Takut Anak Jadi Korban Bully, Ridho Ingin Hapus Tato di Tubuh dan Wajahnya
Menginginkan menjadi ayah yang baik, Ridho mulai berpikir untuk menghapus semua tato yang ada pada tubuhnya
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO - Takut anak jadi korban bullying, Ridho Irawan (31) ingin hapus tato di tubuhnya.
Di usianya yang sebentar lagi menginjak 32 tahun pada akhir Januari mendatang, Ridho sudah dikaruniai 2 orang anak perempuan.
Tanpa ingin menyebutkan namanya, ia mengatakan anak sulungnya kini sudah duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD) dan genap berusia 8 tahun.
Sedangkan putri bungsunya baru berusia 4 tahun.
Di usianya yang masih muda, Ridho mengaku sudah menjadi seorang duda sejak percerainnya sekira 4 tahun lalu.
"Anak yang besar ikut saya dan yang kecil ikut ibunya. Di surat perceraiannya pun kita tercatat mengasuh anak satu satu," jelasnya di Jakarta Timur, Senin (9/12/2019).
Saat ini, Ridho bersama putri sulungnya tinggal di rumah pemberian orang tuanya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Sementara anak bungsunya ikut tinggal dengan ibunya, Ela di Citayam, Depok, Jawa Barat.
"Kalau anak kan enggak ada bekasnya. Masih suka ketemu saya sama anak saya. Biarpun enggak ngobrol lagi sama ibunya, tapi saya tetap mau jadi ayah yang baik buat anak-anak saya," sambungnya.
Menginginkan menjadi ayah yang baik, Ridho mulai berpikir untuk menghapus semua tato yang ada pada tubuhnya, terutama yang ada pada bagian wajahnya.
"Anak saya suka bilang gini 'ih ayah ada tatonya, seram' sambil tunjuk wajah saya. Di situ saya makin berpikir buat enggak begini terus," ungkapnya.
Selain itu, mengingat putrinya yang sudah kelas 2 Sekolah Dasar (SD) semakin membuat perasaannya was-was dan dilanda khawatir.
"Saya takut anak saya jadi korban bullying aja karena miliki ayah yang penuh tato seperti ini," katanya.
Baginya, kehadiran buah hatinya membuatnya tersadar untuk menjadi orang yang benar dan tak lagi neko-neko.
Perubahan demi perubahan pun terus ia lakukan demi si buah hati.
Termasuk mencari tahu tempat penghapusan tato gratis dengan metode laser.
"Waktu itu sempat pengin hapus tato. Saya cari informasi penghapusan tato gratis sampai ke daerah Depok. Tapi pas sampai sana saya sudah telat. Ya sudah sampai sekarang belum saya hapus ini," jelasnya.
Keterbatasan biaya masih menjadi kendala dan penghalang langkahnya. Sebab menurutnya, penghapusan tato dengan metode laser sangatlah mahal.
"Kalau biaya sendiri ya dari mana. Yang tato ke saya aja lagi sepi. Soalnya kan yang laser hitungannya percentimeter," katanya.
• Kuasa Hukum Bantah Pablo Benua dan Rey Utami Dikawal Anggota Ormas
• DPRD Curiga Pemprov DKI Sengaja Tempatkan Anggota TGUPP di BUMD
Jadi Pengamen
Bersikeras ingin menghapus tatonya, Ridho menyambi sebagai pengamen.
Dijelaskan sebelumnya, orderan tato Ridho saat ini terbilang sepi. Oleh sebab itu ia harus menyambi sebagai pengamen keliling.
"Ini iseng-iseng aja kalau orderan sepi. Dari pada di rumah aja, mending ngamen biar dapat uang," katanya.
Meskipun rupiah yang dihasilkan tak pernah menentu, Ridho tetap merasa bersyukur.
Sebab, menurutnya mengamen di tahun 2019 juga terbilang sulit.
Jika dulu bisa dari satu angkutan umum ke angkutan lainnya, kali ini sudah tak bisa dan harus keliling rumah.
"Berapapun yang saya dapat saya duluim buat ongkos sekolah anak, habis situ baru disimpan buat hapus tato. Yang penting sebelum dia SMP, tato ini sudah kehapus," katanya.
Kendati demikian, Ridho bersyukur lantaran keluarganya mendukung langkah besarnya untuk hijrah dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.