Timnas

Perbedaan Kontras Fakhri Husaini Menolak dan Indra Sjafri Menerima Jadi Asisten Shin Tae-yong

Fakhri Husaini secara terang-terangan menolak menjadi pembantu Shin Tae-yong, Indra Sjafri bersedia

Penulis: Erik Sinaga 2 | Editor: Erik Sinaga
SUCI RAHAYU/BOLASPORT.COM/TRIBUNJAKARTA.COM/WAHYU SEPTIANA
Kolase Fakhri Husaini dan Indra Sjafri 

Posisi asisten pelatih dinilai kurang menantang dan hanya berlindung dibalik pelatih kepala.

"Tapi kalau saya mau cari aman. Enak itu jadi asisten pelatih, Bebannya tidak ada. Tapi, masa saya terbiasa dengan beban yang berat itu,” jelas Fakhri.

Di sisi lain, Fakhri mengaku kecewa kepada PSSI yang hanya mengirimkan sosok Danurwindo yang menemuinya.

Sebab, dirinya tidak pernah mendapatkan undangan langsung bertemu dengan para petinggi PSSI.

“Kalau masalah kecewa, saya sih biasa aja. Yang saya kecewa itu caranya menyampaikan ini. Karena di sepak bola biasa terjadi, (Carlo) Ancelotti saja habis menang bersama Napoli langsung dipecat,” imbuh Fakhri Husaini.

2. Jangan tanya soal nasionalisme

Menurut Fakhri, penolakan menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia semata-mata bukan karena tidak menghargai panggilan negara.

Ini dilakukan untuk memebrikan pelajaran bagi PSSI agar bisa lebih menghargai jerih payah pelatih lokal.

"Mereka ini jangan sekali-kali anggap remeh pelatih lokal. Saya kalau bicara nasionalisme tak usah ajari saya," kata Fakhri saat dikonfirmasi awak media.

Para pelatih lokal yang diberikan kepercayaan melatih Timnas Indonesia akan mengerjakan dengan sepenuh hati.

"Karena kalau bicara nasionalisme jangan ke pelatih lokal yang menangani Timnas, karena dia betul-betul punya rasa nasionalisme di atas segala-galanya itu," tegasnya.

Pelatih berusia 54 tahun itu mencontohkan, para pelatih lokal yang dikontrak PSSI tidak pernah memikirkan masalah kontrak dan juga bayaran.

Selain itu, pelatih lokal yang ditunjuk melatih Timnas Indonesia tidak pernah meminta fasilitas yang menyulitkan PSSI.

"Kami tidak pernah bicara soal kontrak, tidak pernah ribut soal kontrak, tidak pernah bicara soal fasilitas seperti apartemen, rumah, dan mobil. Jadi, tidak usah mengajari saya soal nasionalisme," paparnya.

Lebih lanjut, Fakhri mengharapkan kepada PSSI agar bisa lebih menghargai kualitas yang dimiliki pelatih lokal.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved