Kisah Opik, Penjual Bangku Bambu Keliling: Jalan Kaki dari Cibinong ke Jakarta Demi Nafkahi Keluarga
Kedua bangku bambu yang dijual Opik masing-masing berukuran 1,7 meter. Harganya Rp 250 ribu.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Ia berjalan kaki membawa dua buah bangku bambu yang dipanggulnya dari kawasan Cibinong, Bojong hingga memasuki wilayah Ibu Kota, Jakarta.
Terkadang, Opik menggunakan angkutan umum ke sejumlah tempat untuk menghemat waktu dan tenaga.
Setelah turun dari angkutan umum, ia kembali melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
"Sering jalan kaki terus. Kadang-kadang naik angkutan umum turun dari Bojong di Depok. Dari Depok jalan kaki sampai daerah Lenteng Agung. Paling jauh ke Pasar Minggu," bebernya.
Dalam sehari berjualan, Opik setidaknya harus menyetor kepada pemilik usaha sebesar Rp 150 ribu untuk hasil penjualan dua buah bangku.
Suka Duka Jualan Bangku Bambu Keliling
Basah kuyup saat hujan dan bersimbah peluh saat panas di jalan, sudah menjadi makanan sehari-hari Opik.
Ia mengaku sudah terbiasa dengan resiko kala berjualan di jalan.
Bahkan, keserempet kendaraan yang melintas pernah dialaminya.

Beruntung, hanya bangku bambu yang mengalami sedikit kerusakan.
Bila kedua bangku bambu yang dijualnya cepat laku dibeli, Opik bisa pulang lebih awal.
Bila tak kunjung laku dibeli, Opik berjualan hingga petang menjelang malam.
Opik menitipkan kedua bangku bambunya di rumah orang sebelum pulang.
• Kalahkan Ridwan Kamil, Gubernur DKI Anies Baswedan Jadi Ketua Umum APPSI
• Ketum The Jakmania Punya Keinginan Khusus di Ulang Tahun ke-91 Persija Jakarta
• Ciputra Meninggal, Menteri, Wakil Ketua DPR, hingga Mantan Kapolri Kirim Ucapan Bela Sungkawa
Biasanya, pemilik rumah yang merasa iba akan mengizinkan Opik menitipkan dagangannya sampai esok hari.
"Saya jualan laku enggak laku sampai magrib aja. Bangku saya titipkan ke rumah orang. Setelah itu pulang naik angkutan umum," lanjutnya.