Awal Tahun 2020 Jakarta Dikepung Banjir
UPDATE BNPB: Korban Meninggal 60 Jiwa dan 2 Orang Hilang Akibat Banjir Hingga Sabtu (4/1/2020)
BNPB mencatat penambahan jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat banjir di wilayah Jabodetabek.
TRIBUNJAKARTA.COM - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat penambahan jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat banjir di wilayah Jabodetabek.
"Jumlah korban meninggal dunia per tanggal 4 Januari 2020, pukul 18.00 WIB, sejumlah 60 orang meninggal dan dua orang hilang," kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo, Sabtu (4/1/2020).
Agus mengatakan terjadi penambahan jumlah korban meninggal di Kabupdaten Lebak.
Pengungsi di beberapa wilayah mengalami penurunan, karena kembali ke rumahnya masing-masing.

BNPB Gunakan Gudang Logistik Jatiasih Jadi Pos Pengungsi Korban Banjir
BNPB menggunakan gudang logistik Jatiasih sebagai pos pengungsi korban banjir daerah sekitar Jatiasih.
Gudang BNPB terletak di Jl. Pondok Gede Permai, RT.009/RW.003, Jatirasa, Kec. Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) merupakan salah satu wilayah yang paling parah diterjang banjir di awal tahun 2020.
Banjir menerjang mulai pukul 11.00 WIB, air mengalir secara cepat dan menghanyutkan benda-benda yang ada seperti motor, mobil bahkan bus juga hanyut.
Tinggi air mencapai kurang lebih 7 meter.
"Di lantai 2 rumah saya tinggi air mencapai setinggi dada saya” tutur Unung, warga RT 2 RW 8 PGP.
Kompleks PGP terdiri dari 3 RW yaitu RW 8, RW 9 dan RW 10. Jumlah penduduk 5.456 orang (1.364 KK).
Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo mengatakan wilayah PGP merupakan pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi dan merupakan cekungan yang sangat rawan banjir.
Sekeliling perumahan dibangun tanggul sekitar 3 meter.
Banjir disebabkan karena tanggul sungai jebol sehingga air mengalir cepat dan menerjang semua benda yang dilaluinya.
Agus menuturkan PGP sudah sering dilanda banjir, tahun 2002, 2005, 2007, 2013, dan 2016. Tahun 2016 banjir setinggi 4 m karena tanggul jebol juga.
“Saya pikir tahun itu (2016) adalah banjir tertinggi, ternyata tahun ini banjir jauh lebih tinggi mencapai 7 meter,” tutur Uyun.
Setelah mengalami banjir, apakah Uyun mau pindah ke tempat yang lebih aman?
“Saya pasrah saja," ucapnya.
• Inas Zubir Nilai Anies Gagal Memahami UU NO. 23/2014
• Mantan Kembang Desa Disekap Juru Masak Bertahun-tahun, Dikira Warga Masih Kerja di Luar Kota
“Karena tidak ada uang untuk pindah. Suami kerja di sini, anak-anak juga sekolah di sini. Rumah juga tidak laku kalau di jual”, jawab serentak Uyun dan Rini yang juga warga PGP.
Uyun dan Rini berharap pemerintah Kota Bekasi memperbaiki dan memperkuat tanggul agar tidak terjadi banjir di masa depan.
Aus mengatakan hal ini merupakan tugas berat bagi BNPB, pemerintah dan kita semua, karena bencana adalah urusan bersama.