Belasan Tahun Jual Sayuran, Engkong Tengeng Terkendala Modal, Dagang Kalau Dapat Pinjaman Uang
Akibat tak memiliki modal, akhirnya Engkong tak bisa berjualan rutin setiap hari.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Belasan tahun menjual hasil kebun di kampungnya, Tengang (65) akui terkendala modal.
Engkong Tengang, sapaannya, merupakan pria keturunan asli Betawi yang sudah lama tinggal di Jalan Mini 3 RT 4/3, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.
Saat berhenti menjadi penjual papan gilasan keliling, Engkong mulai menekuni usaha berdagang aneka jenis buah dan sayur.
Bedanya, buah dan sayur yang Engkong jual selalu berasal dari hasil kebun di kampungnya.
Meskipun di era saat ini sudah banyak rumah dan bangunan lainnya, Engkong mengatakan masih mempertahankan barang dagangannya, yakni hasil asli dari kebun yang ada di sejumlah wilayah di Kelurahan Bambu Apus.
Membeli hasil kebun juga memiliki keuntungan lain, seperti harga buah dan sayur yang jauh lebih murah ketimbang di pasar.
Sehingga berbekal modal Rp 150-200 ribu, Engkong bisa mendapatkan barang yang lumayan banyak.
Kendati demikian, saat ini Engkong justru terkandala oleh modal untuk pembelian buah dan sayur.
Pasalnya, sejak beberapa tahun belakangan Engkong sering meminjam uang untuk membeli buah dan sayur.
"Ada anak 2, satu jadi PJLP satunya satpam. Tapi kan mereka juga punya keluarga. Saya ngertiin kondisinya juga pas-pasan. Kalau ada uang kebantu sama modal dari mereka. Ya kalau enggak ada saya pinjam tetangga aja," katanya di Jakarta Timur, Kamis (21/11/2019).
Usai jualannya habis terjual, uang tersebut segera diganti oleh Engkong tanpa menundanya.
"Tergantung pinjamnya berapa. Pasti dibalikin langsung," katanya.
Jarang Jualan
Akibat tak memiliki modal, akhirnya Engkong tak bisa berjualan rutin setiap hari.
Jangankan setiap hari, dalam seminggu Engkong paling banyak hanya berjualan dua kali.
"Seminggu dua kali palingan. Ya pokoknya tergantung modal. Kalau pinjam sama tetangga dapat, ya langsung jualan. Kalau enggak ya di rumah aja," jelasnya.
Ketika berjualan, tentunya Engkong memiliki uang sendiri untuk membeli makanan dan menafkahi istrinya, Rani (60).
Namun ketika tidak, kedua anak Engkong yang tinggal berdampingan selalu membantunya.
"Ya namanya masih sehat masih gagah, enggak mau lah kita ngerepotin anak. Masih bisa cari uang pasti jalan sendiri. Alhamdulillahnya anak semua perduli. Kalau bapaknya lagi enggak kerja, ya dia kasih makan dan kasih uang sekedarnya pas dia ada," lanjutnya.
Kendati demikian, ia tetap bersyukur karena tak memikirkan biaya untuk keperluan rumahnya.
Sebab saat ini ia sudah memiliki rumah sendiri.
"Meskipun enggak jualan dan enggak ada uang, alhamdulillah saya enggak mikirin bayar kontrakan. Namanya orang kampung asli adalah rumah biar kata enggak bagus yang penting enggak kehujanan enggak kepanasan," jelasnya.
• Polisi Sebut Kasus Penerbitan Surat Tugas Parkir Minimarket di Bekasi Tetap Berjalan
• Kisah Engkong Tangeng, Penjual Buah dan Sayur yang Tak Tega Ambil Untung Rp 3 Ribu
• Pengamat Soroti Penerapan Jalan Berbayar di Kota Tangerang, Dianggap Tak Berpihak pada Masyarakat
Untung Rp 3 Ribu
Meskipun paling banyak seminggu 2 kali berjualan, Engkong tak ingin mengambil keuntungan terlalu besar.
Hatinya merasa tak kuasa bila harus mengambil untung sekira Rp 5 ribu perbuah atau sayur yang dijualnya.
Hal ini lantaran ia berjualan masih di kampungnya atau hanya sekitaran Bambu Apus dan Lubang Buaya saja.
"Ya paling banyak Rp 3 ribu. Kadang juga cuma Rp 2 ribu," katanya.
Setiap berjualan, Engkong biasanya mendapatkan omset Rp 200-250 ribu dengan keuntungan bersih Rp 50 ribu.
"Modalnya cuma mau usaha dan keliling aja. InsyaAllah rezeki selalu ada," tandasnya.