Polemik Pembangunan Hotel di TIM

Politikus PDIP Sebut Pedagang Bisa Kembali Jualan di Area TIM Setelah Pembangunan Selesai

Para pedagang makanan dan minuman di Taman Ismail Marzuki (TIM), dapat berdagang kembali setelah pembangunan pusat kesenian selesai.

TRIBUNJAKARTA.COM/MUHAMMAD RIZKI HIDAYAT
Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta, Pandapotan Sinaga, bersama pejabat lainnya telah meninjau lokasi pembangun hotel di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019). 

Seperti diketahui, pembangunan hotel bintang lima di kawasan TIM menuai protes dari para seniman.

Pembangunan hotel bintang lima itu sendiri merupakan bagian dari rencana revitalisasi TIM yang digagas oleh Pemprov DKI Jakarta.

"Menolaknya itu sebetulnya mereka menanyakan kenapa tidak diajak ngomong dulu, lalu mengapa pengelolaannya ke Jakpro," ucap Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta Dadang Solihin, Minggu (24/11/2019).

Dijelaskan Dadang, revitalisasi TIM sendiri nantinya tidak akan merubah fungsi kawasan itu sebagai salah satu pusat kesenian di Jakarta.

Pembangunan hotel bintang lima di kawasan itu, ditambahkan Dadang, dilakukan untuk menampung para seniman dari luar kota maupun mancanegara yang datang ke Jakarta.

"Tetap fungsinya sama (sebagai pusat budaya), semua persis sama, cuma ini akan direvitalisasi. Jadi misalnya kalau ada tamu dari delegasi Yogya, enggak usah susah-susah cari penginapan karena bisa langsung menginap di situ," ujarnya saat dikonfirmasi.

Seniman belum diajak berdiskusi

Para seniman di Taman Ismail Marzuki (TIM) belum diajak diskusi oleh pihak PT Jakpro.

Demikian dikatakan pegiat seni di TIM, Imam Ma'arif, saat dihubungi TribunJakarta.com, Senin (25/11/2019).

"Belum diajak diskusi. Teman-teman seniman tidak ada yang diajak diskusi sama mereka," ucap Imam, sapaannya.

Menurut Imam, revitalisasi hotel di TIM yang menjadi polemik ini harus dibicarakan dengan para seniman.

"Apapun alasan mereka (Jakpro), wajib dibicarakan dengan seniman. Revitalisasinya seperti apa dan bagaimana," ucap Imam.

"Memang membutuhkan ruang yang standar internasional. Artinya perlu juga dibicarakan dengan seniman," dia menambahkan.

Kata Imam, ada seorang seniman ditunjuk sebagai konseptor revitalisasi bangunan TIM. Pun tak ada yang namanya komponen hotel bintang dalam pembahasan.

"Tidak ada yang namanya hotel bintang lima. Saya tegaskan, itu tak ada sama sekali," ucapnya.
Corporate Secretary PT Jakpro, Hani Sumarno, mengatakan tidak benar adanya seniman di area Taman Ismail Marzuki (TIM) tak diajak berdiskusi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved