Kisah Mulyono, Penjual Sate Keroncong: Jaga Resep Warisan Ayahnya Hingga Jadi Langganan Polisi

Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang menyebut warung satenya dengan sebutan Sate Keroncong.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Muhammad Zulfikar
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Pemilik Warung Sate Sederhana atau dikenal dengan sebutan Sate Keroncong di Jatinegara pada Selasa (10/12/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Warisan usaha warung sate ayahnya yang diteruskan kepada Sri Mulyono (54) terus bertahan.

Ia mengajak grup musik keroncong untuk turut menemani para pengunjung kala bersantap.

Musik keroncong yang mengalun di tepi lorong Gang Lele, berhadapan dengan warung sate, memberikan ketenangan.

Suasana itu menjadi pemandangan langka di kota sebising dan sekeras Jakarta ini.

Ditemui TribunJakarta.com di kediamannya, pria yang sekaligus menjabat sebagai Ketua RW itu menceritakan perjalanan warung satenya hingga sampai saat ini.

Awalnya di tahun 1958, ayahnya merantau dari Klaten menuju Jakarta.

Ia bekerja di tempat makan sate milik orang lain selama dua tahun.

Lambat laun, ayah Mulyono mencoba peruntungan dengan membangun usaha serupa di kawasan Jatinegara tahun 1960.

"Dulu di Jatinegara dagang masih di emperan depan. Kemudian sekira tahun 70-an dagang sate di dalam gang ini," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (10/12/2019).

Semenjak ayahnya tutup usia, Mulyono yang meneruskan usaha sate tersebut di sana.

Seporsi sate kambing di Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara
Seporsi sate kambing di Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Resep Warisan Ayah

Sejak tahun 1970-an, para pengunjung lebih menyukai gulai ketimbang sate di warung sate Mulyono.

Pasalnya, gulai diolah dengan resep khusus serta cara pengolahan yang tak sembarang.

Mulyono menjelaskan gulai dimasak di atas kayu bakar.

"Gulai dimasak dari jam setengah 5 pagi nanti baru selesai sekira pukul 9 atau setengah 10 pagi," terangnya.

Kemudian seiring berjalannya waktu, tongseng di era 90-an mulai digemari orang-orang.

Banyak dari orang-orang yang datang menyukai tongseng buatan warung sate Mulyono itu.

Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara pada Selasa (10/12/2019).
Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara pada Selasa (10/12/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Jadi Sate Keroncong

Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang menyebut warung satenya dengan sebutan Sate Keroncong.

Pasalnya, warungnya itu diiringi oleh sekelompok grup musik jalanan yang memainkan lagu-lagu keroncong.

Kehadiran mereka, ada cerita tersendiri bagi Mulyono.

Saat ayahnya masih berjualan sate, warungnya dulu bernama Warung Sate Seksi Tujuh.

Nama Seksi Tujuh mengacu kepada nama kantor Polisi Besar kala itu (Kini Kantor Polres Jakarta Timur).

Di tahun 1996, dua tahun sebelum pecah kerusuhan di sejumlah kota di Jakarta, ada sekelompok grup musik yang sering mencari rezeki di sekitar kawasan Jatinegara.

Mereka mengamen di Pasar Induk Cipinang dan Pasar Ikan Jatinegara.

Suatu ketika, grup musik itu datang ke depan warung sate milik Mulyono.

Mereka mengamen sekira jam makan siang, saat warung itu dipadati para pengunjung.

"Mereka melihat omzet di sana bagus. Besoknya mereka coba lagi. Akhirnya mereka ke sini terus. Yaudah saya kasih tempatnya di sana," ungkap Mulyono.

Grup musik itu dulu beranggotakan para pemain asal Semarang, Jawa Tengah.

Sekarang, grup musik keroncong yang ke warungnya sudah beberapa kali berganti.

Para pengunjung pun menyambut baik kehadiran mereka. Bahkan, tak jarang pengunjung turut bernyanyi bersama.

"Kenapa namanya sate keroncong, ada salah satu presenter dari stasiun televisi mewawancarai saya. Terus menyebut sate ini, sate keroncong. Sejak saat itu banyak yang kenalnya sate keroncong," jelasnya.

Musik keroncong di Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara pada Selasa (10/12/2019).
Musik keroncong di Warung Sate Sederhana di kawasan Jatinegara pada Selasa (10/12/2019). (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Dianggap Langgar HAM, Petugas Keamanan yang Diduga Pukul Pasien Gangguan Jiwa Terancam Diberhentikan

Refleksi Hari HAM Sedunia, Mahasiswa Sebut Bekasi Belum Ramah Terhadap Perempuan dan Anak

Penjelasan Dirut RSJ Dr Soeharto Heerdjan Terkait Pemukulan Pasiennya oleh Petugas Keamanan

Jadi Langganan Para Pejabat Polisi

Karena letaknya berdekatan dengan Polres Jakarta Timur, banyak anggota maupun pejabat polisi yang gemar menyantap sate keroncong itu.

Sebut saja, dari Kapolres maupun anggota polisi pernah merasakan sate dan tongsengnya.

Bahkan, kenang Mulyono, beberapa pejabat polisi yang sudah dipindahtugaskan bila datang ke Jakarta akan menyempatkan makan di warung satenya.

"Misalnya pejabat polisi, dia pindah ke mana nanti pas ke Jakarta mampir ke sini," bebernya.

Kapolres Jakarta Timur kala itu, Kombes Pol Gories Mere gemar menyantap sate Mulyono.

Bahkan, ketika ia telah menjadi purnawirawan dengan pangkat Komisaris Jenderal, masih suka memesan sate buatannya.

"Beliau masih suka memesan ke kami meski sudah enggak menjabat. Biasanya pejabat polisi dan para anggota mengincar tongsengnya," katanya.

Selain itu, sejumlah kalangan dari aparat keamanan, politisi hingga musisi ternama pernah datang.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved