap hari selalu melalui jalan yang sama dan selalu membawa keluarga, Tasib menuturkan sering dihujat oleh segelintir orang.

Mereka mengatakan Tasib menggunakan Adel sebagai modus untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.

"Nangis saya itu kalau ada yang ngomong begitu. Sebab pernah ada yang ngomong, saya itu ngemid bukan mulung," jelasnya.

Kini, isak tangis mulai terlihat diraut wajahnya.

Air matanya seolah menggambarkan pilunya hati seorang ayah yang dituduh tak menafkahi anak dan istrinya secara terhormat.

"Padahal kalau saya maunya ngemis, enggak usah saya bawa beginian (menunjuk keranjang yang berisi hasil memulungnya). Sakit hati saya kalau dihina begitu, ya Allah," tuturnya.

Tak berselang lama, ia segera menghapus air matanya dan mengucapkan tak ingin menyerah.

Hinaan orang lain itu selanjutnya dibalas dengan doa.

"Semoga mereka yang menghina, enggak bernasib sama kayak saya. Aamiin ya Allah," ucapnya.

Selanjutnya, ia memangku Adel dan bertekad akan selalu menafkahi keluarganya.

"Saya enggak mau nyerah gitu aja. InsyaAllah rezekinya ada selama saya usaha. Yang penting anak sama istri bisa makan," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved