Kisah Muchtar, di Usia Senja Jadi Pengamen Karaoke Keliling: Kejar Setoran hingga Pernah Dipalak
Sebelum menjadi pengamen karaoke keliling, Muchtar merupakan seorang juru parkir di kawasan Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, JAGAKARSA- Malam kian larut, saatnya sebagian besar orang pulang menuju peraduan.
Namun, tidak bagi Muchtar (69). Di malam hari, ia justru masih menyambung hidup demi keluarganya sebagai pengamen keliling membelah jalanan Ibu Kota.
Muchtar berjalan perlahan di tepi jalan raya seraya menggoyang-goyangkan kantong bekas permen berisi uang lembar maupun recehan.
Sembari berjalan, alunan musik dari pengeras suara yang diselempangkan Muchtar terus menggema, beradu dengan deru mesin kendaraan yang melaju di aspal jalan.
Kala tiba di warung rokok, tangannya menyodorkan ke penjaga warung.
Penjaga warung melambaikan tangan tanda tak ada uang untuk memberi kepada Muchtar.
Begitu berjalan kaki ke depan warteg yang berada di sebelah warung rokok, Muchtar melakukan hal yang sama.
Namun, perlakuan serupa seperti pemilik warung rokok kembali didapatkannya kala mengharapkan derma.
Muchtar mengakui usianya sudah kian senja.
Meski begitu, ia masih ingin bekerja.
Kelima anaknya telah melarang untuk mengamen mencari rezeki akan tetapi Muchtar tak menghiraukan.
"Kalau di rumah sendiri saya enggak betah. Kan juga anak saya yang paling kecil duduk di bangku SMA kadang memerlukan biaya," ungkapnya dengan suara lirih kepada TribunJakarta.com pada Kamis (21/11/2019).
Kakek yang tinggal di bilangan Depok itu sudah memiliki delapan cucu.
Mengidap Penyakit Paru-Paru
Sebelum menjadi pengamen karaoke keliling, Muchtar merupakan seorang juru parkir di kawasan Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan.
Semenjak pensiun, ia sempat tak bekerja.
"Sewaktu saya enggak bekerja. Saya enggak betah badan sakit-sakitan. Enggak kerja malah sakit," ungkapnya.
Muchtar sempat dilarikan ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya yang memburuk.
Karena kondisinya tak kunjung membaik, ia kemudian dibawa menuju Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu.
Di sana, Muchtar divonis memiliki masalah di bagian paru-paru.
"Selama tiga bulan saya dirawat di RSUD Pasar Minggu, tapi saya enggak betah akhirnya keluar sendiri," lanjutnya.
Namun, pita suara Muchtar mengalami gangguan semenjak ia keluar dari rumah sakit sehingga ketika ia berbicara suara yang diucapkan tak begitu terdengar jelas.
Setelah keluar, ia memutuskan untuk kembali bekerja sebagai pengamen karaoke keliling.
Kejar Setoran
Dari Depok, Muchtar naik kereta api menuju kawasan Jakarta Selatan untuk menyambung hidup sebagai pengamen keliling.
Biasanya, ia mulai mengamen pukul 15.00 hingga berakhir pukul 22.00.
Muchtar berangkat sambil membawa sebuah pengeras suara yang kerapkali diselempangkan di bahunya kala berjalan.
Di dalam kereta, pengeras suara itu selalu dibungkus plastik agar tidak mencolok perhatian orang sekitar.
Begitu sampai stasiun tujuan, Muchtar mulai membuka plastik dan mengamen.
Muchtar mengaku bekerja mengejar setoran ketika mengamen.
Dalam sehari, ia harus menyetorkan Rp 40 ribu kepada pemilik karaoke keliling di kawasan Depok.
Sedangkan keuntungan yang didapatnya seusai mengamen pas-pasan.
"Sehari paling dapat Rp 50 ribu itu kotor ya akan tetapi kadang-kadang dapat Rp 100 ribu," imbuhnya.
Di kala mengamen, Muchtar sesekali mendapatkan uang derma di atas rata-rata penghasilannya dalam sehari.
Pernah Dipalak Anak Muda

Kehidupan jalanan yang dilalui Muchtar memang keras.
Selama berjalan kaki demi mengais rezeki, ia pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan.
Suatu ketika, ia tengah mengamen di kawasan Cikoko, Pancoran.
Ada beberapa anak muda yang mendatanginya dan langsung mencomot uang yang berada di kantong bekas permen.
Muchtar sempat naik pitam dengan ulah anak muda itu.
• Penjelasan Dishub DKI Terkait Marka di Jalur Sepeda, Pahami Aturannya
• Dinas UMKMP DKI Berencana Bangun 13 Lokasi PKL di Trotoar Sudirman-Thamrin
• Bocah SD di Garut Meninggal Disengat Tawon: Korban Gagal Nyemplung ke Bak Mandi Saat Diserang
Namun, mereka tak menghiraukan Muchtar.
"Saya minta tolong sekuriti di sekitar sana untuk meminta kembali uang saya. Setelah ditegur, akhirnya uang itu dikembalikan ke saya," bebernya.
Pengalaman pahit tak jarang juga dirasakan oleh Muchtar.
Penolakan demi penolakan ke tempat-tempat makan di pinggir jalan saat mengamen sering dialami.
Walakin, ia tetap semangat bekerja demi menyambung hidup demi keluarga di rumah.